Service
quality adalah jenis informasi berganda yang nyata dan valid sehingga
perusahaan
dapat memahami persepsi dan harapan layanan dari konsumennya
(Barry,
Parasuraman, Zeithaml, 1990:175).
Model
servqual didasarkan pada asumsi konsumen yang membandingkan
kinerja
jasa dengan atribut-atribut relevan dengan standar ideal untuk masing-
masing
atribut jasa. Bila kinerja sesuai dengan atau melebihi standar persepsi atas
kualitas
jasa positif. Dan begitu pula sebaliknya bila kinerja dibawah standar
persepsi
kualitas jasa negatif.
Pengukuran
kualitas jasa dengan metode servqual didasarkan pada skala multi
item
yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi konsumen, serta gap
diantara
keduanya pada lima dimensi utama kualitas jasa.
Jadi
servqual adalah alat yang dimaksudkan untuk mengukur harapan dan
persepsi
konsumen serta kesenjangan (gap yang ada di model kualitas jasa).
Pengukuran
dapat dilakukan dengan skala.
Skor
Servqual = Skor Persepsi (kenyataan) – Skor Harapan
Persamaan
diatas bisa digunakan untuk melakukan penilaian terhadap skor
servqual.
Secara lengkap akan dijabarkan sebagai berikut :
Skor
Servqual = Skor Persepsi (kenyataan) – Skor Harapan
Skor
servqual
=
(P1+P2+P3+P4+...+Pn/n)
–
(H1+H2+H3+H4+...+Hn/n)
……(persamaan
2.1.) (Tjiptono, Chandra, 2005 : 157) yang dikutip dari Barry,
Parasuraman,
Zeithaml, 1990.
33
Kualitas
atau
mutu
suatu
produk
dari perusahaan jasa lebih sulit
diidentifikasikan
karena karakteristik jasa lebih sulit diukur. Jasa ditawarkan
dengan
tujuan memberikan kepuasan pada konsumen. Pengendalian kualitas
merupakan
sistem untuk memelihara kualitas produk dan jasa pada tingkat yang
diinginkan
parusahaan sehingga dapat selalu memenuhi harapan konsumen.
Pemenuhan
harapan konsumen akan berdampak pada loyalitas konsumen
sehingga
pencapaian laba jangka panjang dapat terlaksana. Kualitas jasa
berkontribusi
signifikan bagi penciptaan diferensiasi, positioning, dan strategi
bersaing
dalam organisasi. Perspektif pengukuran kualitas jasa menurut Tjiptono
dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis (2004: 109), yaitu:
a.
Perspektif pengukuran kualitas internal
Perspektif
ini diartikan sebagai zero defect (doing it right the
first
time) atau kesesuaian pernyataan dalam organisasi
sendiri.
b.
Perspektif pengukuran kualitas eksternal
Sedangkan
perspektif ini memahami kualitas berdasarkan
persepsi
pelanggan,
ekspektansi
pelanggan,
kepuasan
pelanggan,
sikap pelanggan, dan customer delight.
Dalam
proyek ini perspektif pengukuran kualitas jasa akan menggunakan
perspektif
yang kedua yaitu perspektif pengukuran eksternal. Menurut Tjiptono
(2004:
109) terdapat dua definisional utama dalam pengukuran kualitas jasa
yaitu:
1.
Performance based framework
Menetapkan
perceived performance, tanpa referensi pembanding apapun
sebagai
konsep perceived quality.
2.
Standard based framework
Konseptualisasi
perceived quality relatif atau komparatif, artinya kinerja
dibandingkan
dengan norma atau standar tertentu.
Dalam
proyek ini definisi yang digunakan adalah definisi yang pertama, karena
tidak
ada standar penilaian pengukuran kualitas lain yang digunakan sebagai
referensi
perbandingan.
34
Jika
kualitas jasa dirasakan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen,
kualitas
jasa tersebut akan dipersepsi dengan baik. Sedangkan jika kualitas jasa
yang
diberikan melampaui keinginan konsumen, kualitas jasa adalah ideal. Dan
jika
kualitas jasa yang diberikan lebih rendah dari harapan konsumen, kualitas
jasa
yang diberikan rendah.
Banyak
dampak positif yang akan diperoleh perusahaan jika memberikan
pelayanan
yang baik kepada konsumen. Gambar berikut ini akan menggambarkan
bahwa
kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan akan mendatangkan
nilai
dan pertumbuhan bagi organisasi.
Gambar
2.4. Rantai Laba Pelayanan
Sumber
: Tjiptono, 2004:19
Dalam
gambar diatas dijelaskan bahwa kepuasan dari pelanggan harus
diperhatikan
dan dijaga secara berkesinambungan karena akan berdampak sangat
besar
pada sebuah perusahaan. Menurut Tjiptono (2004 : 130) kepuasan
konsumen
adalah suatu keadaan yang dicapai bila produk sesuai dengan
kebutuhan
atau harapan konsumen dan bebas dari kekurangan.
35
|
Gambar
2.5. Konsep Kepuasan Konsumen
Sumber:
Tjiptono, 2004:130
Dari
gambar diatas kepuasan konsumen akan tercapai apabila terjadi
keseimbangan
atau terdapat titik temu antara harapan konsumen dan kualitas yang
diberikan
perusahaan. Dimana harapan konsumen muncul karena kebutuhan dan
keinginan
konsumen dan nilai produk yang diberikan perusahaan lahir dari produk
yang
memiliki standar kualitas sesuai ketetapan perusahaan.
