INFORMASI PENTING

Friday, February 7, 2014

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada PTN dan PTS di Kota Medan)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Penelitian
Di Indonesia sistem pelaporan keuangan masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Salah satu faktor yang masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan di Indonesia adalah menyangkut etika dan sikap positif akuntan Indonesia (Nurita dan Radianto, 2008). Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang terjadi, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Wulandari dan Sularso, 2002). Untuk kasus akuntan publik, beberapa pelanggaran etika ini dapat ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan IAI dalam laporan pertanggungjawaban pengurus IAI periode 1990- 1994 yang menyebutkan adanya 21 kasus yang melibatkan 53 KAP (Husada dalam Rianto, 2008). Hal ini tidak akan terjadi jika setiap akuntan dan calon akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan dapat menerapkan etika secara memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan yang professional.
Pekerjaan seorang akuntan harus dikerjakan dengan sikap yang professional yang sepenuhnya berlandaskan pada standar moral dan etika yang ada. Dengan sikap akuntan yang professional maka akan mampu menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal, dimana kemampuan seorang akuntan untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan


etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Dalam hal ini, (Sudibyo dalam Rianto, 2008), menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan.
Sebagai implementasi dari harapan yang semakin meluas di kalangan praktisi dan akademisi terhadap pendidikan akuntansi, terdapatnya mata kuliah- mata kuliah yang bermuatan ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa, agar mahasiswa tersebut mempunyai kepribadian (personality) yang utuh sebagai calon akuntan yang professional.
Dunia pendidikan tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika akuntan. Dunia pendidikan yang baik akan mencetak mahasiswa menjadi calon akuntan yang mempunyai sikap professional dan berlandaskan pada standar moral dan etika. Sebagai pemasok tenaga professional ke dunia usaha dan bisnis, perguruan tinggi mempunyai peran yang sangat strategis untuk mengantarkan dan mempersiapkan para mahasiswa menjadi calon- calon akuntan professional yang mempunyai nilai- nilai etis yang baik (Rianto, 2008).
Pendidikan akuntansi di Indonesia bertujuan menghasilkan lulusan yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan nilai- nilai profesi dan etika akuntan kepada mahasiswa. Dalam upaya pengembangan pendidikan akuntansi yang berlandaskan etika ini dibutuhkan adanya umpan balik (feedback) mengenai kondisi yang ada sekarang, yaitu apakah pendidikan akuntansi ini telah cukup membentuk nilai- nilai positif mahasiswa akuntansi (Yulianti dan Fitriany, 2005).
Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya dalam mengambil keputusan. Dalam penyusunannya, laporan keuangan tidak terlepas dari perilaku manajer perusahaan yaitu sehubungan dengan pemilihan kebijakan akuntansi. Manajer perusahaan akan menerapkan kebijakan yang konservatif atau cenderung liberal, tergantung dari nilai pelaporan laba yang diinginkan. Hal ini merupakan dasar pemikiran mengenai manajemen laba, sebagaimana didefinisikan oleh Scott dalam Yulianti dan Fitriany (2005) bahwa manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan tertentu, dimana tujuan dari manajer perusahaan ini belum tentu sejalan dengan kebutuhan dari pengguna laporan keuangan.
Selain adanya tujuan tertentu dari manajer perusahaan, konflik juga dapat timbul dari kadar pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, dimana pengguna laporan keuangan mengharapkan untuk memperoleh semua informasi yang mereka butuhkan dari laporan keuangan sementara informasi tersebut belum tentu tersedia, adanya kecenderungan untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan, adanya beban perusahaan untuk melakukan pengungkapan, dan tanggung jawab untuk menyajikan laporan keuangan yang informatif bagi penggunanya (Yulianti dan Fitriany, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Fitriany (2005) di Universitas Indonesia menunjukkan bahwa mahasiswa akunatansi tingkat akhir lebih menolak manajemen laba dibandingkan mahasiswa baru (tingkat awal). Mahasiswa akuntansi secara keseluruhan juga lebih menolak manajemen laba dibandingkan mahasiswa jurusan non akuntansi. Apabila diperbandingkan antar program studi, mahasiswa program S1 reguler memiliki sikap yang lebih menolak manajemen laba dibandingkan program studi lainnya.
Begitu juga tidak terdapat perbedaaan secara signifikan antara mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat akhir menyangkut faktor cost-benefit, misstate, disclosure dan responsibility. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa mahasiswa program profesi akuntansi memiliki sikap yang lebih baik secara signifikan untuk faktor misstate dan cost-benefit. Untuk faktor disclosure dan responsibility tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa program profesi akuntansi dibanding mahasiswa program studi lainnya. Dalam hal jenis kelamin, responden pria lebih menolak manajemen laba dibandingkan dengan responden wanita. Untuk faktor- faktor misstate, disclosure, cost-benefit dan responsibility tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yulianti dan Fitriany (2005). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah : Pada penelitian terdahulu, responden yang digunakan dalam penelitian meliputi mahasiswa S1 akuntansi tingkat satu, mahasiswa S1 akuntansi tingkat akhir, mahasiswa S1 non akuntansi tingkat satu, mahasiswa S1 non akuntansi tingkat akhir, mahasiswa S1 akuntansi ekstension, mahasiswa D3 akuntansi dan mahasiswa program profesi akuntansi. Sedangkan penelitian sekarang, responden yang digunakan dalam penelitian meliputi mahasiswa S1 akuntansi semester IV dan  mahasiswa S1 akuntansi semester VIII. Adapun alasan peneliti menggunakan responden mahasiswa S1 akuntansi semester IV dan  mahasiswa S1 akuntansi semester VIII adalah karena mahasiswa S1 akuntansi semester IV telah memperoleh mata kuliah akuntansi dasar dan mahasiswa S1 akuntansi semester VIII yang telah memperoleh mata kuliah bermuatan etika, seperti : auditing, teori akuntansi, akuntansi sector publik dan seminar akuntansi.
Pada penelitian sebelumnya juga, peneliti terdahulu melakukan penelitian pada satu univeritas saja, yakni Universitas Indonesia, sedangkan penelitian sekarang, peneliti memilih lokasi penelitian pada universitas negeri dan universitas swasta di Kota Medan, yakni Universitas Negeri Medan dan Universitas HKBP Nommensen.

Alasan peneliti mereplikasi penelitian Yulianti dan Fitriany (2005) adalah untuk melihat apakah fenomena yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya juga akan terjadi pada penelitian ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada PTN dan PTS di Kota Medan)”.

Selengkapnya..




0 komentar:

Post a Comment