|
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Berkembangnya kebutuhan informasi telah
mendorong perkembangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi yang dewasa ini
dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi
berkembang seiring dengan perkembangan akuntansi dengan penerapan teknologi
pengolah data yang lebih efisien dan dapat menghasilkan informasi akuntansi
yang lebih akurat.
Organisasi menggantungkan diri
pada sistem informasi untuk mempertahankan kemampuan berkompetisi.
Produktivitas, sebagai suatu hal penting agar tetap kompetitif, dapat
ditingkatkan melalui sistem informasi yang lebih baik. Akuntansi, sebagai suatu
sistem informasi, mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengkomunikasikan
informasi ekonomi mengenai suatu badan usaha kepada banyak orang. Di atas telah diuraikan mengenai sistem
dan informasi, maka selanjutnya dapat dipaparkan beberapa pengertian Sistem
Informasi Akuntansi.
Menurut Bodnar dan Hopwood
(2003: 1) “Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti
manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.”
Sedangkan Widjajanto (2001: 4) mengemukakan pengertian sebagai berikut:
|
Sistem Informasi
Akuntansi adalah susunan berbagai formulir, catatan, peralatan termasuk komputer
dan peralatannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang
terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan
menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.
Dari kedua defenisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Sistem Informasi Akuntansi merupakan kumpulan sumber daya yang
terkoordinasi dengan erat untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi
akuntansi sehingga dapat memberikan laporan mengenai kegiatan ekonomi dan
kondisi perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara manual atau terkomputerisasi.
2. Akuntansi Sebagai Suatu Sistem
Informasi
Bodnar dan Hopwood (2003: 1)
menyatakan “Akuntansi, sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasi,
mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu badan usaha
kepada beragam orang.” Kegiatan Sistem Informasi Akuntansi adalah berupa
kegiatan mengumpulkan data, pemrosesan data, pengaturan data, pengawasan data
dan akhirnya menghasilkan informasi. Informasi yang dihasilkan sistem informasi
digunakan oleh dua pihak yaitu pemakai internal yang terdiri dari para manajer,
dan pemakai eksternal seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah,
pelanggan dan pemasok, pesaing, serikat pekerja dan masyarakat secara
keseluruhan. Sistem Informasi Akuntansi berkaitan dengan sistem operasional,
karena Sistem Informasi Akuntansi mengawasi dan mencatat beragam kegiatan
sistem operasional serta menyediakan data masukan ke sistem operasional.
Dalam perkembangannya, Sistem
Informasi Akuntansi yang meliputi kegiatan pemrosesan data akuntansi dengan
menggunakan sistem manual, sekarang telah
beralih dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu Electronic Data
Processing (EDP System). Dengan komputerisasi, perusahaan dapat melakukan
penjurnalan, pemindahbukuan, dan penyusunan laporan keuangan dengan lebih cepat
dan tepat.
3. Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi
Akuntansi
Istilah sistem informasi menganjurkan penggunaan teknologi
komputer di dalam organisasi untuk menyajikan informasi kepada pemakai (Bodnar
dan Hopwood, 2003: 5). Sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok
perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang
bermanfaat.
Secara umum suatu sistem
bertujuan untuk mengurangi tingkat kompleksitas atau kerumitan pekerjaan
informasi dalam organisasi. Secara singkat dan padat tujuan Sistem Informasi
Akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang tepat, akurat, dan relevan
kepada pihak internal dan eksternal.
Sistem Informasi Akuntansi sangat
bermanfaat dalam suatu perusahaan. Dengan adanya Sistem Informasi Akuntansi
yang memadai dan terkendali maka perusahaan akan terhindar dari keinginan pihak-pihak
tertentu seperti, penyelewengan,
penipuan, penggelapan, serta pemborosan terhadap harta kekayaan perusahaan dan
juga akan memperkecil seminimal mungkin penyalahgunaan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Pengertian Motivasi
Pada dasarnya perusahaan bukan
hanya mengharapkan karyawan yang mampu, ahli dan terampil tetapi yang penting
mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang
optimal. Kemampuan, keahlian dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi
perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan,
keahlian dan keterampilan yang dimilikinya. Motivasi penting karena dengan motivasi
diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk
mencapai tujuan organisasi.
Secara umum motivasi dapat
diartikan sebagai suatu dorongan yang membuat orang bekerja atau melakukan
suatu tindakan tertentu. Semangat yang mendorong seseorang untuk bertindak ke arah
suatu tujuan adalah motivasi. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan dari
motivasi itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang berusaha
mancapai tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar.
