BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak Indonesia .
Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk
setahunnya. Saat ini
morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk
dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN. Diare
juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun
angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup
tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita belum dapat diturunkan
(Lisaira, 2002).
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai
pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bagian Kesehatan Anak FKUI/RSCM
diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (FKUI, 2005). Diare
merupakan keadaan dimana seorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,
dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah, sehingga diare
dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita
diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan
kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun. Diare atau
penyakit mencret pada saat ini di Indonesia masih menjadi penyebab kematian
yang utama, yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga pada semua umur
(Ummuauliya, 2008).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi
dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang
pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di
masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan istilah “Muntaber”. Penyakit ini
mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan
warga masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (kurang
lebih 48 jam) penderita akan meninggal (Triatmodjo, 2008).
Diare dapat terjadi sebagai efek samping
dari penggunaan obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis
buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta
produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan besar dalam menentukan
penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI
ekslusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun,
susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus
(Medicastore, 2006).
Komplikasi diare yang sering terjadi
adalah dehidrasi, renjatan hipovolemik,
hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi hipertonik
dan juga malnutrisi energi protein.
Penyebab diare pada balita bisa karena
infeksi bakteri, virus, dan amuba dan bisa karena salah mengkonsumsi makanan.
Banyak faktor yang mempengaruhi diare
pada balita, sebagian besar ibu-ibu tidak mengetahui penyebab diare pada
anaknya, seperti makanan yang diberikan atau lingkungan yang kotor yang tidak
disadari dapat menyebabkan diare.
Diare masih merupakan masalah kesehatan
nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan
mengalami diare 2-3 kali pertahun. Dengan dikenalkannya oralit, angka kematian
akibat diare telah menurun. Dari hasil prasurvey di Puskesmas __________
Kecamatan _____ ___ kabupaten _________, masih tinggi angka kejadian diare pada
balita pada tahun 2009 yaitu 128 balita yang menderita diare. Hal ini merupakan
angka yang sangat besar. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Gambaran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Diare pada Balita di
Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___ Kabupaten _________ Tahun 2010”.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah gambaran
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
penyakit diare pada balita di Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___
Kabupaten _________ Tahun 2010”.
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit diare pada balita di Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___
kabupaten _________ tahun 2010.
2. Tujuan
Khusus
a.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada
balita di tinjau dari faktor makanan.
b.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada
balita di tinjau dari faktor lingkungan.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
Peneliti
Menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya dalam penyebab diare pada balita.
2.
Bagi
Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan dan evaluasi diri dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan dan dalam pencegahan
diare guna untuk mengurangi angka morbiditas
dan mortalitas pada bayi.
3.
Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit diare pada balita bagi mahasiswsi STIKes ___________________________.
4.
Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan
yang lebih komplek tentangpencegahan diare pada
balita.
0 komentar:
Post a Comment