INFORMASI PENTING

Monday, March 31, 2014

EFEK ANTIADHESI INTRAPERITONIUM EKSTRAK SAMBILOTO PASCA LAPARATOMI PADA TIKUS PUTIH (KODE PK072)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Adhesi adalah merupakan jaringan parut internal yang terbentuk karena adanya trauma oleh karena pencederaan peritonium dengan proses yang kompleks. Adhesi intraperitonium disebut juga jaringan fibrosa yang menghubungkan antara dinding rongga perut dalam dengan permukaan organ tubuh yang terdapat di dalam cavum abdomen (misalnya; Usus, pelvik dan lainnya). Adhesi merupakan penyakit congenital atau penyakit yang didapat. Adhesi didapat karena inflamasi setelah operasi (Ellis, 1999). Adhesi intraperitonium pasca laparatomi merupakan masalah setelah operasi yang serius karena sering meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Hanafi, 2001). Bedah pelvik seperti bedah sesar merupakan salah satu penyebab adhesi intraperitonium dari bidang obstetri ginekologi. Setelah bedah pelvik dapat terjadi nyeri pelvik, gangguan usus dan kemandulan pada wanita akibat terbentuknya adhesi intraperitonium (Guvenal, dkk., 2001; Cheong, dkk.; 2001; Rout, 2000). Terbentuknya adhesi di dalam rongga panggul akan diperberat apabila terjadi peradangan atau infeksi. Namun patogenesis pasti dari pembentukan adhesi ini masih belum tuntas diketahui (Chung, dkk., 2002). Pembentukan dan perubahan bentuk adhesi intraperitonium masih merupakan peristiwa tak terelakkan pada bedah pelvik dengan teknik pembedahan modern  (bedah laser) (DeCherney dan diZerega, 1997). Pembentukan adhesi merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan yang kompleks pada perawatan setelah  operasi abdomen (Weibel dan Majno, 1973). Selain itu adhesi pelvik akan memberikan tingkat kesulitan yang lebih berat pada tindakan operasi berikutnya (Rout, 2000). Adhesi merupakan jenis kumpulan masalah medik termasuk kesuburan dan sakit pelvik kronik, dan meningkatkan biaya kesehatan (Diamond dan Schwartz, 1998). Masalah ini dijumpai 67-93% dari semua kasus operasi pelvik dan abdomen. Selain itu, akibat dari adhesi intraperitonium adalah obstruksi usus, 30-41% pasien digestif yang memerlukan tidakan reoperasi karena obstruksi usus besar dan obstruksi usus halus meningkat porsinya hingga 65-75% (Ellis, 1999).
Walaupun mekanisme pembentukan adhesi intraperitonium kurang dipahami dengan baik, studi terbaru menyatakan bahwa keseimbangan antara proses deposit fibrin dan proses degradasi fibrin pada tahap awal perbaikan jeringan menentukan hasil akhirnya (Holtz, 1984; Falk, dkk., 2001). Penelitian tentang mekanisme seluler dari pembentukan adhesi setelah operasi terfokus pada peran makrofag dan Polimorpo Nukleat (PMN). Adhesi merupakan akibat dari respons inflamasi terhadap cedera jaringan (trauma), infeksi, perdarahan atau adanya benda asing yang terdapat di rongga peritonium. Jumlah siklooksigenase-2 (COX-2) meningkat pada inflamasi dan berbagai kerusakan jaringan yang pada gilirannya akan meningkatkan pembentukan prostaglandin setempat. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) dapat menghambat produksi prostaglandin, pemberian AINS diperkirakan akan menurunkan kejadian pembentukan adhesi. AINS yang ada saat ini bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2. Efek COX-2 selektif inhibitor terhadap pencegahan kejadian adhesi belum tuntas dibuktikan (Sieger, dkk., 1980; Cofer, dkk., 1994; Rodgers, dkk., 1997).
Sekarang ini, hanya sedikit pilihan yang tersedia untuk mencegah pembentukan adhesi intraperitonium dan ini tidak diterima dengan baik. Untuk mencegah adhesi setelah operasi, banyak bahan yang telah digunakan terhadap hewan percobaan dan uji klinik (DeCherney dan DiZerega, 1997). Saat ini upaya menghambat pembentukan adhesi merupakan satu-satunya intervensi dalam klinik dengan dukungan data yang terbatas (DiZerega, 1996; Keckstein dkk., 1996; Haney dan Doty, 1998; Sawada dkk., 2000). Sebagai tambahan terhadap upaya pencegahan adhesi, pemisahan luka permukaan peritonium secara fisik, beberapa sediaan telah diujicoba kemampuannya untuk memodifikasi proses inflammatory-coagulation yang terjadi setelah luka peritoneum. Sediaan-sediaan ini meliputi glukokortikoid, AINS, larutan prokoagulan, heparin, dan fibrinolitik seperti tissue plasminogen activator (tPA). Hingga kini, belum ada sediaan yang terbukti secara konsisten mampu menghambat pembentukan adhesi (Guvenal,  dkk., 2001).  
Berdasarkan teori di atas, perlu untuk meneliti tumbuhan tradisional yang telah digunakan masyarakat sebagai antiinflamasi yaitu herba sambiloto, dimana di masyarakat sudah cukup lama dikonsumsi dengan cara merebus dengan air. Herba sambiloto di masyarakat selain digunakan sebagai antiinflamasi juga sebagai antipiretik (demam) dan sebagai analgetik (penghilang rasa sakit) (Dep.Kes RI, 2000). Pada penelitian ini dilakukan pengamatan efek pencegahan adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih yang diberi ekstrak sambiloto.
1.2  Perumusan Masalah
Apakah pemberian obat tradisional (ekstrak sambiloto) memiliki  efek antiadhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih.
1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat  tradisional (ekstrak sambiloto) terhadap kejadian (ada atau tidak), jumlah dan luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih.

1.4  Manfaat Penelitian
Bila terbukti pemberian obat tradisional (ekstrak sambiloto) terhadap penurunan kejadian, jumlah dan luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih, mungkin dapat dipertimbangkan untuk dilakukan uji klinik dalam upaya mencegah terjadinya adhesi intraperitonium yang terjadi pada manusia.


1.5  Hipotesis Penelitian
Pemberian antiinflamasi tradisional (ekstrak sambiloto) dan moderen (ketorolak trometamin) yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat mencegah terjadinya adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih.
1.6  Analisis statistik
Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan anova satu arah dan dilanjutkan dengan uji-t, dengan perkiraan:
Ho;      Tidak terdapat perbedaan luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih yang diberi antiinflamasi dengan tanpa pemberian antiinflamasi.
Hi:      Luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi  pada tikus putih yang diberi antiinflamasi lebih kecil dengan tanpa pemberian antiinflamasi.


SELENGKAPNYA.......






0 komentar:

Post a Comment