INFORMASI PENTING

Wednesday, February 12, 2014

PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP MOTIVASI KERJA PADA PERUM PEGADAIAN MEDAN DENGAN PELATIHAN DAN PENDIDIKAN PEMAKAI SEBAGAI VARIABEL MODERASI



 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
            Berkembangnya kebutuhan informasi telah mendorong perkembangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi yang dewasa ini dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Akuntansi. Sistem Informasi Akuntansi berkembang seiring dengan perkembangan akuntansi dengan penerapan teknologi pengolah data yang lebih efisien dan dapat menghasilkan informasi akuntansi yang lebih akurat.
Organisasi menggantungkan diri pada sistem informasi untuk mempertahankan kemampuan berkompetisi. Produktivitas, sebagai suatu hal penting agar tetap kompetitif, dapat ditingkatkan melalui sistem informasi yang lebih baik. Akuntansi, sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu badan usaha kepada banyak orang. Di atas telah diuraikan mengenai sistem dan informasi, maka selanjutnya dapat dipaparkan beberapa pengertian Sistem Informasi Akuntansi.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2003: 1) “Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.” Sedangkan Widjajanto (2001: 4) mengemukakan pengertian  sebagai berikut:

7
 
Sistem Informasi Akuntansi adalah susunan berbagai formulir, catatan, peralatan termasuk komputer dan peralatannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.

Dari kedua defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi merupakan kumpulan sumber daya yang terkoordinasi dengan erat untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi akuntansi sehingga dapat memberikan laporan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara manual atau terkomputerisasi.

2. Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi
Bodnar dan Hopwood (2003: 1) menyatakan “Akuntansi, sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasi, mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu badan usaha kepada beragam orang.” Kegiatan Sistem Informasi Akuntansi adalah berupa kegiatan mengumpulkan data, pemrosesan data, pengaturan data, pengawasan data dan akhirnya menghasilkan informasi. Informasi yang dihasilkan sistem informasi digunakan oleh dua pihak yaitu pemakai internal yang terdiri dari para manajer, dan pemakai eksternal seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, pelanggan dan pemasok, pesaing, serikat pekerja dan masyarakat secara keseluruhan. Sistem Informasi Akuntansi berkaitan dengan sistem operasional, karena Sistem Informasi Akuntansi mengawasi dan mencatat beragam kegiatan sistem operasional serta menyediakan data masukan ke sistem operasional.
Dalam perkembangannya, Sistem Informasi Akuntansi yang meliputi kegiatan pemrosesan data akuntansi dengan menggunakan sistem manual, sekarang telah  beralih dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu Electronic Data Processing (EDP System). Dengan komputerisasi, perusahaan dapat melakukan penjurnalan, pemindahbukuan, dan penyusunan laporan keuangan dengan lebih cepat dan tepat.

3. Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Istilah sistem  informasi menganjurkan penggunaan teknologi komputer di dalam organisasi untuk menyajikan informasi kepada pemakai (Bodnar dan Hopwood, 2003: 5). Sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat.
Secara umum suatu sistem bertujuan untuk mengurangi tingkat kompleksitas atau kerumitan pekerjaan informasi dalam organisasi. Secara singkat dan padat tujuan Sistem Informasi Akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang tepat, akurat, dan relevan kepada pihak internal dan eksternal.
Sistem Informasi Akuntansi sangat bermanfaat dalam suatu perusahaan. Dengan adanya Sistem Informasi Akuntansi yang memadai dan terkendali maka perusahaan akan terhindar dari keinginan pihak-pihak tertentu seperti,  penyelewengan, penipuan, penggelapan, serta pemborosan terhadap harta kekayaan perusahaan dan juga akan memperkecil seminimal mungkin penyalahgunaan prosedur-prosedur  yang telah ditetapkan sebelumnya.



