INFORMASI PENTING

Wednesday, March 19, 2014

PENELITIAN KESEHATAN :: ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN“ASMA BRONKHIAL”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG
            Menurut UU RI No 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas, sedangkan menurut  Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih. pertumbuhan Jumlah lanjut usia di indonesia pada umumnya makin meningkat. hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin baiknya derajat kehidupan. berhasilnya pembangunan disegala bidang termasuk kesehatan secara tidak langsung berdampak meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian. (Propil UPT Pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai dan Medan 2012)
Menurut Dirjen pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen sosial RI, jumlah orang lanjut usia di Indonesia saat ini sekitar 16,5 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 220 juta jiwa. jumlah lansia ini termasuk di dalamnya lansia yang masih potensial dan produktif. pertambahan jumlah lansia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1980 jumlah lansia masih 7 juta jiwa, kemudian pada tahun 1990 naik menjadi 12 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia berkisar 14 juta jiwa. Sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 2010 di perkirakan jumlah lansia mencapai 23 juta jiwa, dan tahun 2020 menjadi 28 juta jiwa.
Sesuai dengan budaya masyarakat pada umumnya, para lanjut usia menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga. akan tetapi karena sesuatu sebab maka mereka tidak mungkin tinggal di lingkungan keluarganya. untuk itu dibutuhkan suatu lembaga kesejahteraan sosial yang dapat menampung lanjut usia dengan masalah di atas. Adapun lembaga itu adalah panti sosial lanjut usia. (Fatimah, 2010)
Salah satu yang menjadi masalah kesehatan pada lansia adalah aspek biologis yang mencakup perubahan anatomi dalam sel jaringan dan fisiologis yang berhubungan dengan perubahan-perubahan tersebut. Aspek psikologis meliputi sindrom atau gejala multikompleks dari proses menua. dan aspek kesehatan meliputi gangguaan kesehatan akibat dari proses degenerative. Penyakit degenerative merupakan penyakit yang dianggap rentan pada perubahan tubuh baik fisik, maupun mental pada golongan lansia. Salah satu factor penyakit degenerative antara lain penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, osteoporosis, kanker dan kepikunan. (http://wwwt.kesehatan ibu dan anak.blog spot.com.//penyakit degeneratif//)
Penyakit asma merupakan sebagai komponen hiperraktivitas jalan nafas (Dettenmeir, 1992). Asma merupakan penyakit dengan karakteristik adanya obstruksi jalan nafas dan menurunnya frekuensi nafas, terdiri dari bronchitis kronis dan empisema. Faktor resiko asma dalah usia 65-84 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan penurunan fungsi paru, polusi udara, perokok pasif, riwayat alergi, nutrisi buruk, alkoholik.
Tanda dan gejala meliputi riwayat dipsneu progresif, batuk, mengi, dan produksi sputum biasanya pagi hari. (Listello, Glauser, 1992). Beberapa gejala yang dapat diidentifikasi pada penderita  asma yaitu sesak nafas, batuk disertai sputum, terjadi penurunan berat serta kelelahan (fatique).
 Jumlah penderita penyakit asma bronchial menurut WHO adalah sekitar 100-150 juta penduduk. Dan terus meningkat hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian di dunia yaitu mencapai 17,4%. sementara di Indonesia penyakit ini termasuk dalam sepuluh besar penyebab kematian. usia rata-rata yang terkena penyakit asma adalah usia 60 tahun keatas. (Fatimah, 2010)
         Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyusun KARYA TULIS ILMIAH  DENGAN JUDUL ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN“ASMA BRONKHIAL” DI WISMA CEMPAKA UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN TAHUN 2012.

1.2      TUJUAN PENULISAN
1.2.1   TUJUAN UMUM         
                     Mampu melaksanakan Asuhan keperawatan Gerontik Pada Tn.U Dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

1.2.2        TUJUAN KHUSUS
a.       Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
b.      Dapat merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
c.       Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
d.      Dapat melaksanakan tindakan keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
e.       Dapat melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

1.3   RUANG LINGKUP      
        Mengingat luasnya masalah keperawatan pada gerontik, maka penulis membatasi masalah pada Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”

1.4   METODE PENULISAN
         Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun proposal ini adalah dengan Metode Deskriptif. yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran brdasarkan masalah keperawatan yang diambil melalui :


1.       Metode Observasi
Adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap pasien sebagai subjek pelayanan keperawatan.
2.      Metode Wawancara 
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan secara lisan dari responden dalam hal ini pasien, keluarga, dan perawat.
3.      Metode Dokumentasi
Penulis memperoleh pengkajian data brdasar hasil dan informasi dari pasien dan keluarga serta dari poliklinik UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan
4.      Study Kepustakaan

Sesuai dengan landasan yang berpedoman pada buku-buku yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang diambil untuk dijadikan bahan acuan perbendaharaan dan perbandingan.

Selengkapnya..




