INFORMASI PENTING

Showing posts with label Penelitian Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Penelitian Kesehatan. Show all posts
Wednesday, June 4, 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN POST APENDIKTOMI

Asuhan Keperawatan - Apendiksitis

Pengertian Apendiksitis


Apendiksitis adalah peradangan apendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut yang disebabkanoleh agen infeksi (Sylvia A.Price, 2006).
Apendiksitis adalah peradangan apendiks vermiformis yang timbul akibat obstruksi apendik atau invasi agen infeksi (Suratun dkk, 2010).
Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks, dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi (Suzanne C. Smeltzer, 2002).

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut lebar dan pangkalnya menyempit ke arah ujungnya.Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitonial. Memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergabung pada panjang mesoapendiks penggantinya. Pada kasus lain atau sebaliknya apendiks terletak di retropenitonial yaitu dibelakng sekum, di belakang kolon asendes atau di tepi lateral kolon apendiks. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X, karena itu nyeri viserat pada apendisitis bermula disekitar umbilikus. Perdarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpakolateral.

Adapun tanda dan gejala dari Apendisitis diantaranya adalah :

  1. Sakit kram didaerah periumbilikus menjalan ke kuadran kanan bawah
  2. Obstipasi karena takut mengejan / obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan sebelum mengalami diare.
  3. Anoreksia
  4. Mual dan muntah
  5. Demam ringan di awal penyakit, dapat naik tajam pada peritonitis.
  6. Nyeri lepas (nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah).
  7. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
  8. Gejala berkembang cepat atau kondisi dapat di diagnosis dalam 4 samapai 6 jam setelah muncul nya gejala pertama.
    (Cecily dan Lusianah, 2010).





Thursday, May 8, 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA-TANDA PERSALINAN

Jurusan : Akademi Kebidanan


Abstrak


Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda persalinan sangat penting, karena dengan mengetahui tanda-tanda persalinan ibu bisa mengetahui bahwa persalinannya sudah dekat dan ibu siap dalam persalinan sehingga ibu dan keluargapun dapat lebih cepat ke Rumah Sakit atau ke Klinik Bersalin.
            Menurut hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT), angka kematian ibu (AKI) bersalin di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 3,9 per 1000 kelahiran hidup.Bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, dimana angka kematian anak di Indonesia 70 per 1000 kelahiran hidup.pertolongan persalinan di Indonesia sekitar 75-80% masih ditolong dukun terutama dipedesaan, penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi dan keracunan hamil, serta terlambatnya sistem rujukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda-tanda Persalinan Di Kecamatan Lubuk Barumun Tahun 2010.Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada responden dengan jumlah populasi sebanyak 36 orang dengan pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh jumlah populasi sebanyak 36 Ibu Primigravida Di Kecamatan Lubuk Barumun.
Hasil dari penelitian terhadap 36 responden menunjukkan bahwa Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda-tanda Persalinan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 18 responden (50%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (22,2%). Dan pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan cukup pada umur 20-30 tahun sebanyak 16 responden (44,4%). Dan Pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan pendidikan terakhir mayoritas berpengetahuan cukup berada pada pendidikan terakhir SMA sebanyak 11 responden (30,5%). Dan pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan pekerjaan mayoritas berpengetahuan cukup berada pada ibu yang memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 13 responden (36,1%). Dan pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan sumber informasi mayoritas berpengetahuan cukup dengan mendapatkan informasi dari non media sebanyak 12 responden (33,3%).
Berdasarkan hasil dari penelitian ini perlu petugas kesehatan memfasilitasi penyediaan sumber informasi mengenai tanda-tanda persalinan. Dan Ibu Primigravida khususnya dan petugas kesehatan sama-sama berperan aktif dalam memberi dan memperoleh informasi mengenai tanda-tanda persalinan.

Kata Kunci                  : Pengetahuan, Ibu Primigravida, Tanda-tanda persalinan


Sekilas Bab 1


Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang Ibu dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan ini adalah proses yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi komplikasi yang mengancam nyawa juga selau ada, sehingga bidan harus mengamati dengan ketat ibu dan bayi sepanjang kelahiran. Untuk menentukan bahwa persalinan berjalan normal, bidan harus mengerti temuan apa saja yang normal dan temuan yang abnormal. ( www.ayah bunda –online.com).



Persalinan pertama selalu membuat kepanikan dan ketakuan sebagian besar kaum wanita mengenai tanda –tanda persalinan. Sebelum dimulai proses sesungguhnya dapat mempermudah calon ibu untuk ke Rumah Sakit atau ke klinik bersalin dengan mengetahui tanda-tanda persalinan akan tiba. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tanda-tanda persalinan dapat menyebabkan bahaya pada ibu apabila ketuban sudah pecah dan ibu tidak mengetahui bahwa pecahnya ketuban adalah sebagian tanda-tanda persalinan dan dapat menyebabkan terjadinya resiko infeksi yang dapat menyebabkan kematian pada ibu. (Kasdu, 2005).


Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda persalinan sangat penting, karena dengan mengetahui tanda-tanda persalinan ibu bisa mengetahui bahwa persalinannya sudah dekat dan ibu siap dalam persalinan sehingga ibu dan keluargapun dapat lebih cepat ke Rumah Sakit atau ke Klinik Bersalin. (Suririnah,2009).


Sekilas Bab 2

Menurut Suririnah, 2009 untuk dapat memastikan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penelitian terhadap tanda dan gejala  kehamilan terbagi atas :
1.  Tanda-tanda awal kehamilan        
        1. Amenorea (terlambat datang bulan)
        2. Mual dan muntah                                              
        3. Ngidam (ingin makanan khusus)
        4. Rasa mengantuk
        5. Tidak tahan sesuatu bau-bauan
        6. Payudara tegang
        7. Sering buang air kecil

        8. Sembelit atau konstipasi (susah buang air besar)
2.  Tanda-tanda kehamilan lanjut
      Menurut Prawiharjo (2005) tanda-tanda kehamilan lanjut dapat        ditentukan dengan jalan :
    1. Uterus hegar (Segmen bawah rahim melunak)
    2. Pada pemeriksaan dijumpai :
  1. Tanda hegar (segmen bawah rahim melunak)
  2. Tanda Chadwicks (serviks berwarna livide karena pertambahan dan pelebaran  pembuluh darah).
  3. Tanda Piscasecks (ismus teraba lunak)
  4. Kontraksi Braxton-Hicks (Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang)
  5. Teraba ballotement (uterus membesar/menonjol kesalah satu arah)

   3. Pemeriksaan tes urine positif dalam 3 hari setelah haid tidak dilalui.                
        Menurut Liewellyn-Jones (2005) setelah kehamilan mencapai usia minggu timbul tanda-tanda kehamilan lainnya seperti :
1. Gerakan janin dalam rahim kira-kira pada minggu ke 18 sampai   20
dalam kehamilan pertama atau bahkan 2 minggu lebih cepat lagi pada kehamilan ke  dua walau lemah namun terasa janin mulai  bergerak
2. Frekuensi kencing
Kencing yang semakin sering akan terjadi di awal kehamilan kemudian muncul kembali pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran. Gejala itu ditimbulkan oleh tekanan kepala bayi pada kandung kemih.
3. Tes Ultrasonografi
                     Dapat memberikan gambaran detak jantung janin,mendeteksi bayi 
                     kembar dan menentukan posisi uri pada minggu ke 15 kehamilan.

UNTUK LEBIH LENGKAPNYA SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI

SHARE ARTIKEL INI DENGAN TEMAN ANDA




Sunday, April 20, 2014

SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) PADA PERSIAPAN PRAKEHAMILAN DI DUSUN XII DESA KOTA DATAR KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG PERIODE 2 - 21 MEI 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 15-45 tahun. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 18-29 tahun. Pada usia ini wanita lebih memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an tahun persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun wanita hanya mempunyai 10% kesempatan untuk hamil. Sedangkan pada usia 15-17 kesempatan hamil masih rendah karena organ reproduksi wanita untuk hamil masih kurang baik. Masalah kesuburan organ reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui wanita.(1)
Masa sebelum kehamilan disebut juga dengan prakehamilan, dimana seorang wanita yang belum hamil perlu mempersiapkan diri dan mental sebelum kehamilan agar ibu dan bayi tidak mengalami hal-hal yang berbahaya selama kehamilan. Banyak hal penting yang terjadi sebelum wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Oleh karena itu seorang wanita yang belum hamil perlu mengetahui tanda bahaya pada masa kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan janin yang dikandung. Sesuai dengan program di Puskesmas tanda bahaya yang perlu diketahui wanita hamil adalah perdarahan yang keluar dari jalan lahir, infeksi, eklamsia, hiperemesis gravidarum dan abortus.(2)
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil dan bersalin. Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Prioritas penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), hiperemesis gravidarum (10%) dan abortus (5%). Perdarahan menempati persentase tinggi penyebab kematian ibu. Di negara miskin sekitar 25% - 50% kematian WUS disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan tersebut.(2)
Kehamilan resiko adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi  keadaan ibu dan janin. Di Provinsi Jawa Timur tahun 2006 kehamilan ibu beresiko sebesar 82,92%, sedangkan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 sebesar 40%. Artinya kejadian beresiko mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke tahun 2006. Sedangkan di Kota Semarang tahun 2006 sebanyak 15 orang (0,61%) dari 24.498 kelahiran hidup. Tahun 2007 sebanyak 27 orang (0,107%) dari 25.160 kelahiran hidup. Angka kematian maternal di Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar 11 per 41.321 kelahiran hidup. Secara garis besar dapat  disimpulkan bahwa kematian ibu diakibatkan oleh tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan yang harus diketahui WUS sebelum kehamilan.(2)
Berdasarkan uraian diatas saya merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sikap WUS pada persiapan prakehamilan  di  Dusun XII Desa  Kota  Datar   Kecamatan  Hamparan  Perak  Kabupaten  Deli  Serdang.

