BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan kesehatan merupakan salah satu
faktor dari pembangunan nasional Indonesia yang sangat penting dan terus
menerus diupayakan peningkatan. Sasaran
pembangunan dibidang kesehatan yang tertuang dalam GBHN dengan ketetapan MPR
No. II/1998 antara lain adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
kualitas kehidupan yang ditandai oleh peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas kehidupan yang
ditandai oleh peningkatannya usia harapan
hidup, menurunnya angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan,
peningkatan produktivitas kerja serta meningkatnya kesehatan masyarakat
akan pentingya hidup sehat. Menurut
Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu : faktor lingkungan, prilaku pelayanan
kesehatan dan faktor keturunan (Kusnoputranto, 1983).
Dalam Peraturan Menteri RI No.
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Puskesmas,
disebutkan bahwa Puskesmas merupakan salah satu pusat pemeliharaan dan
pelayanan kesehatan yang mutlak diperlukan, yang telah nampak menjadi pelindung
yang tinggi nilainya dalam rangka memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat. Puskesmas tidak hanya membatasi kegiatan pengobatan saja, tetapi sesuai dengan batasan tentang Puskesmas
adalah upaya kesehatan yang menyelengarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta
dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan.
Seperti halnya tempat-tempat umum lainnya,
Puskesmas juga menghasilkan limbah dari
kegiatannya yang berupa bahan buangan baik padat, cair dan gas yang padat
mengandung bahan beracun, infeksius dan bahaya. Limbah/bahan buangan dari setiap unit/ruangan harus dipisahkan
sesuai dengan kategori atau jenis limbah
yaitu limbah klinis dan limbah non
klinis ( Permenkes RI No.986/1992).
Limbah klinis Puskesmas apabila tidak ditangani
dengan baik dapat menimbulkan berbagai macam ganguan baik secara langsung
terhadap pasien, petugas, penjunjung dan masyarakat yang tinggal disekitar
Puskesmas. Contoh langsung adalah ganguan estika dan dapat menimbulkan bau
serta dapat menyebabkan kecelakaan. Sedangkan ganguan tidak langsung adalah
sebagai sumber penularan penyakit.
(Permenkes RI No.986/1992)
Karena limbah klinis termasuk dalam
kategori limbah berbahaya dan beracun, maka pengolahanya haruslah lakukan secara khusus mulai dari
tahap penimbunan sampai ketempat pembuangan akhir/pemusnahan agar dalam
pelaksanaanya dapat berjalan dengan rasa
aman. (Permenkes RI No.986/1992)
Menurut Ahmad, KW (2000) yang mengutip
pendapat Arshad, Z (1999) dikatakan bahwa berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian
di Malaysia dalam kurun waktu
1997-1999 tercatat sekitar 29% kejadian kecelakaan di Puskesmas diakibatkan
oleh tertusuk jarum suntik. Kecelakaan ini terjadi baik terhadap dokter,
perawatan ataupun petugas kebersihan setelah dilakukan evaluasi ternyata
pengolahan jarum suntik dihampir setiap Puskesmas belum berjalan dengan baik.
Menurut hasil penanganan limbah
kesehatan di NAD yang diperoleh dari Dinkes Nanggreo Aceh Darussalam dalam
menangani masalah pengelolaan limbah klinis masih dalam tahap perencanaan yang
telah diadakan seminar bersama termasuk perwakilan Dinkes Kabupaten Bener
Meriah tentang pengelolaan limbah klinis secara benar untuk meningkatan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh baik dirumah sakit sampai pada Puskesmas dan Pustu.
(Dinkes NAD, 2008)
Tujuan tahap perencanaan adalah
pengawasan dan monitoring dari lembaga penanganan kesehatan di Kabupaten yang
berhubungan dengan HCWM mendukung Puskesmas dalam mengatur sistem pengelolaan
limbah penangaan kesehatan dan menyediakan training HCW dan mendukung fasilitas
penanganan kesehatan didalam pengaturan penanganan dan pembuangan limbah
berbahaya.
Penanganan Limbah Kesehatan melalui
pengaturan pemindahan dan pembuangan limbah penanganan kesehatan mengalir
khusus seperti limbah farmasi dan limbah kimia. Pengumpulan dan informasi dan
relevan seperti rata-rata pengeluaran limbah, kejadian-kejadian dan lain-lain.
