BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Pengertian Analisa
Break Even
Analisa
break even sering disebut dengan analisa keadaan impas atau analisa pulang
pokok, yaitu merupakan teknik menggabungkan, mengkoordinasikan dan menafsirkan
data produksi dan distribusi dalam rangka membantu perusahaan di dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Untuk mendefenisikan analisa break even
secara jelas, terlebih dahulu diperhatikan apa yang dimaksud dengan pengertian
break even point (titik pulang pokok).
Menurut
Niswonger, Fess dan Warren : “Tingkat operasi perusahaan pada saat
pendapatan dan biaya persis sama disebut titik impas (break even point).” 1)
Kemudian menurut Matz, Usry dan Hammer, bahwa : “Titik
impas adalah titik dimana biaya dan pendapatan sama besarnya.” 2)
Sedangkan menurut Muljadi, pengertian break even point
adalah :
“Suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualan
minimum supaya perusahaan tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh
laba (dengan perkataan lain yang diperoleh perusahaan dalam satu periode/dalam
satu tahun adalah sama dengan nol).”3
Rencana manajemen
mengenai kegiatan perusahaan di masa yang akan datang pada umumnya dituangkan
dalam bentuk anggaran, yang sebagian berisi taksiran penghasilan yang akan
diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
tersebut. Dengan mengadakan analisa langsung terhadap data yang tercantum dalam
anggaran, perusahaan akan menemui kesulitan untuk memahami hubungan antara
biaya volume dan laba. Analisa break even menyajikan informasi kepada
perusahaan pencapaian laba perusahaan di masa yang akan datang.
Analisa abreak even memberikan informasi berapa tingkat
penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar tidak menderita
kerugian. Dari analisa tersebut dapat diketahui sampai seberapa jauh volume
penjualan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa break
even merupakan salah satu bentuk hubungan biaya volume, dan laba karena untuk
mengetahui berak even point dan margin of safety perlu dilakukan analisa
terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba. Apabila di dalam analisa break
even, tidak berat analisa diletakkan pada tingkat penjualan minimum yang
menghasilkan laba sama adengan nol maka dalam analisa biaya, volume dan laba
titik berat analisanya diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan-perubahan
pada biaya. Volume, dan harga jual yang berakibat pada perubahan laba
perusahaan.
A.
Kegunaan Analisa Break even Bagi Manajemen
Hasil analisa break even di samping memberikan gambaran
tentang hubungan antara biaya, volume, dan laba juga akan dapat membantu atau
memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan
masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau
penggantian fasilitas perusahaan atau investasi dalam aktiva tetap lainnya :
apakah penambahan atau penggantian aktiva tetap ini memungkinkan dan
menguntungkan bagi perusahaan bila ditunjau dari segi ekonomi ?
Dengan menggunakan analisa break even, maka masalah ini
akan terjawab dan untuk menjelaskan penggunaan metode analisa break even dalam
menghadapi masalah ini maka berikut ini akan diberikan suatu ilustrasi dari
Perusahaan “SARI & Co, “yang mempunyai data perhitungan laba rugi sebagai
berikut :
Penjualan ……………………………………………
Rp. 1.000.000.-
Harga Pokok &
biaya operasi :
Biaya Tetap
………….Rp. 306.000.-
Biaya Variabel ……….Rp.
640.000.-
Total
Biaya Operasi ………………………… Rp. 946.000.-
Keuntungan
…………………………………. Rp. 54.000.-
Manajemen
mempertimbangkan untuk menambah investasinya dalam aktiva tetap dengan cara
menambah truk angkutan yang sekarang dimiliki. Jika investasi tambahan ini
dilaksanakan, maka biaya tetapnya akan berubah dari Rp. 306.000,- menjadi
sebesar Rp. 414.000,- per tahun dan biaya variabelnya tetap seperti semula
yaitu 64% dari penjualan.
Langkah pertama untuk menyelesaikan
masalah ini adalah memperbandingkan tingkat break even point sebelum adanya
tambahan investasi baru dengan setelah adanya tambahan investasi tersebut.
Tingkat
Break Even (TBE) sebelum adanya tambahan investasi :
Rp.
306.000,-
TBE = 1 – Rp. 640.000,-
Rp.1.000.000.-
= Rp. 850.000,-
Tingkat Break Even (TBE) setelah
tambahan investasi :
Rp.414.000,-
TBE = 1 - Rp.
640.000,-
Rp.1.000.000,-
= Rp. 1.150.000,-
Dengan adanya tambahan investasi
baru, maka harus dapat menaikkan penjualan menjadi Rp. 1.150.000,- dari tingkat
penjualan yang sekarang yaitu sebesar Rp.1.000.000,- sebelum perusahaan
memperoleh keuntungan.
Langkah kedua adalah menentukan
tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan
tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang yaitu sebesar Rp.
Rp.54.000,-
Rp.414.000,- + Rp. 54.000.-
TBE = 1 - Rp.
640.000,-
Rp.1.000.000,-
= Rp. 1.300.000,-
Jadi untuk memperoleh laba atau
keuntungan yang sama dengan yang diperoleh saat ini, perusahaan harus mampu
menjual barang dagangannya sebesar Rp. 1.300.000,-.
Langkah ketiuga adalah menentukan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut. Misalnya
dalam fasilitas yang ada sekarang, perusahaan dapat memesan barang maksimum
sebesar Rp.1.200.000,- dan akan dapat dijual semua. Kenaikan pembelian dengan
adanya penambahan fasilitas atau ditambahnya truk angkutan yang dimiliki
sesuatu dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan yaitu
sebesar Rp. 1.600.000,- maka kemungkinan batas maksimum keuntungan yang dapat
dicapai dalam masing-masing kondisi dapat diperkirakan sebagai berikut :
0 komentar:
Post a Comment