4. Pengertian Motivasi
Pada dasarnya perusahaan bukan hanya mengharapkan karyawan yang mampu, ahli dan terampil tetapi yang penting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, keahlian dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, keahlian dan keterampilan yang dimilikinya. Motivasi penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai tujuan organisasi.
Secara umum motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang membuat orang bekerja atau melakukan suatu tindakan tertentu. Semangat yang mendorong seseorang untuk bertindak ke arah suatu tujuan adalah motivasi. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang berusaha mancapai tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar.
Untuk lebih memperjelas pengertian motivasi maka penulis menyajikan beberapa defenisi motivasi. Menurut Siagian (1995: 138) dalam Ompusunggu (2006), pengertian motivasi adalah sebagai berikut:
Motivasi adalah daya mendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam motivasi ada kerelaan untuk mengerahkan kemampuan, waktu dan tenaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Menurut Robbins (2003: 208) “Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.” Dari kedua defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah alat pendorong yang menyebabkan seseorang merasa terpanggil dengan segala senang hati untuk melakukan sesuatu kegiatan. Yang dimaksud dalam  hal ini adalah motivasi dalam arti positif, yaitu untuk dapat memberikan sesuatu yang terbaik dalam pekerjaan.
            Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi. Tentu, individu-individu berbeda dalam hal dorongan (motivasi) dasar mereka. Perubahan dalam motivasi didorong  oleh situasi. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang (motivasi internal atau motivasi intrinsik), dan dapat pula bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan yang dikenal dengan istilah motivasi eksternal atau ekstrinsik. Kunci keberhasilan manajer dalam menggerakkan para bawahannya  terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor-faktor  motivasi sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif.



5. Pengertian Pelatihan dan Pendidikan Pemakai
Pendidikan dan pelatihan secara konsepsional maupun pelaksanaannya sangat berbeda, walaupun tujuan dilaksanakan program ini adalah sama, yaitu meningkatkan kamampuan (pola pikir dan keterampilan) guna mendapatkan motivasi yang meningkat. Notoatmodjo (www.google.com) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut PUSDIKLAT (Pusat pendidikan dan Pelatihan). Namun, pada peneitian ini, pelatihan akan dibahas secara terpisah dari pendidikan pemakai.

a. Pelatihan Pemakai
Menurut Nitisemito (www.puslit.petra.ac.id) pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan atau instansi yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari pegawainya, sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.
Sedang menurut Ranupandojo (www.puslit.petra.ac.id) training adalah kegiatan
yang memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dalam
aktifitas ekonomi. Pelatihan bagi karyawan  merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin  baik, sesuai dengan standar.
Biasanya pelatihan-pelatihan merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan segera.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo dalam Achmad Taufiq (2007), program pelatihan bagi suatu perusahaan memiliki arti penting antara lain sebagai berikut:
a.                Sumber daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam organisasi, belum tentu mempunyai  kemampuan  yang sesuai  dengan persyaratan yang diperlukan dalam jabatan  tersebut. Hal  ini terjadi karena sering seseorang menduduki jabatan tertentu bukan                                karena kemampuannya, melainkan karena tersedianya formasi. Oleh sebab itu karyawan atau staf baru ini perlu penambahan kemampuan yang mereka perlukan.
b.      Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi suatu organisasi atau instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang dulu belum diperlukan, sekarang diperlukan. Kemampuan orang yang akan menempati jabatan tersebut kadang-kadang tidak ada. Dengan demikian maka diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang diperlukan oleh jabatan tersebut.
c.                Promosi dalam suatu organisasi adalah suatu keharusan apabila organisasi itu mau berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang adalah sebagai salah satu ”reward dan insentive” (ganjaran dan perangsang).
d.      Di dalam masa pembangunan ini organisasi atau instansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi para karyawannya agar diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan.
Menurut Michael R. Carrell et al dalam Mangkuprawira, ada tujuh maksud utama program pelatihan dan pengembangan, yaitu memperbaiki kinerja, meningkatkan keterampilan karyawan, menghindari keusangan manajerial, memecahkan permasalahan, orientasi karyawan baru, persiapan promosi dan keberhasilan manajerial, dan memberi kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personal. Sehubungan dengan itu, uraian tentang pelatihan dan pengembangan secara eksplisit tidak dipisahkan. Keduanya diuraikan menyatu karena keduanya sangat saling mengait. Pada dasarnya pelatihan itu sendiri merupakan bentuk pengembangan SDM. Pelatihan berbasis kompetensi diperlukan Karena secara tradisi atau konvensional pelatihan yang selama ini terjadi hanya menghasilkan peserta pelatihan yang hanya memiliki pengetahuan apa yang harus dilakukan. Sementara model yang berbasis kompetensi, peserta setelah selesai mengikuti pelatihan diharapkan tidak saja sekedar tahu tetapi juga dapat melakukan sesuatu yang harus dikerjakan.
b. Pendidikan Pemakai
     Menurut Mulyanto dalam Syahputri, Pendidikan merupakan segala bentuk usaha untuk membina kepribadian serta mengembangkan kemampuan manusia, baik jasmani maupun rohani yang berlangsung sepanjang hidup seseorang dan dilaksanakan baik dalam maupun di luar bangku sekolah. Pendidikan merupakan suatu proses, teknik dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendidikan memberikan pengetahuan tentang subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka waktu yang lebih panjang.
     Pendidikan dilakukan perusahaan terhadap pegawainya, mulai tingkat supervisor ke manajemen tingkat atas, karena pendidikan untuk tingkat ini lebih banyak untuk memahami, meneliti dan memberikan jalan keluar untuk suatu kasus (persoalan). Pemecahan yang dilakukan terhadap kasus tersebut harus mengikuti metode (kaidah-kaidah) disiplin ilmu yang berlaku.
Dengan demikian tujuan  pendidikan yang ingin dicapai perusahaan adalah:
a.      Pegawai tersebut dapat memperdalam teori pemecahan  kasus.
b.      Pegawai diharapkan dapat mengambil keputusan secara tepat.
c.      Diharapkan pegawai dapat mengambil kebijakan secara tepat.
d.     Dapat mengkaji ulang keputusan dan kebijakan yang telah dibuat perusahaan.
e.      Diharapkan koordinasi akan semakin baik antara departemen yang ada dalam perusahaan.