Tuesday, March 18, 2014

PENELITIAN : SISTEM INFORMASI PENANAMAN BIBIT PADI UNGGUL BERBASIS WEB PADA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk kedalam negara agraris yang kaya dengan pertaniannya. Salah satu tanaman utamanya adalah padi. Tidak dapat dipungkiri sebab penduduk Indonesia dari sabang sampai merauke akrab dengan tanaman dari suku Poaceae itu. Suburnya pertanahan di Indonesia memungkinkan untuk tempat tumbunya beraneka jenis tanaman. Sehingga  jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10 persen dari flora dunia.
Hal tersebutlah yang menimbulkan keinginan para orang terdahulu untuk mempertahankan kebutuhan pangannya dengan cara bercocok tanam. Salah satu tanaman yang masih dipertahankan  adalah padi. Padi merupakan salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi beras. Kebutuhan orang yang semangkin meningkat akan beras pada saat ini memicu sebahagian orang yang bekerja pada sektor pertanian untuk meningkatkan produtivitas beras. Seiring bertambahnya populasi manusia di bumi ini maka ketahanan akan tanaman pangan pun harus ditingkatkan guna terpenuhinya kebutuhan setiap orang. Namun pada kenyataannya kini, keinginan orang –orang untuk menggeluti bidang pertaniaan semangkin berkurang.
Kemajuan teknologi mendorong setiap orang untuk berfikir modern dan berusaha untuk menuju hidup dalam keadaan yang lebih baik. Masing –masing orang kini sibuk dengan urusannya masing-masing yang melibatkan kemajuan pengetahuan sebagai pegangan dalam kemajuannya. Hingga perlahan orang-orang kurang menggeluti bidang pertanian. Pada saat ini produksi beras Indonesia semangkin menurun, hal tersebut dapat dilihat dari impor beras oleh negara lain ke Indonesia.
Kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk becocok tanam padi merupakan salah satu penyebabnya. Kuranggnya pehaman kepada masyarakat untuk terus dapat mempertahankan tanaman padi serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian khususnya tanaman padi membuat sebahagian orang mulai beralih ke tanaman yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dan mudah menghasilkan. Penulis yang  masih sebagai seorang pelajar  merasa sedih memperhatikan keadaan tersebut.
Memikirkan  keadaan tanaman pangan kedepannya membuat penulis terus berpikir dan menemukan sebuah gagasan. Adapun gagasan tersebut yaitu Pelajar, dimana perlunya peran serta para pelajar untuk dapat berpartisipasi dalam hal tersebut. Karena banyak kebanyakan para pelajar hanya tau mengkonsumsi olahan padi tersebut, tanpa mengetahui asal mulanya. Oleh karena itu di dalam karya ilmiah ini penulis akan memaparkan peran-peran yang dapat dilakukan setiap orang untuk dapat bersama membudidayakan tanaman padi.



.
1.2              Batasan Masalah
            Dari uraian latang belakang diatas maka penulis membuat batasan masalah tentang bagaimana Pihak BPP dapat membantu para petani untuk penanaman padi unggul, juga kendala-kendala yang dianggap perlu dicari jalan keluar.

1.3              Tujuan Pembahasan
            Dari uraian diatas maka yang menjadi tujuan pembahasan adalah pengembangan informasi penanaman bibit padi unggul berbasis web.

1.4              Metode Pengumpulan Data
            Ada dua metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data yaitu ;
1.                  Studi lapangan (Field Research)
yaitu mengumpulkan data langsung dari tempat dimana penulis melaksanakan penelitian. Sedangkan cara mendapatkannya antara lain ;
a.       Wawancara (interview)
Data yang didapat dari wawancara langsung dari Pihak BPP, sehingga data yang didapatkan akurat.
b.      Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dan terjun langsung kebagian pengolahan data yang ada pada kantor terkait dalam hal ini adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Pidie Jaya.

  1. Studi Perpustakaan (Library Research)
yaitu mengumpulkan data dari buku-buku  yang dianggap berhubungan dengan judul laporan yang sedang dibuat.

1.5              Sistematika Pembahasan
            Pada bagian ini akan dijelaskan sistematika pembahasan yang terdiri dari atas beberapa bab yang masing-masing bab terdapat sub-subnya masing-masing sebagai berikut :
BAB I       adalah bab pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Pembahasan, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Pembahasan.
BAB II      Membahas tentang landasan teoritis yang terdiri dari Pengertian Sistem, Pengertian Informasi, Pengertian Tanaman Padi, Pengertian Web, Pengertian Php, Pengertian MySql.
BAB III          Menjelaskan tentang gambaran umum Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Pidie Jaya, yang mencakup Sejarah Singkat Balai Penyuluhan Pertanian, Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pidie Jaya, Visi dan Misi.


Selengkapnya..




PENELITIAN KESEHATAN :: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. N DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI STROKE HAEMORAGIC DI RUANG UNIT STROKE RUMAH SAKIT


