INFORMASI PENTING

Wednesday, March 8, 2017

Etika Bisnis Farmasi (Skripsi Administrasi Bisnis)


Berdasarkan  konsep  dan  teori,  etika  bisnis  dikelompokkan  menjadi  2



kelompok  besar  yaitu  teleologi  dan  deontologi.  Teleologi  merupakan  teori  yang

cenderung  berfokus  pada  hasil  akhir  yang  ingin  dicapai,  sedangkan  deontologi

adalah  konsep  atau  teori  yang  lebih  cenderung  berfokus  pada  proses  yang

dilakukan  (Boatright,  2003:  31,33).  Atau  secara  gamblang  dapat  dikatakan  bahwa

teleologi  lebih  menekankan  pada  hasil  tanpa  melihat  proses  untuk  mencapai  hasil

tersebut, apapun prosesnya yang lebih penting adalah hasil yang sesuai dengan apa

yang  direncanakan.  Sedangkan  deontologi  lebih  menekankan  pada  birokrasi  atau

aturan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu untuk mencapai hasil, apakah hasil

tersebut  sesuai  dengan  yang  diharapkan  atau  tidak  bukanlah  menjadi  perhatian

dalam  konsep  ini.  Untuk  menentukan  konsep  yang  ingin  dipakai  dalam  penelitian

ini,  harus  dilihat  terlebih  dahulu  mengenai  peraturan‐peraturan  yang  ada  dalam

proses bisnis farmasi.

Proses  bisnis  farmasi  telah  diatur  melalui  undang‐undang  yang  berlaku.

Setiap  proses  bisnis  mempunyai  prosedur  dan  standar  yang  harus  dipenuhi  untuk

menjamin tidak adanya pihak yang dirugikan. Berikut ini beberapa undang‐undang


yang berlaku dalam bisnis farmasi : 




Metode Behavioral Event Interview / BEI dan Metode Panel Pakar (Expert Panel)

o Metode Behavioral Event Interview / BEI
Metode berupa wawancara dengan pemegang jabatan. Focus dari wawancara
adalah situasi-situasi kritis yang dihadapi individu dalam bekerja. Data yang
didapat berupa data kepribadian, pikiran, perasaan dan keinginan mereka dalam
suatu situasi. Dengan data tersebut maka kompetensi orang yang diwawancarai
dapat diukur dan dapat mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pertanyaan untuk metode BEI dapat
dilihat pada lampiran 3.
o Metode Panel Pakar (Expert Panel)
Metode Expert Panel yang digunakan ini bertujuan untuk mengungkap kompetensi karyawan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaannya. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa kompetensi yang tidak bisa terungkap melalui wawancara (BEI) dan metode angket. Expert panel dapat dilihat di Lampiran 4. Untuk kompetensi yang dibutuhkan pada jabatan, pada penelitian ini EP dilakukan dengan orang
yang ditunjuk oleh manager (dianggap layak untuk melalukan oleh manager).
Sedangkan untuk kompetensi yang dimiliki pemegang jabatan, EP dilakukan

dengan manager. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dari manager.



Tuesday, March 7, 2017

Feasibility study (Skripsi Administrasi Bisnis)

Feasibility  study  adalah  perhitungan  yang  dilakukan  untuk  menilai  layak


 atau  tidaknya  suatu  proyek  dilaksanakan.  Hasil  dari  perhitungan  ini  digunakan

untuk  menentukan  keputusan  untuk  menindak  lanjuti  proyek  yang  akan

dijalankan. 1 

 Dari  perhitungan  feasibility  study  diharapkan  mendapatkan  beberapa

alternatif  solusi  dan  rekomendasi  pemecahan  masalah  dengan  alternatif  terbaik.

Aspek‐aspek  yang  terdapat  dalam  feasibility  study  adalah  aspek  marketing,  aspek

teknik  dan  aspek  financial.  Sedangkan  analisis  SWOT  berfungsi  untuk

mengetahui  kelebihan,  kekurangan,  peluang,  dan  ancaman  baik internal  maupun

eksternal yang dimiliki oleh perusahaan.