Diadakan monitoring penyedia penanganan kesehatan dengan mengawasi daftar
pemeriksaaan secara berkala dan monioring penghasil limbah dan penanganan
limbah. Evaluasi data penyiapan laporan tahunan akan situasi HCW aktual di
Kabupaten. Diadakan koordinasi semua kegiatan dengan Kantor Kesehatan Provinsi
untuk memastikan suatu sistem yang koheren di seluruh Aceh.
Kejadian serupa hampir terjadi
disetiap negara/daerah khususnya bagi pengolah Puskesmas, labolatorium klinik
ataupun praktek dokter yang masih belum menyadari bahwa buangan yang mereka buang (baik
infectious ataupun benda tajam) apabila tidak dikelola dengan baik akan dampak
buruk bagi bagi manusia dan lingkungan.
Hal ini tejadi pula di Bandung tahun 1998,
dimana petugas kebersihan kota setempat sering kali menemukan limbah infektious
Puskesmas termasuk jarum suntik ditempat penampungan sampah sementara ataupun
ditempat pembuangan akhir sampah dan
beberapa kali terjadi kejadian petugas kebersihan tersebut tertusuk oleh benda
tajam (jarum suntik) hingga menimbulkan infeksi yang serius (Ahmad, KW,2000)
Puskesmas Buntul Kemumu termasuk Puskesmas yang sudah menyediakan
tempat khusus untuk limbah klinis disetiap ruangan/unit yang menghasilkan
limbah klinis. Tetapi dalam kenyataannya sehari-hari masih sering ditemukan
limbah klinis berada dalam tempat
penampungan limbah non klinis.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh
dari pihak keperawatan di Puskesmas terutama pemberian informasi mengenai
limbah klinis kepada karyawan Puskesmas yang berhubungan langsung dengan limbah
klinis memang masih sedikit.
Paramedis Puskesmas berhubungan
langsung dengan limbah klinis berperan besar dalam pengolahan limbah klinis
dari tahap penimbunan sampai ketempat pembuangan akhir / permusnahan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu
dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai “Pengetahuan
Tenaga Paramedis Terhadap Pengelolaan Limbah Klinis di Puskesmas Buntul Kemumu
Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah
Tahun 2008”
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan diatas maka penulis menetapkan
masalah yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tenaga paramedis terhadap
pengelolaan limbah klinis di Puskesmas Buntul Kemumu Kecamatan Permata
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan
tenaga paramedis terhadap limbah klinis di Puskesmas Buntul Kemumu Kecamatan
Permata.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan
tenaga paramedis tentang pengertian limbah klinis.
b. Untuk mengetahui pengetahuan
tenaga paramedis tentang Penggolongan
limbah klinis.
c. Untuk mengetahui pengetahuan
tenaga paramedis tentang katagori limbah klinis.
d. Untuk mengetahui pengetahuan
tenaga paramedis tentang pengaruh limbah klinis.
e. Untuk mengetahui pengetahuan
tenaga paramedis tentang sumber dan karateristik limbah klinis.
f. Untuk mengetahui pengetahuan
tenaga paramedis tentang penanganan dan penampungan limbah klinis.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis sebagai tambahan pengalaman dan
wawasan untuk informasi bagi penelitian limbah klinis dengan prosedur yang
tepat dan benar.
b. Sebagai acuan bagi penulis selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
a.
Sebagai masukkan bagi Puskesmas
Buntul Kemumu untuk dapat meningkatkan pelayanan kebersihan lingkungan
kesehatan khususnya masalah limbah
klinis.
b. Sebagai bahan perbandingan dan masukan
bagi Dinas Kesehatan dalam meningkatkan
sumber daya manusia.
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukkan
bagi instansi terkait dalam mengembangkan mutu kesehatan terutama dibidang
pengelolaan limbah klinis. Selengkapnya..
Limbah kini ada dimana-mana, kebanyakan dari limbah manusia itu sendiri.
ReplyDeleteSaran saya adalah, untuk penggunaan seperti plastik atau styrofoam lebih dikurangi. Dan untuk penggunaan Box Makanan lebih baik menggunakan bahan yang terbuat dari kertas.
Sebab kertas mengandung unsur yang dapat berbaur dengan tanah. So, jika kertas dibuang sembarangan oleh masyarakat maka kertas tersebut tidak akan mencemari lingkungan.