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke akut didefenisikan sebagai penyaki otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke haemoragik). (Dr Iskandar Junaidi,2011)
            Salah satu penyebab meningkatnya kasus penyakit pembuluh darah seperti jantung dna stroke adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola gaya hidup sehat. Selain itu, meningkatnya usia, harapan hidup, kemajuan dibidang sosial eknomi serta perbaikan di bidang pangan yang tidak diikuti dengan kesadaran menerapkan gaya hidup sehat juga menjadi pemicunya. Sebaliknya, masyarakat kita sejak usia muda dimanjakan dengan gaya hidup sembarangan yang kurang memperhatikan pola hidup sehat.
            Saat ini resiko serangan stroke meningkat 10-15 kali,keadaan ini di bandingkan dengan tahun1970 yang hanya sekitar 2,5% jelas ada peningkatan yang cukup tajam.
Kasus stroke di seluruh dunia di perkirakan mencapai 50 juta jiwa ,dan 9 juta jiwa di antaranya menderita kecacatan berat.
Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama baik di negara maju maupun di negara berkembang,karena di samping menyebabkan angka kematian yang tinggi,stroke juga sebagai penyebab kecacatan yang utama.stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia,bahkan di banyak rumah sakit dunia stroke merupakan peyebab kematian nomor satu.banyak ahli kesehatan dunia juga yakin bahwa serangan stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu di dunia.(Suyono,2005).
Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam akhir-akhir ini, bahkan menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) saat ini Indonesia adalah negara dengan penderita stroke terbesar di Asia. (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonsia (KBI) Gemari, 2002).
 Stroke merupakan penyebab kematian yang tertinggi jantung dan pembuluh darah meningkat dari 9,1 %.
Tahun 1998, stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian no. 2 di dunia dengan lebih dari 5,1 angka kematian. Perbandingan angka kematian itu di negara berkembang dengan negara maju adalah lima banding satu. Juga tercatat lebih dari 15 juta orang menderita stroke non fatal
Secara global World Health Organization (WHO), memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60 % kematian dan 43 % kesakitan di seluruh dunia. (Sam, 2007). WHO bahkan memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73 % kematian dan 60 % kesakitan di seluruh dunia. (Depkes, 2007)
            Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departeman Kesehatan tahun 2001, proprsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41 % di tahun 1990 menjadi 48,53 % di tahun 2001. Proporsi kematian karena penyakit jantung dna pembuluh darah meningkat dari 9,1 % tahun 1986 menjadi 26,3 % tahun 2001. Proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5 % tahun 1986 menjadi 11,5% di tahun 2001. Keadaan ini terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kejadian PTM yang terus mewabah yang disebabkan pola hidup yang salah. (Yayasan Jantung Indonesia, 2006)
            Dari observasi yang penulis lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan masih banyak ditemukan gangguan stroke haemoragic. Penyakit ini membutuhkan perhatian khusus dalam memberikan asuhan keperawatan yang seimbang.yaitu mengupayakan agar kerusakan otak terjadi semaksimal mungkin,mencegah terjadinya stroke ulang dan komplikasi serta memaksimalkan penyembuhan pasien.
            Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny, N dengan Gangguan Sistem Neurologi Stroke Haemoragic di Ruang Unit Stroke pada tanggal 20 juni sampai 23 juni 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2012.

1.2.            Tujuan Penulisan
1.2.1.      Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada Ny. N dengan Gangguan Sistem Neurologi Stroke Haemoragic yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2012


1.2.2.      Tujuan Khusus
1.      Mampu melaksanakan Pengkajian Keperawatan pada Ny. N dengan gangguan Sistem Neurologi ”Stroke Haemoragic” di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan.
2.      Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Ny. N dengan gangguan Sistem Neurologi ”Stroke Haemorogic”di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan.
3.      Mampu membuat Perencanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan gangguan Sistem Neurologi ”Stroke Haemorogic”di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan
4.      Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan gangguan Sistem Neurologi ”Stroke Haemorogic”di Rumah sakit umum Dr pirngadi medan.
5.      Mampu membuat evaluasi keperawatan pada Ny,N dengan gangguan sistem neurologi”stroke haemorogic”di rumah sakit umum Dr Pirngadi Medan.
1.3.             Ruang Lingkup Masalah
            Mengingat luasnya permasalahan gangguan sistem Neurologi maka dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Gangguan Sistem Neurologi Stroke Haemoragic di Ruang Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

1.4.            Metode Penulisan
            Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode ilmiah yang bersifat menggambarkan, mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan. Sedangkan cara mengumpulkan data yang penulis lakukan adalah berdasarkan:
1.4.1.      Study Literatur
Dengan cara mempelajari buku-buku perpustakaan, makalah, skripsi dalam tulisan ini yang berhubungan dengan kasus ini.
1.4.2.      Wawancara (Interview)
Tanya jawab langsung dengan pasien, keluarga pasien, serta tim kesehatan lainnya.
1.4.3.      Observasi
Mengamati gejala yang muncul pada pasien dengan inspeksi, palpasi untuk memperoleh data dan mengatasi keadaan masalah pasien sebenarnya.
1.4.4.      Dokumentasi
Dengan cara melihat dan mempelajari catatan medis dan asuhan keperawatan pasien itu sendiri.

Selengkapnya..