Income  Statement  adalah  laporan  yang  mengikhtisarkan  pendapatan  dan beban  perusahaan  selama  periode  akuntansi  tertentu,  yang  umumnya  setiap kuartal atau satu tahun.3 Untuk  tujuan  perencanaan  dan  pengendalian,  pihak  manajemen  biasanya meramalkan laporan laba‐rugi secara bulanan (atau mungkin secara tahunan) dan biasanya  berfungsi  sebagai  pembanding  antara  laporan  ramalan  dengan  hasil sesungguhnya. Hal ini dilaksanakan sebagai pengontrol apabila terjadi perbedaan dan  dapat  dilaksanakan  langkah‐langkah  korektif  lebih  lanjut  sebelum  timbul masalah lebih lanjut. 



Teori Brand Equity

Brand adalah suatu jaminan yang diberikan oleh penjual kepada konsumennya,
sehingga setiap konsumen dapat merasakan kualitas terbaik dari setiap features, jasa,
dan manfaat secara konsisten. Dengan kata lain, brand digunakan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. American Marketing Association mendefinisikan
brand sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari hal-hal
tersebut, dengan tujuan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari suatu pihak penjual
dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing (Keller, 2003:3).



Brand merupakan aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Produk dan jasa
merupakan barang yang dapat diperjualbelikan dan atributnya relatif mudah ditiru
karena bersifat tangible. Di sisi lain, brand mempunyai makna lebih dari sekadar
produk dan jasa, karena memiliki hubungan emosional dengan konsumennya, seperti
harapan, keyakinan, dan persepsi. Hubungan emosional ini mempengaruhi perilaku
konsumen dalam memilih produk dan jasa yang digunakannya. Marlboro pada kategori
rokok dan Coca Cola pada kategori minuman ringan menempati posisi yang sangat
tinggi dalam benak konsumen. Salah satu contoh brand yang mendapat citra positif di
benak konsumen adalah Starbucks–yang menjalankan program kerja sama dengan
petani kopi di beberapa negara. Seorang konsumen yang mengetahui program ini
merasa, bahwa ia ikut membantu menyejahterakan petani kopi melalui setiap gelas kopi
yang diminumnya di Starbucks.







Beberapa contoh di atas menunjukkan, bahwa brand image harus dibangun sesuai
dengan konsumen yang menjadi target, keuntungan yang akan diperoleh, latar belakang
pembuatan produk atau jasa, dan kondisi pasar. Pembentukan brand image dilakukan
melalui pengelolaan brand equity sebagai intangible asset, dan menjadi pedoman untuk
membangun brand yang kuat. Posisi strategis sebuah produk atau jasa di pasar, life
cycle yang lebih panjang, dan kemampuan untuk bertahan dalam kompetisi, merupakan
hasil dari pengelolaan brand equity.

Aaker (1996: 7) mendefinisikan brand equity sebagai seperangkat aset dan liabilities
yang berhubungan dengan nama dan simbol suatu brand, yang memberikan nilai
tambah atau bagian dari nilai yang dihasilkan oleh suatu produk atau jasa kepada suatu
perusahaan dan/atau konsumen perusahaan tersebut. Aset utama yang membentuk
brand equity terdiri dari brand awareness, perceived quality, brand loyalty, dan brand
association (Aaker, 1996:8).



penelitian di PT. Alam Aksara Adidharma (Skripsi Administrasi Bisnis)

Penelitian yang saya bagikan kali ini mengambil lokasi penelitian di PT. Alam Aksara Adidharma dengan tema penambangan pasir.

