Latar Belakang Masalah
Hubungan seksual adalah bentuk
perkembangbiakan bagi manusia. Istilah hubungan seksual merujuk pada area yang
lebih luas dalam aktivitas seksual. Saat seorang pria dan wanita memerlukan
makanan untuk bertahan hidup, mereka juga memerlukan hubungan seksual. Mereka
harus memuaskan keinginan untuk menciptakan keturunan sehingga dapat
melanjutkan keberadaan mereka sebagai manusia (Surtoprajogo, 2008).
Tetapi hal itu tidak terjadi pada wanita
yang sedang hamil karena perut yang kian membuncit membatasi gerakan saat
berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan
pinggul, tubuh bertambah besar dengan cepat, dan rasa mual yang menyebabkan
menurunnya minat seksual. Selain itu perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah
yang sembab membuat calon ibu merasa tidak hot lagi di mata pasangan. Perasaan
itupun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal
itu sebenarnya karena tidak tega atau merasa khawatir melukai calon ibu dan
bayi (Surtoprajogo, 2008).
Penelitian untuk mengetahui efek
hubungan seksual pada kehamilan, pertama kali dilakukan oleh Pugh dan Fernandez
(1953) dengan subjek 200 wanita hamil dan mereka menyimpulkan bahwa hubungan
seksual tidak menyebabkan komplikasi apapun terhadap kehamilan (Surtoprajogo,
2008)
Apabila ada ancaman abortus atau
partus prematurus, hubungan seksual harus dihindari. Diluar itu, hubungan
seksual pada wanita hamil yang sehat umumnya dianggap tidak berbahaya sebelum
sekitar 4 minggu terakhir kehamilan. Dalam wawancara kepada hampir 10.000
wanita yang ikut serta dalam suatu penelitian prospektif., Vaginal Infection and Prematurity Study Group mendapatkan penurunan
frekuensi hubungan seksual yang bermakna seiring dengan usia gestasi. Pada
minggu ke 36, 72 persen melaporkan frekuensi hubungan seksual kurang dari
sekali seminggu. Bartellas dkk (2000) melaporkan bahwa hal ini disebabkan oleh
berkurangnya hasrat (58 persen) dan khawatir akan bahaya terhadap kehamilan
sebanyak 48 persen. (Read dan Klebanoff, 1993).
Risiko akibat hubungan kelamin menjelang
akhir kehamilan belum sepenuhnya diketahui. Grudzinkas dkk (1979) tidak
menemukan keterkaitan antara usia gestasi saat persalinan dengan frekuensi
hubungan seksual selama 4 minggu terakhir kehamilan. Naeye (1979), dengan
menggunakan data dari Collaborative
Perinatal Project melaporkan bahwa infeksi cairan ketuban dan mortalitas
perinatal secara bermakna meningkat apabila ibu berhubungan seksual sekali atau
lebih setiap minggu selama bulan terakhir. Dalam studi kolaboratif besar yang
dilaporkan oleh Read dan Klebanoff (1993), tidak terdapat keterkaitan antara
fekuensi hubungan seksual dengan persalinan premature.(Cunningham, 2006)
Berdasarkan suatu penelitian oleh Susan
Hetherington, seorang bidan psikiatris dan professor bersertifikat pada
University of Maryland School of Nursing, Baltimore tahun 2001 terhadap
pasangan-pasangan, saat trimester ketiga sebanyak 75% wanita melaporkan
hilangnya gairah seksual (Anonymous, 2009).
Konsep Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan hasil dari “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2003).
Sukmadinata
(2003) menyatakan bahwa hal yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui
(knowing). Pengetahuan akan terbentuk melalui proses pengorganisasian
pengetahuan baru dan struktur yang telah ada setelah pengetahuan baru tersebut
diinterpretasikan melalui proses berfikir dan belajar.
Rogers
(dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut
menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.
Interest (merasa tertarik) terhadap
stimulus atau objek tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1.
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan/menguraikan
atau menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Soemanto
(1997), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini,
antara lain :
1. Usia
Tingkat kemampuan usia anak-anak akan
selalu mengalami perubahan dan bersifat tidak tetap, sedangkan pada usia dewasa
seseorang telah mengalami kematangan secara mental dan fisik secara sempurna. Menurut Kozier (2004), umur diambil
berdasarkan periode perkembangan manusia yang terdiri dari dewasa muda (20 -40
tahun), dewasa tengah (40-65 tahun), dan dewasa tua (65 tahun keatas).