Sunday, March 16, 2014

Penelitian Kesehatan ::GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH MENENGAH UMUM KELAS I DAN II TENTANG PEMAKAIAN HELM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem lalu lintas merupakan suatu sistem yang kompleks dan beresiko membahayakan keselamatan manusia sehingga harus dikurangi hal-hal yang bisa memunculkan bahaya. Keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan komitmen dan juga keterlibatan bersama (WHO, 2004).
Sejumlah rekomendasi aksi dikeluarkan oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa itu terkait dengan pencegahan kecelakaan lalu lintas. Rekomendasi itu antara lain adalah perlunya identifikasi badan yang bertanggung jawab memandu upaya sistem keamanan jalan raya dan strategi nasional untuk perencanaan jalan raya yang aman. Lembaga itu juga memberi rekomendasi perlunya alokasi dana dan sumber daya manusia yang memadai dan memasukkan masalah lalu lintas dalam perencanaan pembangunan, mengimplementasikan aksi spesifik untuk mencegah lalu lintas dan meminimalkan korban serta mendukung upaya pembangunan nasional dan kerja sama internasional (Izwar, http://www.sistem lalu lintas.com/2003).  
April 2010 pengendara sepeda motor wajib menggunakan helm yang memenuhi standard nasional indonesia (SNI), sebab pelanggaran ketentuan ini bisa dikenai sanksi denda sebesar Rp. 250.000,-. Keharusan memakai helm telah diatur dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Peraturan Menteri Perindustrian. Kebijakan yang dikeluarkan Menteri Perindustrian ini bertujuan untuk melindungi konsumen pengguna helm. Penerapan aturan ini merupakan wujud tanggung jawab pemerintah dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan bagi warga Negara Indonesia. Peraturan wajib helm ini juga bertujuan melindungi produsen helm dalam negeri dari serbuan produk-produk luar negeri, kualitas produk luar negeri tersebut belum tentu memenuhi standar nasional (Bakrie,http://www.UU kendaraanbermotor.com/2010). 
Dengan adanya kebijakan Pemerintah, maka pengendara diwajibkan untuk menggunakan helm. Akhir-akhir ini pihak kepolisian cenderung gencar mengadakan tilang kelengkapan kendaraan untuk mensosialisasikan penggunaan helm. Sebagai suatu bentuk kewenangan yang harus dijalankan untuk mengupayakan agar dapat mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas bagi pengendara Sepeda Motor.
Penggunaan helm sebagai pelindung kepala, dapat mengurangi resiko geger otak  akibat benturan keras pada kepala yang disebabkan kecelakaan atau sebab lain. Sepertinya sudah banyak disuarakan oleh banyak pihak melalui iklan pada media cetak, elektronik maupun dengan memberikan contoh secara nyata, untuk selalu mengenakan helm yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan bukan asal helm. Tetapi iklan layanan masyarakat tentang pentingnya penggunaan helm standar sepertinya masih belum banyak mendapat perhatian yang serius dari para pengguna jalan atau orang-orang yang mempunyai kewajiban untuk mengenakan helm standar (Sapimoto,http://pemakaian helm.com/2008).
Penggunaan helm itu pada prinsipnya baik, tetapi barangkali akan lebih baik apabila dikaitkan dengan fungsi helm itu sendiri dan Undang-Undang lalu lintaslah yang menjadi alas hukumnya. Sebenarnya Undang-Undang Lalu Lintas dibuat untuk menatatertibkan masyarakat pemakai kendaraan bermotor agar mereka itu lebih nyaman dan selamat serta tidak menyebabkan warga masyarakat lainnya justru terganggu. Kecepatan berkendaraan dalam kota maksimalnya hanya boleh 40 km/jam, maka niscaya akan signifikan mengurangi kecelakaan lalu lintas (Sapimoto, http://pemakaian helm.com/2008).
Melihat akibat dari efek geger otak yang ditimbulkan, seharusnya para pengguna jalan khususnya sepeda motor memiliki rasa ikhlas untuk menggunakan helm standar sebagai pelindung diri dan bukan mengenakan helm hanya karena takut membayar surat tilang atau karena keberadaan petugas lalu lintas. Semua orang tidak ada yang menginginkan mengalami kecelakaan, tetapi yang namanya kecelakaan bisa terjadi kapan saja dan terhadap siapa saja, bahkan terhadap pengguna jalan yang telah mematuhi aturan serta rambu lalu lintas. Penggunaan helm juga akan sia-sia, jika memang seseorang telah digariskan untuk meninggal atau mengalami geger otak atau akibat lain dari terjadinya kecelakaan. Penggunaan helm bukanlah sebagai penghilang resiko tetapi hanya sebagai pengurang resiko (Sapimoto, http://pemakaian helm.com /2008).
Pihak kepolisian cenderung gencar mengadakan tilang kelengkapan kendaraan untuk mensosialisasikan penggunaan helm. Di Indonesia khususnya di Makassar, sejumlah orang menunjukkan ketidak setujuan dengan pemakaian helm standar. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan memakai helm bagi pengendara sepeda motor berujung dengan protes, apalagi diberlakukannya helm yang berstandar nasional dengan istilah pemakaian helm depan-belakang (http://www.otomotif.kompas.com/2009).