6.      Hubungan sistem informasi akuntansi, motivasi kerja, pelatihan dan pendidikan pemakai
            Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Pihak pelaksana/penyusun informasi akuntansi adalah seseorang atau kumpulan orang yang mengoperasikan Sistem Informasi Akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan keuangan. Dengan demikian, pelaksana/penyusun informasi akuntansi mempunyai peran penting dalam membantu kegiatan atau operasi harian organisasi. Dikatakan penting karena hasil kerja mereka dapat memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi malalui peningkatan motivasi kerja yang diwujudkan dengan penetapan ukuran-ukuran kerja  yang dapat dihasilkan melalui sistem akuntansi (Ikhsan dan Ishak, 2005: 2). Untuk itu, motivasi dan perilaku dari pelaksana Sistem Informasi Akuntansi menjadi aspek penting dari suatu Sistem Informasi Akuntansi. Selain itu, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yang berdampak pada peningkatan kemampuan karyawan/pegawai yaitu pelatihan dan pendidikan pegawai. Motivasi diperuntukkan bagi upaya-upaya peningkatan kinerja karyawan, sehingga pegawai merasa diperhatikan dalam pekerjaan, sedangkan pelatihan dan pendidikan karyawan harus direncanakan dan dilaksanakan secara berkelanjutan guna meningkatkan kualitas pelaksanaan pekerjaaan. Dengan adanya pelatihan dan pendidikan karyawan yang terencana dan dilakukan secara terus-menerus maka perilaku karyawan yang melaksanakan tugas/pekerjaan secara efektif dan efisien akan lebih mudah diatasi dan melalui motivasi serta palatihan dan pendidikan, karyawan akan merasakan bahwa ada perhatian dari pihak instansi terhadap kebutuhan mereka khususnya ketentuan yang menyangkut tentang karir, imbalan-imbalan balas jasa dan sebagainya. Dengan demikian melalui pelatihan dan pendidikan karyawan khususnya dalam penguasaan sistem informasi akuntansi dalam penelitian ini, akan meningkatkan motivasi  kerja mereka.

            Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubungan untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan di dalam perusahaan. Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran, namun kemudian berkembang ke arah akuntansi keuangan, Sistem Informasi Akuntansi, dan audit (Ikhsan dan Ishak, 2005: 3). Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi.

Selengkapnya..




0 komentar:

Post a Comment