INFORMASI PENTING

Wednesday, February 5, 2014

ANALISIS ALTERNATIF INVESTASI AKTIVA TETAP; LEASING ATAU UTANG BANK PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN


Judul Penelitian :
ANALISIS ALTERNATIF INVESTASI AKTIVA TETAP;
LEASING ATAU UTANG BANK PADA PERUSAHAAN
 KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi yang demikian pesat dan serba kompetitif dewasa ini mengharuskan dunia usaha untuk mampu mengikuti dan mengantisipasi arus perkembangan yang terjadi. Khususnya bagi perusahaan yang bertujuan untuk mencari laba, dituntut untuk dapat menggunakan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga dapat bertahan dan berkembang.
Pada perusahaan konstruksi, keberhasilan dalam sebuah proyek juga ditentukan oleh sumber daya peralatan. Keberadaan alat sebagai sarana utama untuk mendukung pelaksanaan proyek, dan juga memegang peranan penting dalam penanganan proyek. Dengan semakin bervariasinya jenis proyek yang dikerjakan, perusahaan dituntut untuk memperhatikan terhadap peningkatan dan pengelolaan sumber daya peralatan yang efisien dan produktif. (Konstruksi, Agustus 2002 dalam Istiqlaliyah, 2007).
Menurut Rudy Badaruddin Presdir PT. International Auction Multi Machine diperkirakan karena adanya otonomi daerah, pembangunan konstruksi di daerah akan terus berkembang. Sehingga kedepan akan banyak membutuhkan mesin dan alat berat (Pikiran Rakyat, 2003 dalam Istiqlaliyah, 2007).
Permintaan terhadap alat berat di Indonesia cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari periode tahun 1983 hingga pertengahan Juni 1997 mencapai sekitar 44.701 unit. Periode 1997 hingga tahun 2000 menurun 30%-40% menjadi sekitar 24.313 unit karena adanya krisis ekonomi. Pada tahun 2001 mulai membaik dengan permintaan sekitar 5000 unit. Dan untuk tahun-tahun berikutnya di prediksi akan meningkat sekitar 15%-20% (Konstruksi, November-Desember 2001; Pikiran Rakyat, 2003 dalam Istiqlaliyah, 2007). Dengan adanya peningkatan alat berat tersebut perlu untuk di tentukan metode pengadaan yang sesuai.
Dalam mengatasi kebutuhan akan alat berat, permasalahan yang timbul adalah tidak semua perusahaan konstruksi memiliki kas yang memadai untuk mendanai kebutuhan pokok yang tidak murah tersebut. Kalaupun perusahaan memiliki kas yang besar, alokasi dana untuk biaya-biaya variabel dan investasi lainnya menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan dalam mengelola kasnya.
Dunia usaha terus berkembang, dan mulai muncul alternatif-alternatif yang dapat memudahkan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan akan aktiva tetap tersebut. Dua alternatif yang cukup familiar dalam dunia usaha saat ini adalah leasing dan utang bank. Namun, baik leasing maupun utang bank memiliki keungulan serta kelemahan masing-masing.
Leasing (sewa guna usaha) adalah salah satu alternatif pembiayaan barang modal dengan konsep sewa menyewa yang saat ini menjadi alternatif  yang cukup diminati oleh praktisi bisnis di Indonesia, dan di kota Medan pada khususnya. Konsep leasing yang sederhana menjadikan industri leasing maju pesat, terlihat dari bertambahnya jumlah perusahaan penyedia jasa leasing di hampir setiap daerah perekonomian (Nasution, 2003).
Leasing memberi kesempatan untuk menggunakan aktiva tetap tanpa harus membelinya dan mengeluarkan banyak biaya untuk penyusutan, perawatan ekstra, asuransi, serta resiko-resiko kepemilikan lainnya. Sifat leasing yang fleksibel juga memungkinkan perusahaan memperbaharui barang modalnya sesuai perkembangan zaman tanpa harus terikat pada resiko kepemilikan pada aktiva yang lama serta resiko-resiko kepemilikan lainnya seperti kerusakan, perawatan, dan asuransi. Namun leasing juga memungkinan perusahaan kehilangan keuntungan dari nilai sisa suatu aktiva karena perusahaan tidak memiliki aktiva tersebut meskipun telah memanfaatkannya selama bertahun-tahun.