Berikut
ini lima kesenjangan menurut James and Mona Fitzsimmons (2006: 129) :
1.
Reliability (Keandalan)
Kemampuan
memberikan jasa dan yang dijanjikan secara akurat dan
memuaskan.
2.
Responsiveness (Daya tangkap)
Seberapa
tanggap seorang staff memiliki keinginan untuk membantu
konsumen
dan memberikan service yang memuaskan. Kecepatan
pegawai
dalam memberi sevice pada konsumen.
3.
Assurance (Jaminan)
Jaminan
yang diberikan perusahaan pada konsumen. Jaminan
pengetahuan,
kemampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya
yang
dimiliki oleh staff, sehingga konsumen tidak ragu-ragu dan
konsumen
merasa bebas dari bahaya dan resiko. Jaminan lainnya
adalah
jaminan kualitas keamanan produk dan keamanan bertransaksi.
4.
Empathy (Empati)
36
|
|
|
|
|
|
Sikap
pegawai yang dapat merasakan permasalahan atau keluhan
konsumen
ketika proses jasa sedang dilakukan. Keinginan untuk
mengerti,
perhatian secara personal kepada konsumen sehingga
memudahkan
kita melakukan hubungan baik dengan konsumen
seperti,
perhatian secara pribadi dan memahami kabutuhan konsumen.
5.
Tangible (Berwujud)
Kemampuan
perusahaan menampilkan fasilitas-fasilitas fisik. Bentuk
fisik
dari jasa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan secara
fisik
merupakan representasi fisik dari jasa.
Gambar
2.6. Perceived service quality dengan lima dimensi Kualitas Jasa
Sumber
: Fitzsimmons, 2006:128
Dari
gambar diatas tampak dimensi kualitas jasa juga digunakan untuk
mengetahui
berapa besar harapan konsumen pada layanan yang akan diterima.
37
|
Word
of mouth
communication
Personal needs
Past experience
Consumer
Expected
service
Gap 5
Perceived
service
Provide
Provider
Service
delivery
Gap 4
External communication to
customer
Gap 3
Gap 1
Service quality specification
Gap 2
Management
perception of
customer
expectation
Gambar
2.7. Konseptual model dari service quality
Sumber
: Zeithaml, Render, dan Parasuraman,1990: 46
Gambar
diatas menunjukkan letak kemungkinan terjadi gap atau kesenjangan
saat
distribusi layanan sedang dilakukan. Berikut dijabarkan lebih lanjut kelima
kesenjangan
(gap) diatas,
1.
Gap 1
Kesenjangan
antara
harapan
konsumen
dengan
persepsi
manajemen
(perusahaan). Pihak manajemen tidak dapat memahami
atau
salah mempersepsikan jasa yang sebenarnya yang diharapkan oleh
38
|
konsumen.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kesenjangan
ini
terjadi antara lain kurangnya pemasaran produk, kurangnya
penelitian
yang dilakukan perusahaan, kurang komunikasi dengan
konsumen,
dan banyaknya tingkatan manajemen.
2.
Gap 2
Kesenjangan
umumnya
terjadi,
antara
lain,
karena
tidak
memadainya
komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi
mengenai
ketidak-layakkan, tidak memadainya standar tugas dan tidak
adanya
penyusunan tujuan. Manajemen perusahaan mengetahui apa
yang
diharapkan oleh konsumen tetapi kesenjangan muncul saat
persepsi
manajemen dituangkan dalam SOP (Standard Operation
Procedure). Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan
ini yaitu : kurangnya komitmen manajemen untuk
mempertahankan
kualitas layanan dengan tujuan yang jelas, kurangnya
standarisasi
tugas dan tanggung jawab, mengabaikan perencanaan
tujuan,
dan kurangnya standarisasi yang mengacu pada kebutuhan
konsumen.
3.
Gap 3
Kesenjangan
antara spesifikasi kualitas jasa dengan penyampaian
jasa.
Kesenjangan akan muncul jika terdapat perbedaan antara standar
jasa
yang telah dibuat oleh pihak manajemen dengan penyampaian jasa
yang
dilakukan oleh pegawai. Faktor penyebab kesenjangan antara lain
peraturan
yang tidak jelas, konflik peraturan, ketidaksesuaian kerja
pegawai,
ketidaksesuaian teknologi, minimnya sistem pengawasan,
minimnya
team work.
4.
Gap 4
Kesenjangan
antara komunikasi eksternal yang dilakukan oleh
perusahaan
dengan penyampaian jasa pada konsumen. Faktor
penyebab
kesenjangan adalah ketidaksesuaian komunikasi horisontal
antara
perusahaan dan konsumen, serta janji yang berlebihan dari
perusahaan.
39
5.
Gap 5
Kesenjangan
antara jasa yang dirasakan dan jasa yang
diharapkan.
Kesenjangan ini menyangkut keseluruhan performansi
pelayanan
yang kita berikan kepada konsumen dan harapan pelayanan
yang
diinginkan oleh konsumenDOWNLOAD GRATIS
0 komentar:
Post a Comment