INFORMASI PENTING

Monday, February 3, 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA MASA KEHAMILAN

Latar Belakang Masalah

Hubungan seksual adalah bentuk perkembangbiakan bagi manusia. Istilah hubungan seksual merujuk pada area yang lebih luas dalam aktivitas seksual. Saat seorang pria dan wanita memerlukan makanan untuk bertahan hidup, mereka juga memerlukan hubungan seksual. Mereka harus memuaskan keinginan untuk menciptakan keturunan sehingga dapat melanjutkan keberadaan mereka sebagai manusia (Surtoprajogo, 2008).
Tetapi hal itu tidak terjadi pada wanita yang sedang hamil karena perut yang kian membuncit membatasi gerakan saat berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul, tubuh bertambah besar dengan cepat, dan rasa mual yang menyebabkan menurunnya minat seksual. Selain itu perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah yang sembab membuat calon ibu merasa tidak hot lagi di mata pasangan. Perasaan itupun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu sebenarnya karena tidak tega atau merasa khawatir melukai calon ibu dan bayi (Surtoprajogo, 2008).
Penelitian untuk mengetahui efek hubungan seksual pada kehamilan, pertama kali dilakukan oleh Pugh dan Fernandez (1953) dengan subjek 200 wanita hamil dan mereka menyimpulkan bahwa hubungan seksual tidak menyebabkan komplikasi apapun terhadap kehamilan (Surtoprajogo, 2008)
Apabila ada ancaman abortus atau partus prematurus, hubungan seksual harus dihindari. Diluar itu, hubungan seksual pada wanita hamil yang sehat umumnya dianggap tidak berbahaya sebelum sekitar 4 minggu terakhir kehamilan. Dalam wawancara kepada hampir 10.000 wanita yang ikut serta dalam suatu penelitian prospektif., Vaginal Infection and Prematurity Study Group mendapatkan penurunan frekuensi hubungan seksual yang bermakna seiring dengan usia gestasi. Pada minggu ke 36, 72 persen melaporkan frekuensi hubungan seksual kurang dari sekali seminggu. Bartellas dkk (2000) melaporkan bahwa hal ini disebabkan oleh berkurangnya hasrat (58 persen) dan khawatir akan bahaya terhadap kehamilan sebanyak 48 persen. (Read dan Klebanoff, 1993).
Risiko akibat hubungan kelamin menjelang akhir kehamilan belum sepenuhnya diketahui. Grudzinkas dkk (1979) tidak menemukan keterkaitan antara usia gestasi saat persalinan dengan frekuensi hubungan seksual selama 4 minggu terakhir kehamilan. Naeye (1979), dengan menggunakan data dari Collaborative Perinatal Project melaporkan bahwa infeksi cairan ketuban dan mortalitas perinatal secara bermakna meningkat apabila ibu berhubungan seksual sekali atau lebih setiap minggu selama bulan terakhir. Dalam studi kolaboratif besar yang dilaporkan oleh Read dan Klebanoff (1993), tidak terdapat keterkaitan antara fekuensi hubungan seksual dengan persalinan premature.(Cunningham, 2006)
Berdasarkan suatu penelitian oleh Susan Hetherington, seorang bidan psikiatris dan professor bersertifikat pada University of Maryland School of Nursing, Baltimore tahun 2001 terhadap pasangan-pasangan, saat trimester ketiga sebanyak 75% wanita melaporkan hilangnya gairah seksual (Anonymous, 2009).

Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan  hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Sukmadinata (2003) menyatakan bahwa hal yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing). Pengetahuan akan terbentuk melalui proses pengorganisasian pengetahuan baru dan struktur yang telah ada setelah pengetahuan baru tersebut diinterpretasikan melalui proses berfikir dan belajar.
Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1.  Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.      Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
3.      Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4.   Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5.   Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1.      Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.  
2.      Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 
3.      Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 
4.      Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan/menguraikan  atau menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6.      Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Soemanto (1997), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini, antara lain :
1.      Usia
Tingkat kemampuan usia anak-anak akan selalu mengalami perubahan dan bersifat tidak tetap, sedangkan pada usia dewasa seseorang telah mengalami kematangan secara mental dan fisik secara sempurna. Menurut Kozier (2004), umur diambil berdasarkan periode perkembangan manusia yang terdiri dari dewasa muda (20 -40 tahun), dewasa tengah (40-65 tahun), dan dewasa tua (65 tahun keatas).
Menurut Notoatmodjo (1993), semakin bertambah usia semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam bertindak. Sementara Potter And Ferry (1997) mengatakan umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan berubah seiring dengan perubahan (kematangan) kehidupannya.
2.      Jenis kelamin
Wanita berkelebihan dalam mengerjakan tes-tes yang menyangkut penggunaan bahasa, hafalan, reaksi estetika dan masalah sosial. Dilain pihak, laki-laki berkelebihan dalam penalaran abstrak, pengasahan matematika, mekanika dan struktur skill.
3.      Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penguasaan dan pemahaman terhadap kemampuan. Notoatmodjo (1997), mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terdapat unsur masukan dan unsur keluaran. Unsur masukan adalah berupa sarana pendidikan, sedangkan unsur keluaran adalah berupa bentuk prilaku dan kemampuan baru dari sarana pendidikan.
Berdasarkan proses intelektual secara operasional, tujuan pendidikan dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan). Jalur pendidikan akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan teori dan logika, pengetahuan umum dan kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian (Notoatmodjo, 1997)
4.      Pengalaman
Taufik (2001) mengatakan bahwa pengalaman akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan seseorang karena semakin banyak seseorang mendengar, melihat dan melakukan tindakan tertentu, maka semakin bertambah pengetahuannya tentang subjek tersebut. Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan seseorang. Pengalaman negatif seseorang terhadap subjek tertentu akan mengajarkan dirinya untuk memperbaiki kesalahan yang sama dimasa yang akan datang atau paling tidak akan meningkatkan pengetahuannya terhadap resiko tertentu. Sebaliknya pengalaman positif seseorang akan meningkatkan kemampuannya dalam subjek tersebut.\

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 25 Oktober sampai 1 November 2010 terhadap 30 responden tentang pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual selama masa kehamilan di Puskesmas Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat tahun 2010, secara keseluruhan berada pada kategori Kurang, berdasarkan sub variabel berikut :
1.  Pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual selama masa kehamilan adalah dalam kategori kurang, yaitu 19 responden (63,33%).
2. Pengetahuan ibu hamil tentang waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan adalah dalam kategori kurang, yaitu 21 responden (70%).

Saran

1.   Untuk ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang hubungan seksual selama kehamilan perlu ditingkatkan lagi pemberian informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan oleh tenaga kesehatan.
2.  Untuk Puskesmas Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat supaya dapat meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan di desa-desa terutama pada ibu-ibu hamil.
3.  Untuk institusi pendidikan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan pengetahuan bagi mahasiswi yang selanjutnya. 

Daftar Pustaka


Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyrakat. EGC, Jakarta

Cunningham. (2006). Obstetri William. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

Derik. (1999). Setiap Wanita. Jakarta. Delapratasa

Irwan. 2004. Seksualitas Teori dan Realitas. Jakarta

Notoatmodjo,S. (2003). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.

___________, (2005). Ilmu Kesehatan  Masyarakat : Prinsip-prinsip Dasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.


Soemanto, (2007). Pengantar Filsafat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana.1999. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta

Surtoprajogo, N. (2008). Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. Jakarta




Read & Klebanof. (1993). Dikutip dari www.google.com tanggal 25 Juni 2010

Informasi Penelitian

Judul 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA MASA KEHAMILAN DI PUSKESMAS

KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN 2010

Oleh
HERVINA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YAYASAN PAYUNG NEGERI ACEH DARUSSALAM
DIPLOMA III KEBIDANAN
MEULABOH
2010

LINK DOWNLOAD PENELITIAN
WARNING !! PENELITIAN HANYA UNTUK REFERENSI, BUKAN JADI PLAGIAT


0 komentar:

Post a Comment