1.2              Rumusan Masalah
Bagaimana sikap WUS pada persiapan prakehamilan di Dusun XII Desa  Kota  Datar  Kecamatan  Hamparan  Perak  Kabupaten  Deli  Serdang Periode 2 – 21 Mei 2011.

1.3              Pertanyaan Masalah
1.3.1    Bagaimana sikap WUS pada persiapan prakehamilan.
1.3.2    Bagaimana sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan umur.
1.3.3    Bagaimana sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan pendidikan.
1.3.4    Bagaimana sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan  pekerjaan.
1.3.5    Bagaimana sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan  sumber  informasi.
1.4              Tujuan penelitian
1.4.1        Tujuan umum
Untuk mengetahui  sikap WUS pada persiapan prakehamilan.
1.4.2        Tujuan khusus
a.       Diketahuinya sikap WUS pada persiapan prakehamilan.
b.      Diketahuinya sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan  umur.
c.       Diketahuinya sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan pendidikan.
d.      Diketahuinya sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan pekerjaan.
e.       Diketahuinya sikap WUS pada persiapan prakehamilan berdasarkan  sumber informasi.

1.5       Manfaat penelitian
1.5.1    Bagi WUS
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi serta menambah wawasan  dan pengetahuan WUS tentang sikap WUS pada persiapan prakehamilan.

1.5.2    Bagi Institusi
Dapat menambah referensi perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan, sehingga pembaca kelak dapat menjadikannya sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang akan datang.
1.5.3    Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pemahaman mengenai sikap WUS pada persiapan prakehamilan.




Friday, April 4, 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER LEHER RAHIM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang.  

      Selama masa produktif sebagian wanita mengalami proses reproduksi dengan alami dan normal yaitu mengalami siklus haid yang teratur setiap bulan dan tidak mengalami keluhan yang berarti pada sistim atau organ yang berhubungan dengan sistim reproduksi. Namun, kehidupan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Gangguan atau kelainan pada tubuh atau organ reproduksi dapat datang dari berbagai faktor, misalnya faktor yang diturunkan saat pembentukan sel – sel tubuh saat dalam rahim ibu atau dari faktor perilaku manusia itu sendiri, seperti lingkungan fisik atau sosial dan gaya hidup (Kasdu 2005).
      Salah satu masalah yang sering muncul pada wanita adalah kanker.  Berdasarkan data yang ada diperkirakan sekitar 60% penderita kanker di Indonesia adalah wanita. Kanker bisa menyerang jaringan dalam berbagai organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita . Namun demikian tidak sedikit wanita yang bersikap acuh dengan kondisi kesehatan organ reproduksinya. (Mardiana, 2004).    Dalam dekade terakhir ini ada 9 juta manusia meninggal karena kanker, 2/3 kejadian ini ada dinegara berkembang. Menurut WHO ( World Health Organitation ) setiap    tahunnya ada 6,25 juta penderita kanker di dunia dan di Indonesia diperkirakan 100.000 penduduk (Buston,2000).          
      Kanker yang paling banyak menyerang wanita diseluruh dunia adalah kanker leher rahim. Di   Indonesia    diperkirakan   90 – 100    kasus    kanker baru diantara 100.000 penduduk pertahunnya atau 180.000 kasus baru pertahun (Kasdu, 2005).
     Kanker leher rahim sebenarnnya mudah di diagnosa akan tetapi pada kenyataannya jenis kanker inilah yang menyebabkan kematian tertinggi dibandingkan kematian yang diakibatkan oleh jenis kanker lain. Hal ini disebabkan karena kurangnnya pengertian akan bahaya kanker khususnya kanker leher rahim, karena informasi mengenai penyakit yang berhubungan  dengan alat kelamin dan kandungan sering dianggap sebagai hal yang tabu di bicarakan dalam masyarakat (Burns, 2000). 
      Berdasarkan uraian diatas penulis ingin meneliti lebih jauh tentang bagaimanakah Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Leher Rahim Di ________________________ Kecamatan _______ ____ ____ Tahun 2009.
1.2.      Perumusan Masalah
      Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Hubungan Karakteristik Dengan Pengetahuan Ibu  Tentang Kanker Leher Rahim Di ________________________ Kecamatan _______ ____ Tahun 2009.

