INFORMASI PENTING

Monday, March 10, 2014

Analisa Break Even


BAB II
URAIAN TEORITIS

A. Pengertian Analisa Break Even
            Analisa break even sering disebut dengan analisa keadaan impas atau analisa pulang pokok, yaitu merupakan teknik menggabungkan, mengkoordinasikan dan menafsirkan data produksi dan distribusi dalam rangka membantu perusahaan di dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Untuk mendefenisikan analisa break even secara jelas, terlebih dahulu diperhatikan apa yang dimaksud dengan pengertian break even point (titik pulang pokok).
            Menurut Niswonger, Fess dan Warren : “Tingkat operasi perusahaan pada saat pendapatan dan biaya persis sama disebut titik impas (break even point).” 1)
Kemudian menurut Matz, Usry dan Hammer, bahwa : “Titik impas adalah titik dimana biaya dan pendapatan sama besarnya.” 2)
Sedangkan menurut Muljadi, pengertian break even point adalah :
“Suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualan minimum supaya perusahaan tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan perkataan lain yang diperoleh perusahaan dalam satu periode/dalam satu tahun adalah sama dengan nol).”3
            Rencana manajemen mengenai kegiatan perusahaan di masa yang akan datang pada umumnya dituangkan dalam bentuk anggaran, yang sebagian berisi taksiran penghasilan yang akan diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Dengan mengadakan analisa langsung terhadap data yang tercantum dalam anggaran, perusahaan akan menemui kesulitan untuk memahami hubungan antara biaya volume dan laba. Analisa break even menyajikan informasi kepada perusahaan pencapaian laba perusahaan di masa yang akan datang.
Analisa abreak even memberikan informasi berapa tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar tidak menderita kerugian. Dari analisa tersebut dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa break even merupakan salah satu bentuk hubungan biaya volume, dan laba karena untuk mengetahui berak even point dan margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba. Apabila di dalam analisa break even, tidak berat analisa diletakkan pada tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama adengan nol maka dalam analisa biaya, volume dan laba titik berat analisanya diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan-perubahan pada biaya. Volume, dan harga jual yang berakibat pada perubahan laba perusahaan.

A.   Kegunaan Analisa Break even Bagi Manajemen
Hasil analisa break even di samping memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume, dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas perusahaan atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan atau penggantian aktiva tetap ini memungkinkan dan menguntungkan bagi perusahaan bila ditunjau dari segi ekonomi ?
Dengan menggunakan analisa break even, maka masalah ini akan terjawab dan untuk menjelaskan penggunaan metode analisa break even dalam menghadapi masalah ini maka berikut ini akan diberikan suatu ilustrasi dari Perusahaan “SARI & Co, “yang mempunyai data perhitungan laba rugi sebagai berikut :

Penjualan …………………………………………… Rp. 1.000.000.-

Harga Pokok & biaya operasi :
Biaya Tetap ………….Rp. 306.000.-
Biaya Variabel ……….Rp. 640.000.-
                        Total Biaya Operasi ………………………… Rp.   946.000.-
                        Keuntungan …………………………………. Rp.    54.000.-

Manajemen mempertimbangkan untuk menambah investasinya dalam aktiva tetap dengan cara menambah truk angkutan yang sekarang dimiliki. Jika investasi tambahan ini dilaksanakan, maka biaya tetapnya akan berubah dari Rp. 306.000,- menjadi sebesar Rp. 414.000,- per tahun dan biaya variabelnya tetap seperti semula yaitu 64% dari penjualan.
Langkah pertama untuk menyelesaikan masalah ini adalah memperbandingkan tingkat break even point sebelum adanya tambahan investasi baru dengan setelah adanya tambahan investasi tersebut.
Tingkat Break Even (TBE) sebelum adanya tambahan investasi :
 





                                                Rp. 306.000,-
                               TBE = 1 – Rp.  640.000,-
                                                Rp.1.000.000.-

                                       =       Rp. 850.000,-

Tingkat Break Even (TBE) setelah tambahan investasi :
                                                Rp.414.000,-
                            TBE = 1 -        Rp.   640.000,-
                                                     Rp.1.000.000,-

                                    =   Rp. 1.150.000,-
            Dengan adanya tambahan investasi baru, maka harus dapat menaikkan penjualan menjadi Rp. 1.150.000,- dari tingkat penjualan yang sekarang yaitu sebesar Rp.1.000.000,- sebelum perusahaan memperoleh keuntungan.
            Langkah kedua adalah menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang yaitu sebesar Rp. Rp.54.000,-
                                            Rp.414.000,- + Rp. 54.000.-
                            TBE = 1 -        Rp.   640.000,-
                                                     Rp.1.000.000,-

                                    =   Rp. 1.300.000,-
            Jadi untuk memperoleh laba atau keuntungan yang sama dengan yang diperoleh saat ini, perusahaan harus mampu menjual barang dagangannya sebesar Rp. 1.300.000,-.
            Langkah ketiuga adalah menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut. Misalnya dalam fasilitas yang ada sekarang, perusahaan dapat memesan barang maksimum sebesar Rp.1.200.000,- dan akan dapat dijual semua. Kenaikan pembelian dengan adanya penambahan fasilitas atau ditambahnya truk angkutan yang dimiliki sesuatu dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan yaitu sebesar Rp. 1.600.000,- maka kemungkinan batas maksimum keuntungan yang dapat dicapai dalam masing-masing kondisi dapat diperkirakan sebagai berikut :




              1) C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, Carl S. Warren, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid Kedua, Edisi Keenambelas, Cetakan Pertama, Terjemahan Hyginus Ruswinarto dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994, hal. 393
                   2) Adolph Matz, Milton F. Usry, Lawrence H. Hammer. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Jilid II, Edisi Kesembilan, Cetakan Pertama, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. hal. 442
3 Muljadi. Akuntansi Biaya Untuk Manajemen,  Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta, 1985.hal.72

Selengkapnya...




0 komentar:

Post a Comment