Banyaknya angka kecelakaan lalu lintas, tercatat di Indonesia sekitar 80% pengendara sepeda motor yang menggunakan helm berstandar nasional. Hal ini dikarenakan pengguna jalan khusunya pengendara sepeda motor lebih cepat mendapat sosialisasi dan informasi tentang pemakaian helm. Polisi lalu lintas aktif dalam mengontrol aktivitas jalan terutama pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor (http://www.otomotif.kompas.com/2010).
70 % dari jumlah kendaraan bermotor yang tercatat di Indonesia adalah sepeda motor, dan sekaligus sebagai jenis kendaraan yang banyak dipakai sebagai alat transportasi. Tercatat bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas jalan pada tahun 2004 sebanyak 17.732 kejadian melibatkan 14,223 unit sepeda motor (80,21 %). Selain itu diketahui pula bahwa 8 dari 10 kecelakaan lalu lintas melibatkan sepeda motor, dimana 1 dari 3 pengendara sepeda motor yang terluka mengalami cedera kepala (geger otak) dan cedera kepala berat yang mengakibatkan kerusakan otak permanen akibat tidak memakai helm. Hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa hampir setengah kecelakaan dijalan melibatkan pengendara berusia 16-30 tahun, yang notabene merupakan generasi muda harapan bangsa (http://www.dephub.com/2004). 
Polres Aceh Tengah dalam rangka upaya penertiban pengguna jalan dalam berlalu lintas bagi pengendara sepeda motor (sepmor) roda dua khususnya, mencanangkan pemakaian helm yang bersifat standar  bagi pengendara sepeda motor. Ketentuan tersebut telah berjalan selama sebulan terakhir, karena tujuan penertiban penggunaan helm standar bertujuan sebagai pengamanan bagi pengguna jalan roda dua yang selama ini sering terjadi kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Selain itu Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat lantas) memberitahukan kepada masyarakat agar pengguna sepeda motor roda dua wajib menggunakan helm standar baik penemudi maupun yang dibonceng (http:www.aceh tengah.com/2010).   
Tercatat jumlah kecelakaan sepeda motor sangat tinggi, sehingga pencanangan dalam pemakaian helm harus lebih digencarkan. Di Bener Meriah, khususnya di Kecamatan Bukit kasus kecelakaan lalu lintas ditahun 2007 sebanyak 19 kasus dengan korban meninggal 6 orang. Ditahun 2008 meningkat menjadi 21 kasus dengan korban meninggal 9 orang. Ditahun 2009 kembali meningkat dengan jumlah 30 kasus, baik dikarenakan akibat tidak menggunakan helm maupun faktor lain (Profil Dinas Perhubungan Bener Meriah, 2009). 
Data di Bener Meriah tercatat pengguna jalan khususnya pengendara sepeda motor yang menggunakan helm standar sekitar 50%, hal ini jauh dari perkiraan jumlah sepeda motor yang ada di Bener Meriah. Diketahui pemakai roda dua di Bener Meriah lebih banyak sekitar 60% dibandingkan dengan pemakai roda empat. Ketidak setujuan pengguna jalan khususnya sepeda motor dengan diberlakukannya penggunaan helm standar depan-belakang, akan tetapi mensosialisasikan penggunaan helm terus saja digencarkan guna untuk meminimalisir tingkat kecelakaan dijalan raya terutama bagi pengendara sepeda motor. Sosialisasi tentang helm membuat polisi lalu lintas harus bekerja ekstra keras untuk menertibkan helm, yang sekarang hasilnya di jalan raya pengendara sepeda motor sudah mulai mengenakan helm standar (Profil Dinas Perhubungan, 2010). 
Tingkat pengetahuan siswa tentang helm bukan merupakan hal baru di era global ini. Siswa selain bertugas belajar disekolah juga sebagai pencari ilmu lain atau memotivasi diri untuk mendorong berinteraksi sosial, terutama dalam proses belajar mengajar (Majalah pendidikan, 2009).
Pengetahuan siswa tentang helm merupakan suatu ilmu yang luas dalam masalah hukum terutama dalam kebijakan pemerintah yang diatur dalan Undang-Undang tentang pemakaian helm. Kebijakan pemerintah dalam penertiban helm merupakan hal yang positif untuk meminimalisir tingkat kecelakaan sepeda motor. Tetapi masih banyak pengendara sepeda motor khususnya siswa atau pelajar yang tidak mengerti bahkan tidak menghiraukan kebijakan tersebut (kompas/2009).
Pemakaian helm untuk setiap pengendara sepeda motor wajib memakai helm, tidak terkecuali siswa atau pelajar sekolah. Karena kecelakaan yang terjadi tidak memandang siapa pengendaranya dan sepeda motor apa yang dipakai (Mahadipta, http://www.pemakaian helm.com/2008).    
Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan dengan tehnik observasi, didapatkan hasil dari pengamatan bahwa dari 10 siswa hanya 4 siswa yang memakai helm, dikarenakan siswa belum mengerti akan kegunaan helm sehingga siswa tidak mau menggunakan helm ketika mengendarai sepeda motor. Adapun hasil wawancara yaitu dari 10 orang siswa hanya 4 siswa yang mengerti tentang pemakaian helm dan rata-rata mereka mengatakan tidak percaya diri mengenakan helm, takut rambut rusak dengan memakai helm, sulitnya berkomunikasi memakai handphone (HP) karena terhalang oleh helm saat berkendara sepeda motor. Alasan siswa lain tidak perlu memakai helm kesekolah kecuali akan bepergian jauh.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Menengah Umum tentang Pemakaian Helm di SMUN 1 Bukit Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2010.



