BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran serta masyarakat sangat penting dalam pembangunan kesehatan,
pernyataan ini dipertegas seperti yang tercantum dalam UU no. 23 tahun 1992,
dimana setiap orang berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, keluarga dan lingkungan. Peran serta masyarakat itu semakin
menampakan sosok setelah munculnya posyandu sebagai salah satu bentuk kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM), wujud nyata peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1994).
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa bergantung pada keberhasilan
pembangunan manusianya. Tentang pembangunan dimasa yang akan datang, memerlukan
mutu manusia masa depan yang semakin tangguh. Tiga intervensi proses pertumbuhan
dan perkembangan manusia tangguh masa depan. Satu, pembinaan kelangsungan hidup
anak yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak, sejak jadi janin
dalam kandungan ibu sampai balita. Kedua, pembinaan perkembangan anak yang
ditujukan untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun
mental, sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh. Ketiga, pembinaan kemampuan
kerja untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan
berbangsa dan bernegara.(Depkes RI,2006)
Posyandu merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan
kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi pemerintah,
dan suatu saat nanti akan mandiri. Kemamdirian masyarakat akan berdampak pada
kemandirian keluarga, ibu dan individu. Oleh karenanya, dalam menyongsong saat
tinggal landas pembangunan nanti, kini lah saatnya mengembangkan posyandu
sebagai strategi yang tepat dalam pembangunan manusia, yang menjadi hakekat
pembangunan nasional (Depkes RI, 1997)
Pelaksanaan pembangunan kesehatan selama dekade terakhir ini menunjukan
bahwa peran serta masyarakat termasuk dunia usaha, dapat lebih mempercepat
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Gebrakan posyandu telah
terbukti diminati oleh masyarakat, ditandai dengan adanya posyandu disetiap
desa/dusun/RW dalam terahir ini terbukti bahwa posyandu mempunyai peran yang
sangat besar dalam peningkatan cakupan berbagai program. (Depkes RI, 1994)
Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi maupun anak balita dan angka
kelahiran guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dikembangkan
suatu pendekatan keterpaduan, yang dalam pelaksanaanya tingkat desa dilakukan
melalui pos pelayanan terpadu. Melalui posyandu, masyarakat mendapat pelayanan
paripurna dalam KB dan Kesehatan, serta pelayanan dari berbagai upaya
pembangunan lainnya yang berkaitan. Posyandu pada dasarnya merupakan salah satu
wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya disektor kesehatan,
dengan menciptakan kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rangkuman ini disusun untuk
mengambarkan tentang apa, bagai mana dan siapa yang berperan dalam upaya
pengembangan posyandu serta tingkat pengetahuan para peserta posyandu.
(Aman,1997).
Keberhasilan pengembangan fungsi manajemen ini tidak dapat dipengaruhi
keberhasilan pimpinan puskesmas menumbuhkan motifasi kerja staf dan semangat
kerja antar staf dengan staf lainnya di puskesmas (lintas program), antar staf
puskesmas dengan pimpinan instansi di tingkat kecamatan (lintas sektoral).
Mekanisme komunikasi yang di kembangkan oleh pimpinan puskesmas dengan stafnya
demikian pula antara pimpina puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor lainnya
di tingkat kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat
berpengaruh pada keberhasilan fungsi manajemen ini. Melalui loka karya mini
puskesmas, kesempatan kesempatan kerja sama lintas program dan sektoral dapat
di rumuskan perwujudan kerja sama lintas sektoral akan di temukan oleh peranan
camat dan ketua pengerak PKK di tingkat kecamatan . keterampilan untuk
mengembangkan hubungan antar manusia sangat di perlukan dalam penerapan fungsi
manajemen ini. Pengertian dan prinsip dasar HAM dan penerapannya pada manajemen
kesehatan wawasan dan motifasi kerja kader sebaiknya dapat terus di bina agar
tugas yang di bebankan kepada mereka dapat di kerjakan secara optimal. Mereka
harus di sadarkan bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan
kesehatan warga sehingga tugas mereka bukan semata mata untuk kepentingan
program kesehatan puskesmas. (Muninjaya, 1999).
Ada lima kegiatan dalam posyandu diantaranya adalah Keluarga Berencana
(KB), Kesehatan Ibu Dan anak (KIA), Pemantauan Gizi Anak, Imunisasi (Suntikan
pencegahan), dan Penangulangan Diare (Suara Merdeka.Com, 2007).
Dari hasil kegiatan yang ada posyandu di muat dalam suatu balok yang di
sebut balok SKDN. Balok SKDN merupakan balok balok yang memberikan gambaran
mengenai keberhasilan kegiatan program UPGK di tingkat kelompok
penimbangan/desa. Data tingkat desa merupakan rekapitulasi (kumpulan) data dari
semua kelompok penimbangan yang ada di desa tersebut (Balok SKDN , 2001).
Pada waktu pelaksaan kegiatan posyandu sebagian besar dari sasaran
posyandu tidak hadir secara rutin, sehinga setiap bulannya pencapaian kunjungan
masih jauh dari target yang telah di tentukan sebulannya. Untuk meningkatkan
jumlah sasaran yang berkunjung ke posyandu serta kualitas pelayanan di posyandu
itu sendiri, sudah jelas di pengaruhi prilaku, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi,
giografis, alat transportasi dan lain lain.
Data yang ditemukan di Aceh Tengah bahwa jumlah posyandu 280 posyandu
yang tersebar dimasing-masing wilayah kerja puskesmas dan posyandu yang aktif
hanya 227 posyandu sedangkan 53 posyandu tidak aktif diantaranya yang paling
banyak diwilayah kerja puskesmas Rusip dari 14 posyandu yang aktif hanya 5
demikian juga wilayah puskesmas Linge dari 24 posyandu yang aktif hanya 12
posyandu. Jumlah bayi keseluruhan 3794 jiwa dan ibu hamil 4156 jiwa diwilayah
kerja 14 Puskesmas 41 Pustu dan 180 bidan desa, data yang didapat dari bulan
januari s/d November 2008, (Cakupan Imunisasi Aceh Tengah, 2008).
Puskesmas Ratawali memiliki 18 posyandu dan kesemuanya aktif dengan
jumlah bayi 158 dan bumil 171 dibantu 6 petugas pustu dan 8 bidan desa, Desa
kulem Balik memiliki 1 posyandu dengan jumlah bayi 23 dan Bumil 6 Serta 7 kader
dan 1 bidan desa serta 1 pustu.
Dari survey awal tidak semua
ibu-ibu membawa bayi keposyandu demikian juga ibu hamil dengan berbagai alasan
baik terlalu jauh maupun rendahnya pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya
Posyandu bagi anak dan ibu hamil.
Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
ibu-ibu dalam pelaksaan posyandu di desaSelengkapnya..
0 komentar:
Post a Comment