Untuk lebih memperjelas
pengertian motivasi maka penulis menyajikan beberapa defenisi motivasi. Menurut
Siagian (1995: 138) dalam Ompusunggu (2006), pengertian motivasi adalah sebagai
berikut:
Motivasi adalah daya mendorong yang mengakibatkan
seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam
bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya,
dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam motivasi ada kerelaan untuk mengerahkan kemampuan, waktu dan tenaga untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut
Robbins (2003: 208) “Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya
yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.” Dari kedua defenisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah alat pendorong
yang menyebabkan seseorang merasa terpanggil dengan segala senang hati untuk
melakukan sesuatu kegiatan. Yang dimaksud dalam
hal ini adalah motivasi dalam arti positif, yaitu untuk dapat memberikan
sesuatu yang terbaik dalam pekerjaan.
Motivasi
merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi. Tentu, individu-individu
berbeda dalam hal dorongan (motivasi) dasar mereka. Perubahan dalam motivasi
didorong oleh situasi. Motivasi dapat
bersumber dari dalam diri seseorang (motivasi internal atau motivasi
intrinsik), dan dapat pula bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan
yang dikenal dengan istilah motivasi eksternal atau ekstrinsik. Kunci
keberhasilan manajer dalam menggerakkan para bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor-faktor motivasi sedemikian rupa sehingga menjadi
daya pendorong yang efektif.
5. Pengertian Pelatihan dan Pendidikan Pemakai
Pendidikan dan pelatihan
secara konsepsional maupun pelaksanaannya sangat berbeda, walaupun tujuan
dilaksanakan program ini adalah sama, yaitu meningkatkan kamampuan (pola pikir
dan keterampilan) guna mendapatkan motivasi yang meningkat. Notoatmodjo (www.google.com) mengemukakan bahwa pendidikan
dan pelatihan adalah upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama
untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan
istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya
disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani
pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut PUSDIKLAT (Pusat pendidikan dan
Pelatihan). Namun, pada
peneitian ini, pelatihan akan dibahas secara terpisah dari pendidikan pemakai.
a. Pelatihan Pemakai
Menurut Nitisemito (www.puslit.petra.ac.id) pelatihan adalah
suatu kegiatan dari perusahaan atau instansi yang bermaksud untuk dapat
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan
pengetahuan dari pegawainya, sesuai dengan keinginan perusahaan yang
bersangkutan.
Sedang menurut Ranupandojo (www.puslit.petra.ac.id) training adalah kegiatan
yang memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dalam
aktifitas ekonomi. Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan-pelatihan merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan segera.
Sedang menurut Ranupandojo (www.puslit.petra.ac.id) training adalah kegiatan
yang memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dalam
aktifitas ekonomi. Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan-pelatihan merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan segera.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo
dalam Achmad Taufiq (2007), program pelatihan bagi suatu perusahaan memiliki arti
penting antara lain sebagai berikut:
a. Sumber
daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam
organisasi, belum tentu mempunyai
kemampuan yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan dalam
jabatan tersebut. Hal ini terjadi karena sering seseorang menduduki
jabatan tertentu bukan karena
kemampuannya, melainkan karena tersedianya formasi. Oleh sebab itu karyawan
atau staf baru ini perlu penambahan kemampuan yang mereka perlukan.
b. Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi,
jelas akan mempengaruhi suatu organisasi atau instansi. Oleh sebab itu
jabatan-jabatan yang dulu belum diperlukan, sekarang diperlukan. Kemampuan
orang yang akan menempati jabatan tersebut kadang-kadang tidak ada. Dengan demikian
maka diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang diperlukan oleh
jabatan tersebut.
c. Promosi dalam suatu organisasi adalah
suatu keharusan apabila organisasi itu mau berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang adalah sebagai
salah satu ”reward dan insentive” (ganjaran dan perangsang).
d. Di dalam masa pembangunan ini organisasi
atau instansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para karyawannya agar diperoleh
efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan.
Menurut Michael R. Carrell et
al dalam Mangkuprawira, ada tujuh maksud utama program pelatihan dan
pengembangan, yaitu memperbaiki kinerja, meningkatkan keterampilan karyawan,
menghindari keusangan manajerial, memecahkan permasalahan, orientasi karyawan
baru, persiapan promosi dan keberhasilan manajerial, dan memberi kepuasan untuk
kebutuhan pengembangan personal. Sehubungan dengan itu, uraian tentang
pelatihan dan pengembangan secara eksplisit tidak dipisahkan. Keduanya
diuraikan menyatu karena keduanya sangat saling mengait. Pada dasarnya
pelatihan itu sendiri merupakan bentuk pengembangan SDM. Pelatihan berbasis
kompetensi diperlukan Karena secara tradisi atau konvensional pelatihan yang
selama ini terjadi hanya menghasilkan peserta pelatihan yang hanya memiliki
pengetahuan apa yang harus dilakukan. Sementara model yang berbasis kompetensi,
peserta setelah selesai mengikuti pelatihan diharapkan tidak saja sekedar tahu
tetapi juga dapat melakukan sesuatu yang harus dikerjakan.