B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang : Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Menengah Umum tentang Pemakaian Helm di SMUN 1 Bukit Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2010.

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Menengah Umum tentang Pemakaian Helm di SMUN 1 Bukit Kecamatan Bukit Kabupaten Bener meriah Tahun 2010.

2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa Sekolah Menengah Umum tentang Pemakaian Helm di SMUN 1 Bukit Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2010.
b.      Untuk mengetahui Gambaran Sikap Siswa Sekolah Menengah Umum tentang Pemakaian Helm di SMUN 1 Bukit Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2010.

D.    Manfaat Penelitian
  1. Pemerintah
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memperkaya kepustakaan hukum bagi pengembangan ilmu hukum pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya dengan memberdayakan aturan pemakaian helm terhadap pengguna jalan khususnya pengendara motor/sepeda motor.
  1. Siswa/Pelajar
Meningkatkan pengetahuan serta kemauan siswa/pelajar terutama dalam penggunaan/pemakaian helm saat berkendara sepeda motor guna untuk meminimalisir tingkat kecelakaan di jalan raya.   
  1. Institut Pendidikan
Dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 
  1. Peneliti
Sarana untuk melatih diri dalam proses berfikir ilmiah sebagai bentuk pengetahuan dan keterampilan selama pendidikan.

Selengkapnya...




GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)



 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut angka WHO kanker payudara merupakan penyakit kalangan menengah dan terutama menyerang kelompok-kelompok sosial yang lebih kaya dan mempunyai kehidupan sosial, ekonomi yang lebih tinggi, yaitu mereka yang dapat menikmati makanan yang bergizi tinggi (www.Frieslandfoods.com, 2006).
Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, di Indonesia kanker payudara termasuk tersering ditemukan pada wanita setelah kanker serviks. Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya Usia        20 – 35 Tahun (www.Frieslandfoods.com, 2006).

1
 
Setiap orang yang berhubungan dengan Kanker Payudara akan tahu bahwa beberapa faktor resiko seperti orang tua, menstruasi terlalu dini, menupause terlambat dan sejarah keluarga dengan kanker payudara. Penyakit ini boleh dikatakan tidak terdapat di Negeri Cina, hanya 10.000 dari beberapa wanita di Cina wafat karena penyakit ini, dibandingkan dengan persentase menakutkan bahwa 1 diantara 12 wanita di Inggris meninggal dunia karena penyakit ini dan bahkan angka ini lebih mengerikan lagi menjadi rata-rata diantara 10 wanita di sebagian besar Negara-Negara Barat. Hal ini bukanlah karena Cina merupakan negeri yang bersifat pedesaan, dan tidak banyak terkena populasi perkotaan, di daerah Hongkong yang padat persentase meningkat menjadi 34 diantara 10.000 wanita, namun masih jauh sedikit dari pada Barat.
Kanker Payudara yang ditemukan pada stadium dini memiliki prognosis yang lebih baik. Namun berdasarkan data di Rumah Sakit, kanker darmais, sekitar 50 % pasien datang sudah dalam stadium IV. Hal ini tidak berbeda dengan apa yang biasa terjadi di Negara yang sedang berkembang, dimana hanya sekitar 20 % kasus kanker payudara datang dalam stadium dini. Sangat jauh dari angka 80 % pada stadium I dan II di negara maju. Kanker payudara adalah salah satu neoplasma yang ganas, secara statistik, resiko kanker payudara meningkat pada wanita nulipara, wanita dengan menarce dini dan menupause lambat, dan pada mereka yang mengalami kehamilan pertamanya setelah usia 30 tahun ( http://www. Asysyfausakti. Co.cc,2008).
Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Penderitanya pun ada yang umur 18 tahun, padahal di Negara-Negara lain Eropa atau Amerika misalnya, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di Negara-Negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga dapat diobati dan disembuhkan, sedang di Negara Kita, kebanyakan kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan, padahal mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dan bisa dilakukan sendiri di rumah, cukup beberapa menit, sebulan sekali, dengan melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari). Memang, banyak wanita tidak ingin melakukan Sadari karena bisa jadi bayangan menakutkan, tetapi, semakin sering para wanita memeriksa payudara sendiri, akan semakin mengenalnya dan semakin mudah menemukan sesuatu yang tidak beres. Bagaimanapun Sadari adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari resiko kanker payudara (http://frirac-multiply.com, 2007).
Kasus baru terus meningkat, usia juga semakin muda Banda Aceh. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah kasus baru meningkat hampir 12 % pertahun. Usia penderita semakin muda, semakin banyak perempuan usia 20-an yang terkena,  bahkan di usia remaja. Peningkatan jumlah kasus baru didapat di RS. Zainal Abidin Banda Aceh, antara 1995 hingga 2005 lalu, peningkatan jumlah pasien memang konsisten yaitu 11.94 % per tahun pada 1995, di RS. Zainal Abidin tercatat 111 pasien baru, tahun demi tahun jumlah kasus terus meningkat. Pada 2005 lalu tercatat 335 Pasien baru (http://www.kompas.com,2008).
Usia muda juga bukan menjamin aman dari kanker payudara, dari ribuan pasien yang terdaftar di RS. Zainal Abidin dalam sepuluh tahun terakhir. Range usianya memang sangat luas, 20 hingga 87 tahun (http://www.kompas.com, 2008).
Di Kabupaten Aceh Tengah, Khususnya di RSUD Datu Beru Takengon penderita penyakit kanker payudara tahun 2008 berjumlah 7 kasus. Kasus tersebut pada stadium awal ditemukan 4 kasus, pada stadium lanjut ditemukan 3 kasus (Profil, Dinkes. Aceh Tengah, 2008).
Di Kabupaten Bener Meriah belum pernah dilakukan penelitian tentang    Periksa Payudara Sendiri   (Sadari). Berdasarkan survey awal yang dilakukan di SMA 1 Bandar Pondok Baru, dari 10 siswi 7 siswi tidak mengerti tentang pemeriksaan payudara. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan   tentang   Pemeriksaan   Payudara   Sendiri   khususnya  untuk  siswi - siswi SMA 1 Bandar Pondok Baru. Penulis menjadikan SMA 1  Bandar  sebagai objek penelitian karena bahwasanya di SMA ini belum pernah dilakukan penelitian yang menjurus pada Kesehatan khususnya mengenai pemeriksaan payudara sendiri, akan tetapi hanya ada dalam bentuk bidang pendidikan.
B.     MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan bagaimana gambaran  yang sudah di uraikan diatas adalah maka dapat dirumuskan permasalahan tentang pengetahuan siswi-siswi pada pemeriksaan payudara sendiri pada siswi-siswi 1 Bandar Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009.
C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswi tentang pemeriksaan payudara sendiri pada siswi-siswi SMA 1 Bandar Kabupaten Bener Meriah tahun 2009.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 1 Bandar tentang pengertian pemeriksaan payudara sendiri.
b.      Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 1 Bandar tentang manfaat pemeriksaan payudara sendiri.
c.       Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan siswi SMA Negeri 1 Bandar tentang cara pemeriksaan payudara sendiri.

