INFORMASI PENTING

Saturday, March 4, 2017

Service Quality (Skripsi Administrasi Bisnis)


Service quality adalah jenis informasi berganda yang nyata dan valid sehingga
perusahaan dapat memahami persepsi dan harapan layanan dari konsumennya
(Barry, Parasuraman, Zeithaml, 1990:175).
Model servqual didasarkan pada asumsi konsumen yang membandingkan
kinerja jasa dengan atribut-atribut relevan dengan standar ideal untuk masing-
masing atribut jasa. Bila kinerja sesuai dengan atau melebihi standar persepsi atas
kualitas jasa positif. Dan begitu pula sebaliknya bila kinerja dibawah standar
persepsi kualitas jasa negatif.
Pengukuran kualitas jasa dengan metode servqual didasarkan pada skala multi
item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi konsumen, serta gap
diantara keduanya pada lima dimensi utama kualitas jasa.
Jadi servqual adalah alat yang dimaksudkan untuk mengukur harapan dan
persepsi konsumen serta kesenjangan (gap yang ada di model kualitas jasa).
Pengukuran dapat dilakukan dengan skala.

Skor Servqual = Skor Persepsi (kenyataan) – Skor Harapan
Persamaan diatas bisa digunakan untuk melakukan penilaian terhadap skor
servqual. Secara lengkap akan dijabarkan sebagai berikut :
Skor Servqual = Skor Persepsi (kenyataan) – Skor Harapan


Skor

servqual

=

(P1+P2+P3+P4+...+Pn/n)


(H1+H2+H3+H4+...+Hn/n)


……(persamaan 2.1.) (Tjiptono, Chandra, 2005 : 157) yang dikutip dari Barry,
Parasuraman, Zeithaml, 1990.



33










Kualitas atau








mutu








suatu








produk








dari perusahaan jasa lebih sulit


diidentifikasikan karena karakteristik jasa lebih sulit diukur. Jasa ditawarkan
dengan tujuan memberikan kepuasan pada konsumen. Pengendalian kualitas
merupakan sistem untuk memelihara kualitas produk dan jasa pada tingkat yang
diinginkan parusahaan sehingga dapat selalu memenuhi harapan konsumen.
Pemenuhan harapan konsumen akan berdampak pada loyalitas konsumen
sehingga pencapaian laba jangka panjang dapat terlaksana. Kualitas jasa
berkontribusi signifikan bagi penciptaan diferensiasi, positioning, dan strategi
bersaing dalam organisasi. Perspektif pengukuran kualitas jasa menurut Tjiptono
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis (2004: 109), yaitu:
a. Perspektif pengukuran kualitas internal
Perspektif ini diartikan sebagai zero defect (doing it right the
first time) atau kesesuaian pernyataan dalam organisasi
sendiri.
b. Perspektif pengukuran kualitas eksternal
Sedangkan perspektif ini memahami kualitas berdasarkan


persepsi

pelanggan,

ekspektansi

pelanggan,

kepuasan


pelanggan, sikap pelanggan, dan customer delight.
Dalam proyek ini perspektif pengukuran kualitas jasa akan menggunakan
perspektif yang kedua yaitu perspektif pengukuran eksternal. Menurut Tjiptono
(2004: 109) terdapat dua definisional utama dalam pengukuran kualitas jasa
yaitu:
1. Performance based framework
Menetapkan perceived performance, tanpa referensi pembanding apapun
sebagai konsep perceived quality.
2. Standard based framework
Konseptualisasi perceived quality relatif atau komparatif, artinya kinerja
dibandingkan dengan norma atau standar tertentu.
Dalam proyek ini definisi yang digunakan adalah definisi yang pertama, karena
tidak ada standar penilaian pengukuran kualitas lain yang digunakan sebagai
referensi perbandingan.





34










Jika kualitas jasa dirasakan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen,
kualitas jasa tersebut akan dipersepsi dengan baik. Sedangkan jika kualitas jasa
yang diberikan melampaui keinginan konsumen, kualitas jasa adalah ideal. Dan
jika kualitas jasa yang diberikan lebih rendah dari harapan konsumen, kualitas
jasa yang diberikan rendah.
Banyak dampak positif yang akan diperoleh perusahaan jika memberikan
pelayanan yang baik kepada konsumen. Gambar berikut ini akan menggambarkan
bahwa kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan akan mendatangkan
nilai dan pertumbuhan bagi organisasi.

























Gambar 2.4. Rantai Laba Pelayanan
Sumber : Tjiptono, 2004:19

Dalam gambar diatas dijelaskan bahwa kepuasan dari pelanggan harus
diperhatikan dan dijaga secara berkesinambungan karena akan berdampak sangat
besar pada sebuah perusahaan. Menurut Tjiptono (2004 : 130) kepuasan
konsumen adalah suatu keadaan yang dicapai bila produk sesuai dengan
kebutuhan atau harapan konsumen dan bebas dari kekurangan.