Silahkan langsung didownload

DOWNLOAD


Monday, March 6, 2017

Manajemen proyek riset (Skripsi Administrasi Bisnis)

Manajemen proyek riset adalah manajemen proyek yang diterapkan dalam

rangka menyukseskan kegiatan riset (penelitian). Project Management Institute

(PMI) telah menetapkan sembilan area yang harus direncanakan, dilaksanakan

dan dikendalikan, sedemikian hingga suatu proyek dapat berjalan dengan lancar

dan sukses. Kesembilan area yang dimaksud adalah:

a. scope, yang mana menjelaskan tentang apa yang dibuat dan bagaimana cara

membuatnya.

b. time, yang mana menjelaskan tentang effort dan durasi yang dibutuhkan dalam

mengerjakan suatu proyek

c. cost, yang mana menjelaskan tentang estimasi biaya, rencana anggaran belanja

dan pengendalian realisasi anggaran belanja dari suatu proyek riset



d. qualityyang mana menjelaskan tentang kualitas produk atau jasa

(hasil/keluaran dari suatu proyek) dan kualitas proses/rekayasa pembuatan

produk atau jasa.

e. risk, yang mana menjelaskan tentang cara mengantisipasi dan mengelola

ketidakpastian

f. human resources, yang mana menjelaskan tentang penempatan dan penugasan

SDM secara tepat dan efisien.

g. communications, yang mana menjelaskan tentang membangun komunikasi

berkelanjutan dengan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan proyek

h. procurement, yang mana menjelaskan tentang membangun kolaborasi dengan

pemasok, sedemikian hingga proyek mendapatkan barang yang tepat, pada

saat yang tepat dengan biaya yang hemat.

i. integration, yang mana menjelaskan tentang cara membangun sinergi di antara


kedelapan area yang telah dijelaskan sebelumnya
Akan tetapi dalam penerapan manajemen proyek pada Puslit WiraCarita, penulis

mengalami kesulitan dalam memilah-milah sembilan area sebagaimana tersebut

di atas. Untuk itu penulis mencoba memberikan padanan dari kesembilan area di

atas ke dalam beberapa faktor baik eksternal maupun internal sebagai berikut:

1. Scope, time dan quality dirangkum oleh penulis ke dalam faktor persaingan

usaha dalam rangka mendapatkan key performance indicator (KPI) yang ideal

dari suatu hasil kegiatan penelitian di bidang TIK.

2. Cost dipadankan oleh penulis ke dalam faktor sumber pendanaan.

3. Human resources dan communication dirangkum oleh penulis ke dalam faktor

sumber daya manusia (SDM).

4. Procurement dipadankan oleh penulis ke dalam faktor pemasok.

5. Risk secara eksplisit dijelaskan oleh penulis ke dalam faktor regulasi

pemerintah, namun juga tersirat pada faktor-faktor lainnya.

6. Integration secara eksplisit dijelaskan oleh penulis ke dalam faktor teknologi,

mengingat TIK berperan penting dalam mempercepat dan mempermudah

terwujudnya integrasi, tentunya setelah pola integrasi yang optimal di antara

pihak-pihak terkait dapat diidentifikasi dengan baik.




Risk Based Capital (Skripsi Administrasi Bisnis)

RBC  adalah  indikator  yang  dibuat  oleh  pemerintah  untuk  mengukur

kemampuan  sebuah  perusahaan  asuransi  dalam  memenuhi  kewajibannya.

RBC  mulai  diberlakukan  mulai  tanggal  7  Oktober  1999,  dan  berdasarkan  SK

Mentri Keuangan No. 481/KMK/017/1999, industri asuransi nasional diberikan

kesempatan  hingga  2004  untuk  memenuhi  RBC  120%.  Tabel  2.1

memperlihatkan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait

dengan  regulasi  di  bidang  asuransi.  Tabel  ini  memperlihatkan  batasan  jumlah

investasi perusahaan asuransi pada suatu jenis investasi.

Ada  enam  resiko  yang  diteliti  dalam  perhitungan  RBC:  (Majalah  Investor,

Edisi 36, 2001, halaman 12), yaitu:

1. Resiko kegagalan membayar klaim

2. Resiko cash flow mismatch

3. Resiko currency mismatch

4. Resiko kalim

5. Resiko nilai

6. Resiko reasuransi