D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah dapat menjadi masukan, khususnya dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan pengetahuan siswi tentang pentingnya mengetahui Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari).
2.      Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bener Meriah sebagai sumbangan pemikiran dalam merencanakan kebijakan serta program utuk meningkatkan kesehatan dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) pada remaja putri.
3.      Bagi siswi sebagai masukan untuk lebih menjaga kesehatan khususnya pada Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari).

4.      Bagi Penulis sebagai bahan masukan dan menambah pengalaman dalam penerapan ilmu Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) serta metode penelitian ilmiah.


Selengkapnya..




Saturday, March 15, 2014

Penelitian Kesehatan (S1 Kes Masyarakat) PENGETAHUAN TENAGA PARAMEDIS TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH KLINIS DI PUSKESMAS


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan kesehatan merupakan salah satu faktor dari pembangunan nasional Indonesia yang sangat penting dan terus menerus diupayakan  peningkatan. Sasaran pembangunan dibidang kesehatan yang tertuang dalam GBHN dengan ketetapan MPR No. II/1998 antara lain adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas kehidupan yang ditandai oleh peningkatan derajat kesehatan  masyarakat dan kualitas kehidupan yang ditandai oleh peningkatannya usia harapan  hidup, menurunnya angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, peningkatan produktivitas kerja serta meningkatnya kesehatan masyarakat akan  pentingya hidup sehat. Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : faktor lingkungan, prilaku pelayanan  kesehatan dan faktor keturunan (Kusnoputranto, 1983).
Dalam Peraturan Menteri RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Puskesmas, disebutkan bahwa Puskesmas merupakan salah satu pusat pemeliharaan dan pelayanan kesehatan yang mutlak diperlukan, yang telah nampak menjadi pelindung yang tinggi nilainya dalam rangka memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas tidak hanya membatasi kegiatan pengobatan saja, tetapi  sesuai dengan batasan tentang Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelengarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan.
 Seperti halnya tempat-tempat umum lainnya, Puskesmas juga  menghasilkan limbah dari kegiatannya yang  berupa bahan  buangan baik padat, cair dan gas yang padat mengandung bahan beracun, infeksius dan bahaya. Limbah/bahan buangan  dari setiap unit/ruangan harus dipisahkan sesuai dengan  kategori atau jenis limbah yaitu limbah klinis dan limbah  non klinis ( Permenkes RI No.986/1992).
Limbah  klinis Puskesmas apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai macam ganguan baik secara langsung terhadap pasien, petugas, penjunjung dan masyarakat yang tinggal disekitar Puskesmas. Contoh langsung adalah ganguan estika dan dapat menimbulkan bau serta dapat menyebabkan kecelakaan. Sedangkan ganguan tidak langsung adalah sebagai  sumber penularan penyakit. (Permenkes RI No.986/1992)
Karena limbah klinis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun, maka pengolahanya  haruslah lakukan secara khusus mulai dari tahap penimbunan sampai ketempat pembuangan akhir/pemusnahan agar dalam pelaksanaanya dapat berjalan dengan rasa  aman. (Permenkes RI No.986/1992)
Menurut Ahmad, KW (2000) yang mengutip pendapat Arshad, Z (1999) dikatakan bahwa berdasarkan  pengalaman dan hasil  penelitian  di Malaysia dalam  kurun waktu 1997-1999 tercatat sekitar 29% kejadian kecelakaan di Puskesmas  diakibatkan  oleh tertusuk jarum suntik. Kecelakaan ini terjadi baik terhadap dokter, perawatan ataupun petugas kebersihan setelah dilakukan evaluasi ternyata pengolahan jarum suntik dihampir setiap Puskesmas belum berjalan dengan baik.
Menurut hasil penanganan limbah kesehatan di NAD yang diperoleh dari Dinkes Nanggreo Aceh Darussalam dalam menangani masalah pengelolaan limbah klinis masih dalam tahap perencanaan yang telah diadakan seminar bersama termasuk perwakilan Dinkes Kabupaten Bener Meriah tentang pengelolaan limbah klinis secara benar untuk meningkatan pelayanan kesehatan secara menyeluruh baik dirumah sakit sampai pada Puskesmas dan Pustu. (Dinkes NAD, 2008)