35

 






























Gambar 2.5. Konsep Kepuasan Konsumen
Sumber: Tjiptono, 2004:130


Dari gambar diatas kepuasan konsumen akan tercapai apabila terjadi
keseimbangan atau terdapat titik temu antara harapan konsumen dan kualitas yang
diberikan perusahaan. Dimana harapan konsumen muncul karena kebutuhan dan
keinginan konsumen dan nilai produk yang diberikan perusahaan lahir dari produk
yang memiliki standar kualitas sesuai ketetapan perusahaan.
Berikut ini lima kesenjangan menurut James and Mona Fitzsimmons (2006: 129) :
1. Reliability (Keandalan)
Kemampuan memberikan jasa dan yang dijanjikan secara akurat dan
memuaskan.
2. Responsiveness (Daya tangkap)
Seberapa tanggap seorang staff memiliki keinginan untuk membantu
konsumen dan memberikan service yang memuaskan. Kecepatan
pegawai dalam memberi sevice pada konsumen.
3. Assurance (Jaminan)
Jaminan yang diberikan perusahaan pada konsumen. Jaminan
pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya
yang dimiliki oleh staff, sehingga konsumen tidak ragu-ragu dan
konsumen merasa bebas dari bahaya dan resiko. Jaminan lainnya
adalah jaminan kualitas keamanan produk dan keamanan bertransaksi.
4. Empathy (Empati)




36

 

 

 

 

 

 










Sikap pegawai yang dapat merasakan permasalahan atau keluhan
konsumen ketika proses jasa sedang dilakukan. Keinginan untuk
mengerti, perhatian secara personal kepada konsumen sehingga
memudahkan kita melakukan hubungan baik dengan konsumen
seperti, perhatian secara pribadi dan memahami kabutuhan konsumen.
5. Tangible (Berwujud)
Kemampuan perusahaan menampilkan fasilitas-fasilitas fisik. Bentuk
fisik dari jasa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan secara
fisik merupakan representasi fisik dari jasa.



























Gambar 2.6. Perceived service quality dengan lima dimensi Kualitas Jasa
Sumber : Fitzsimmons, 2006:128


Dari gambar diatas tampak dimensi kualitas jasa juga digunakan untuk
mengetahui berapa besar harapan konsumen pada layanan yang akan diterima.















37

 













Word of mouth
communication












Personal needs












Past experience



Consumer


Expected service

Gap 5




Perceived service





Provide


Provider

Service
delivery

Gap 4

External communication to
customer




Gap 3




Gap 1


Service quality specification



Gap 2


Management perception of
customer expectation






Gambar 2.7. Konseptual model dari service quality
Sumber : Zeithaml, Render, dan Parasuraman,1990: 46

Gambar diatas menunjukkan letak kemungkinan terjadi gap atau kesenjangan
saat distribusi layanan sedang dilakukan. Berikut dijabarkan lebih lanjut kelima
kesenjangan (gap) diatas,
1. Gap 1


Kesenjangan

antara

harapan

konsumen

dengan

persepsi


manajemen (perusahaan). Pihak manajemen tidak dapat memahami
atau salah mempersepsikan jasa yang sebenarnya yang diharapkan oleh


38

 










konsumen. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kesenjangan
ini terjadi antara lain kurangnya pemasaran produk, kurangnya
penelitian yang dilakukan perusahaan, kurang komunikasi dengan
konsumen, dan banyaknya tingkatan manajemen.
2. Gap 2


Kesenjangan

umumnya

terjadi,

antara

lain,

karena

tidak


memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi
mengenai ketidak-layakkan, tidak memadainya standar tugas dan tidak
adanya penyusunan tujuan. Manajemen perusahaan mengetahui apa
yang diharapkan oleh konsumen tetapi kesenjangan muncul saat
persepsi manajemen dituangkan dalam SOP (Standard Operation
Procedure). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan ini yaitu : kurangnya komitmen manajemen untuk
mempertahankan kualitas layanan dengan tujuan yang jelas, kurangnya
standarisasi tugas dan tanggung jawab, mengabaikan perencanaan
tujuan, dan kurangnya standarisasi yang mengacu pada kebutuhan
konsumen.
3. Gap 3
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dengan penyampaian
jasa. Kesenjangan akan muncul jika terdapat perbedaan antara standar
jasa yang telah dibuat oleh pihak manajemen dengan penyampaian jasa
yang dilakukan oleh pegawai. Faktor penyebab kesenjangan antara lain
peraturan yang tidak jelas, konflik peraturan, ketidaksesuaian kerja
pegawai, ketidaksesuaian teknologi, minimnya sistem pengawasan,
minimnya team work.
4. Gap 4
Kesenjangan antara komunikasi eksternal yang dilakukan oleh
perusahaan dengan penyampaian jasa pada konsumen. Faktor
penyebab kesenjangan adalah ketidaksesuaian komunikasi horisontal
antara perusahaan dan konsumen, serta janji yang berlebihan dari
perusahaan.





39










5. Gap 5
Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang
diharapkan. Kesenjangan ini menyangkut keseluruhan performansi
pelayanan yang kita berikan kepada konsumen dan harapan pelayanan
yang diinginkan oleh konsumen

DOWNLOAD GRATIS

0 komentar:

Post a Comment