Selain leasing, sistem pembiayaan barang modal melalui pinjaman bank juga dipercaya sebagai alternatif yang cukup menguntungkan. Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dengan yang memerlukan dana dan juga berperan memperlancar lalulintas pembayaran.
Dengan kredit pada bank, maka perusahaan dapat membeli aktiva dan mempunyai hak sepenuhnya atas aktiva tersebut, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan lebih optimal tanpa harus terikat pada jangka waktu sewa atau kontrak tertentu. Selain itu, perusahaan dapat memanfaatkan aktiva sampai habis masa pakai ataupun menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan sisa. Namun, membeli aktiva menyulitkan untuk bisa langsung mengganti aktiva bila aktiva tersebut dirasakan sudah ketinggalan zaman.
Mengingat bahwa leasing dan utang bank memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, sementara perusahaan mencari alternatif yang dianggap paling efisien untuk mempertajam laba, maka diperlukan adanya pembahasan lebih lanjut mengenai kedua alternatif tersebut, manakah yang lebih layak untuk dilakukan. Maka leasing maupun utang bank adalah pembicaraan yang sangat menarik terkait dengan fenomena tersebut.
Adanya opsi alternatif apakah menyewa atau membeli sebuah aktiva membawa daya tarik tersendiri pada beberapa peneliti terdahulu, sehingga penelitian mengenai perbandingan leasing dengan utang bank dalam pengadaan aktiva tetap telah beberapa kali dilakukan, antara lain oleh Amalia Wulandari (2003), Eni Harnani (2002), Tri Handayani (2002), dan Eko Sri Wahyuningsih (2002). Keempat penelitian tersebut dilakukan di pulau Jawa dengan sampel masing-masing satu perusahaan. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa pembiayaan dengan alternatif leasing adalah lebih efektif bila dibandingkan dengan pinjaman bank. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut juga membantah beberapa teori yang menyatakan bahwa leasing merupakan pembiyaan yang mahal. Maka, selain kontradiksi leasing dengan utang bank, kontradiksi leasing dari hasil penelitian dengan teori yang berkembang juga menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti.
Di kota Medan, penelitian sejenis dilakukan oleh Riana (2006) yang melakukan penelitian dengan berorientasi pada kendaraan sepeda motor dan sampel yang diteliti hanya satu perusahaan, yaitu PT. Intraco Penta. Hasil dari penelitian Riana (2006) adalah untuk pengadaan aktiva tetap (sepeda motor) pada PT. Intraco Penta, alternatif leasing lebih baik daripada utang bank. Karena hanya meneliti satu perusahaan dan satu objek penelitian, penelitian tersebut belum dapat mewakili perbandingan leasing dan utang bank pada perusahaan-perusahaan di kota Medan.
Mengingat penelitian Riana (2006) belum dapat menjadi acuan untuk perbandingan leasing dan utang bank khususnya di kota Medan, maka penulis tertarik melanjutkan penelitian tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian berupa aktiva tetap operasi. Penelitian ini dilakukan pada lima perusahaan jasa konstruksi di kota Medan, yaitu menambah empat sampel dari penelitian sebelumnya. Penambahan objek dan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan harapan agar hasil penelitian dapat memberi gambaran lebih jelas dan lebih bermanfaat dalam menganalisa kedua alternatif pembiayaan tersebut.
Dari semua penjelasan yang telah disebutkan, maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Analisis Alternatif Investasi Aktiva Tetap; Leasing atau Utang Bank  pada Perusahaan Konstruksi di Kota Medan”.

Selengkapnya...


0 komentar:

Post a Comment