Tujuan tahap perencanaan adalah pengawasan dan monitoring dari lembaga penanganan kesehatan di Kabupaten yang berhubungan dengan HCWM mendukung Puskesmas dalam mengatur sistem pengelolaan limbah penangaan kesehatan dan menyediakan training HCW dan mendukung fasilitas penanganan kesehatan didalam pengaturan penanganan dan pembuangan limbah berbahaya.
Penanganan Limbah Kesehatan melalui pengaturan pemindahan dan pembuangan limbah penanganan kesehatan mengalir khusus seperti limbah farmasi dan limbah kimia. Pengumpulan dan informasi dan relevan seperti rata-rata pengeluaran limbah, kejadian-kejadian dan lain-lain. Diadakan monitoring penyedia penanganan kesehatan dengan mengawasi daftar pemeriksaaan secara berkala dan monioring penghasil limbah dan penanganan limbah. Evaluasi data penyiapan laporan tahunan akan situasi HCW aktual di Kabupaten. Diadakan koordinasi semua kegiatan dengan Kantor Kesehatan Provinsi untuk memastikan suatu sistem yang koheren di seluruh Aceh.
Kejadian serupa hampir terjadi disetiap negara/daerah khususnya bagi pengolah Puskesmas, labolatorium klinik ataupun praktek dokter yang masih belum menyadari  bahwa buangan yang mereka buang (baik infectious ataupun benda tajam) apabila tidak dikelola dengan baik akan dampak buruk bagi bagi manusia dan lingkungan.
 Hal ini tejadi pula di Bandung tahun 1998, dimana petugas kebersihan kota setempat sering kali menemukan limbah infektious Puskesmas termasuk jarum suntik ditempat penampungan sampah sementara ataupun ditempat pembuangan  akhir sampah dan beberapa kali terjadi kejadian petugas kebersihan tersebut tertusuk oleh benda tajam (jarum suntik) hingga menimbulkan infeksi yang serius (Ahmad, KW,2000)
Puskesmas Buntul Kemumu  termasuk Puskesmas yang sudah menyediakan tempat khusus untuk limbah klinis disetiap ruangan/unit yang menghasilkan limbah klinis. Tetapi dalam kenyataannya sehari-hari masih sering ditemukan limbah klinis berada dalam tempat  penampungan limbah non klinis.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak keperawatan di Puskesmas terutama pemberian informasi mengenai limbah klinis kepada karyawan Puskesmas yang berhubungan langsung dengan limbah klinis memang masih sedikit.
Paramedis Puskesmas berhubungan langsung dengan limbah klinis berperan besar dalam pengolahan limbah klinis dari tahap penimbunan sampai ketempat pembuangan akhir / permusnahan. Berdasarkan permasalahan  diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai “Pengetahuan Tenaga Paramedis Terhadap Pengelolaan Limbah Klinis di Puskesmas Buntul Kemumu Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah  Tahun 2008”

B.  Masalah  Penelitian
Berdasarkan diatas maka penulis menetapkan masalah yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tenaga paramedis terhadap pengelolaan limbah klinis di Puskesmas Buntul Kemumu Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah Tahun 2009.

C.  Tujuan Penelitian 
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tenaga paramedis terhadap limbah klinis di Puskesmas Buntul Kemumu Kecamatan Permata.
2.   Tujuan Khusus
a.   Untuk mengetahui pengetahuan tenaga paramedis tentang pengertian limbah klinis.
b.   Untuk mengetahui pengetahuan tenaga paramedis tentang Penggolongan  limbah klinis.
c.   Untuk mengetahui pengetahuan tenaga paramedis tentang katagori limbah klinis.
d.   Untuk mengetahui pengetahuan tenaga paramedis tentang pengaruh limbah klinis.
e.   Untuk mengetahui pengetahuan tenaga paramedis tentang sumber dan karateristik limbah klinis.        
f.    Untuk mengetahui pengetahuan tenaga paramedis tentang penanganan dan penampungan limbah klinis.

D.  Manfaat Penelitian                             
1.   Manfaat Teoritis
a.   Bagi penulis sebagai tambahan pengalaman dan wawasan untuk informasi bagi penelitian limbah klinis dengan prosedur yang tepat dan benar.
b.   Sebagai  acuan bagi penulis selanjutnya.
2.   Manfaat Aplikatif
a.       Sebagai masukkan bagi Puskesmas Buntul Kemumu untuk dapat meningkatkan pelayanan kebersihan lingkungan kesehatan khususnya  masalah limbah klinis.
b.      Sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi Dinas Kesehatan  dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukkan bagi instansi terkait dalam mengembangkan mutu kesehatan terutama dibidang pengelolaan limbah klinis. 

Selengkapnya..