b. Pendidikan Pemakai
Menurut
Mulyanto dalam Syahputri, Pendidikan merupakan segala bentuk usaha untuk
membina kepribadian serta mengembangkan kemampuan manusia, baik jasmani maupun
rohani yang berlangsung sepanjang hidup seseorang dan dilaksanakan baik dalam
maupun di luar bangku sekolah. Pendidikan merupakan suatu proses, teknik dan
metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari
seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pendidikan memberikan pengetahuan tentang subyek tertentu, tetapi
sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka waktu yang lebih
panjang.
Pendidikan dilakukan perusahaan terhadap pegawainya, mulai
tingkat supervisor ke manajemen tingkat atas, karena pendidikan untuk tingkat
ini lebih banyak untuk memahami, meneliti dan memberikan jalan keluar untuk
suatu kasus (persoalan). Pemecahan yang dilakukan terhadap kasus tersebut harus
mengikuti metode (kaidah-kaidah) disiplin ilmu yang berlaku.
Dengan demikian tujuan pendidikan yang ingin dicapai perusahaan
adalah:
a. Pegawai tersebut dapat memperdalam teori
pemecahan kasus.
b. Pegawai diharapkan dapat mengambil
keputusan secara tepat.
c. Diharapkan pegawai dapat mengambil
kebijakan secara tepat.
d. Dapat mengkaji ulang keputusan dan
kebijakan yang telah dibuat perusahaan.
e. Diharapkan koordinasi akan semakin baik
antara departemen yang ada dalam perusahaan.
6. Hubungan sistem informasi akuntansi,
motivasi kerja, pelatihan dan pendidikan pemakai
Akuntansi
merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka
pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Pihak pelaksana/penyusun informasi akuntansi
adalah seseorang atau kumpulan orang yang mengoperasikan Sistem Informasi
Akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan keuangan. Dengan demikian,
pelaksana/penyusun informasi akuntansi mempunyai peran penting dalam membantu
kegiatan atau operasi harian organisasi. Dikatakan penting karena hasil kerja
mereka dapat memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi malalui peningkatan
motivasi kerja yang diwujudkan dengan penetapan ukuran-ukuran kerja yang dapat dihasilkan melalui sistem
akuntansi (Ikhsan dan Ishak, 2005: 2). Untuk itu, motivasi dan perilaku dari
pelaksana Sistem Informasi Akuntansi menjadi aspek penting dari suatu Sistem
Informasi Akuntansi. Selain itu, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja yang berdampak pada peningkatan kemampuan karyawan/pegawai yaitu
pelatihan dan pendidikan pegawai. Motivasi diperuntukkan bagi upaya-upaya
peningkatan kinerja karyawan, sehingga pegawai merasa diperhatikan dalam
pekerjaan, sedangkan pelatihan dan pendidikan karyawan harus direncanakan dan
dilaksanakan secara berkelanjutan guna meningkatkan kualitas pelaksanaan
pekerjaaan. Dengan adanya pelatihan dan pendidikan karyawan yang terencana dan
dilakukan secara terus-menerus maka perilaku karyawan yang melaksanakan
tugas/pekerjaan secara efektif dan efisien akan lebih mudah diatasi dan melalui
motivasi serta palatihan dan pendidikan, karyawan akan merasakan bahwa ada
perhatian dari pihak instansi terhadap kebutuhan mereka khususnya ketentuan
yang menyangkut tentang karir, imbalan-imbalan balas jasa dan sebagainya.
Dengan demikian melalui pelatihan dan pendidikan karyawan khususnya dalam penguasaan
sistem informasi akuntansi dalam penelitian ini, akan meningkatkan
motivasi kerja mereka.
Sistem
informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengoordinasian
dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubungan untuk
memotivasi orang-orang pada semua tingkatan di dalam perusahaan. Awal
perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi
manajemen khususnya penganggaran, namun kemudian berkembang ke arah akuntansi
keuangan, Sistem Informasi Akuntansi, dan audit (Ikhsan dan Ishak, 2005: 3).
Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku
manusia dan sistem akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia
dalam suatu organisasi.
0 komentar:
Post a Comment