Menurut Notoatmodjo (1993), semakin
bertambah usia semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sehingga seseorang
dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan
yang bijaksana dalam bertindak. Sementara Potter And Ferry (1997) mengatakan umur
sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan berubah
seiring dengan perubahan (kematangan) kehidupannya.
2. Jenis kelamin
Wanita berkelebihan dalam mengerjakan tes-tes yang menyangkut penggunaan bahasa, hafalan,
reaksi estetika dan masalah sosial. Dilain pihak, laki-laki berkelebihan dalam
penalaran abstrak, pengasahan matematika, mekanika dan struktur skill.
3. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin tinggi pula penguasaan dan pemahaman terhadap kemampuan. Notoatmodjo
(1997), mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terdapat unsur
masukan dan unsur keluaran. Unsur
masukan adalah berupa sarana pendidikan, sedangkan unsur keluaran adalah berupa
bentuk prilaku dan kemampuan baru dari sarana pendidikan.
Berdasarkan
proses intelektual secara operasional, tujuan pendidikan dibedakan menjadi 3
(tiga) aspek, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan). Jalur
pendidikan akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan teori dan
logika, pengetahuan umum dan kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian
(Notoatmodjo, 1997)
4.
Pengalaman
Taufik (2001) mengatakan
bahwa pengalaman akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan seseorang karena
semakin banyak seseorang mendengar, melihat dan melakukan tindakan tertentu,
maka semakin bertambah pengetahuannya tentang subjek tersebut. Pengalaman adalah
guru terbaik dalam kehidupan seseorang. Pengalaman negatif seseorang terhadap
subjek tertentu akan mengajarkan dirinya untuk memperbaiki kesalahan yang sama
dimasa yang akan datang atau paling tidak akan meningkatkan pengetahuannya
terhadap resiko tertentu. Sebaliknya pengalaman positif seseorang akan
meningkatkan kemampuannya dalam subjek tersebut.\
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan pada tanggal 25 Oktober sampai 1 November 2010 terhadap 30 responden
tentang pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual selama masa kehamilan di
Puskesmas Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat tahun 2010, secara keseluruhan berada
pada kategori Kurang, berdasarkan sub variabel berikut :
1. Pengetahuan
ibu hamil tentang hubungan seksual selama masa kehamilan adalah dalam kategori
kurang, yaitu 19 responden (63,33%).
2. Pengetahuan
ibu hamil tentang waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual selama masa
kehamilan adalah dalam kategori kurang, yaitu 21 responden (70%).
Saran
1. Untuk
ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang hubungan seksual selama
kehamilan perlu ditingkatkan lagi pemberian informasi tentang hubungan seksual
selama kehamilan oleh tenaga kesehatan.
2. Untuk
Puskesmas Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat supaya dapat meningkatkan
penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan di desa-desa terutama pada ibu-ibu
hamil.
3. Untuk
institusi pendidikan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan
pengetahuan bagi mahasiswi yang selanjutnya.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2007. Manajemen
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Budiarto, E. 2002. Biostatistika
untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyrakat. EGC, Jakarta
Cunningham.
(2006). Obstetri William. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Derik.
(1999). Setiap Wanita. Jakarta. Delapratasa
Irwan.
2004. Seksualitas Teori dan Realitas. Jakarta
Notoatmodjo,S. (2003). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
___________, (2005). Ilmu
Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip
Dasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Soemanto, (2007). Pengantar Filsafat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana.1999. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta
Surtoprajogo,
N. (2008). Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. Jakarta
Read
& Klebanof. (1993). Dikutip dari www.google.com
tanggal 25 Juni 2010
Informasi Penelitian
Judul
GAMBARAN PENGETAHUAN
IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA MASA KEHAMILAN DI PUSKESMAS
KAWAY XVI KABUPATEN
ACEH BARAT
TAHUN 2010
Oleh
HERVINA
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YAYASAN
PAYUNG NEGERI ACEH DARUSSALAM
DIPLOMA
III KEBIDANAN
MEULABOH
2010
LINK DOWNLOAD PENELITIAN
WARNING !! PENELITIAN HANYA UNTUK REFERENSI, BUKAN JADI PLAGIAT
0 komentar:
Post a Comment