BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kualitas manusia
berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang merupakan rangkaian dari
pendidikan dasar, menegah, dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai lembaga yang
membekali peserta didik dengan penekanan pada kemampuan nalar dan pemahaman
pengetahuan berdasarkan keterkaitan antara toeri dengan pengaplikasiannya dalam
dunia praktek, berperan penting dalam menumbuhkan kemandirian peserta didik
dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Tingkat pemahaman yang dalam hal ini
pemahaman akuntansi berperan penting untuk mengetahui apakah mahasiswa tersebut
telah memahami materi yang telah disampaikan oleh dosen. Pemahaman tersebut
dapat diperoleh mahasiswa melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang diikuti selama menuntun ilmu
diperguruan tinggi secara langsung ataupun tidak langsung akan melatih
kecerdasan emosional. Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya bisa jadi
meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa (Suryanigsum, Herinigsih, dan
Afuwah, 2004:600). Kecerdasan emosional itu meliputi pengenalan diri,
pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial (Salovely dan
Mayer dalam Goleman, 2001: 57).
Penelitian mengenai
kecerdasan emosional sudah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati
dan Suryaningsum (2003) yang meneliti tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional
terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
menyebutkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri atas
motivasi dan pengendalian diri saja yang mempengaruhi secara positif terhadap
tingkat pemahaman akuntansi. Sementara pengenalan diri, empati, dan
keterampilan sosial tidak memberikan pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman akuntansi. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta
dengan sampel penelitian adalah mahasiswa jurusan akuntansi, yaitu UPN, UII,
dan STIE YKPN.
Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Raudah (2006) yang merupakan replikasi dari penelitian
Trisnawati dan Suryaningsum menyatakan bahwa baik pengenalan diri, pengendalian
diri, empati, motivasi, dan keterampilan sosial tidak mempunyai pengaruh
positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Selain itu tidak terdapat
perbedaan pengaruh kecerdasan emosional antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan terhadap tingkat pemahaman akuntansi, serta tidak terdapat perbedaan
pengaruh kecerdasan emosional antara PTN dan PTS terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi yaitu
mahasiswa USU, UNIMED, UMSU, dan UISU yang ada diwilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan pada pemahaman tentang kecerdasan
emosional dan penelitian sebelumnya, maka peneliti termotivasi untuk meneliti
tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi yang
merupakan replikasi oleh Raudah (2005) dengan memasukkan variabel kecerdasan
intelektual sebagai tambahan variabel independen. Alasan penambahan variabel
ini adalah karena selain kecerdasan emosional ada faktor lain yang mempengaruhi
tingkat pemahaman seseorang, yaitu kecerdasan intelektual. Peran IQ
(Intelligence Quotiont) dalam dunia kerja menempati posisi kedua setelah
kecerdasan emosional (Goleman dalam Suryanigsum, dkk 2004 : 359). Kecerdasan
intelektual itu meliputi kemampuan verbal, kemapuan kuantitatif dan kemampuan
penalaran (Saragih, 2005). Selain itu dalam penelitian ini, akan diteliti juga
perbedaan pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional antara
mahasiswa USU dan UNIMED. Berdasarkan pada hal tersebut, maka penelitian ini
diberi judul “Pengaruh Kecerdasan
Intelektual dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi
(Studi Empiris pada Universitas Negeri di Kota Medan )”.








0 komentar:
Post a Comment