                         
1.3.   Tujuan Penelitian.
1.3.1.  Tujuan Umum
      Uutuk mengetahui hubungan karakteristik dengan pengetahuan ibu tentang kanker leher rahim  lingkungan  ________________________ Kecamatan _______  ____ Tahun 2009.
1.3.2    Tujuan Khusus 
1.      Untuk mengetahui hubungan umur  dengan  pengetahuan ibu tentang defenisi kanker leher rahim di ________________________ Kecamatan _______ ____ Tahun 2009.
2.      Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang faktor resiko kanker leher rahim di ________________________ Kecamatan _______ ____ Tahun 2009.
3.      Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan  pengetahuan ibu tentang gejala kanker leher rahim di ________________________ Kecamatan _______ ____ Tahaun 2009.
       4  Untuk  mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pencegahan kanker leher rahim.                                                                                                                            


                                                                      
 1.4.     Manfaat Penelitian
    1.4.1.   Bagi masyarakat yaitu untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang                                    upaya pencegahan kanker leher rahim sedini mungkin.                                                           
     1.4.2.    Bagi  pendidikan yaitu  sebagai  salah satu data yang dapat   dijadikan                               masukan    bagi  mahasiswa  yang  akan  meneliti  lebih  lanjut .                                         
    1.4.3   Bagi tenaga kesehatan yaitu dapat memberikan upaya bimbingan kesehatan  khususnya   tentang pencegahan kanker leher rahim.   
3
 1.4.4    Bagi peneliti  yaitu dapat  memberikan  pengetahuan  dan  pengalaman   nyata  dalam melakukan penelaahan masalah berdasarkan metode ilmiah, serta  menambah  pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan   kanker   leher rahim.      
1.5      Hipotesa

      Ada pengaruh karakteristik ibu terhadap pengetahuan tentang  kanker leher     rahim di ________________________ Kecamatan _______ ____ Tahun 2009.

UNTUK ARTIKEL SELENGKAPNYA KLIK BANNER DI BAWAH INI....



Thursday, April 3, 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA



ABSTRAK


            Posyandu lansia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan, tingginya angka kesakitan dan lain-lain. Posyandu lansia direncanakan dan dikembangkan oleh masyarakat bersama Lurah, Kepala Lingkungan, Petugas Kesehatan dan PKK. Penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih. Kader berasal dari anggota PKK, tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat lainnya. Namun, program Posyandu lansia kurang popular dibandingkan dengan Posyandu untuk balita. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kunjungan lansia di Puskesmas yang telah ditunjuk sebagai pelaksanaan dari Posyandu lansia. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia.
            Penelitian ini penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dan seluruhnya dijadikan sampel. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli ____. Data yang digunakan adalah data primer, diperoleh langsung dari responden. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.
            Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan X2hitung (8,080) > X2tabel (5,99) dengan p-value 0,049 < 0,05. Terdapat hubungan yang signifikan sikap dengan pemanfaatan posyandu lansia  dengan X2hitung (9,324) > X2tabel (5,99) dengan p-value 0,043 < 0,05.
            Diharapkan kepada masyarakat khususnya lansia agar berperan aktif dalam kegiatan posyandu yang diadakan setiap bulan di Desa _____________ dan anggota keluarga lebih memberi dukungan/motivasi kepada lansia.


Kata Kunci        : Pengetahuan, Sikap, Pemanfaatan Posyandu Lansia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
            Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang  agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.  
            Lanjut usia (lansia) merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa. Mereka termasuk golongan yang patut dihargai dan dihormati sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Dalam kehidupan nasional, lanjut usia merupakan sumber daya yang dinilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang patut dimanfaatkan bagi masyarakat keseluruhan. Sebagai salah  satu hasil pembangunan adalah meningkatkan umur harapan hidup waktu lahir. Sejalan dengan hal tersebut maka jumlah lanjut usia pun meningkat (Nugroho, 2005).
            Pengembangan suatu program pembinaan kesehatan lanjut usia dengan strategi pendekatan edukatif melalui institusi pelayanan kesehatan terutama Puskesmas dan Posyandu Lansia (lanjut usia) dan institusi lainnya seperti Panti Werdha. Dengan adanya program diharapkan terbentuk suatu masyarakat lansia yang berdayaguna, mandiri dan aktif dalam menjalankan fungsi kehidupannya secara optimal (Depkes RI, 2002).
            Program pembinaan kesehatan lainnya merupakan salah satu pendekatan dari pengembangan program Public Health Nursing (PHN) atau perawatan kesehatan masyarakat yang sudah terlaksana di tahun 1975. Program ini bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya keluarga dan kelompok sosial (Panti Werdha) melalui sis pelayanan kesehatan di Puskesmas (Depkes RI, 2002).
            Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 19   Ayat 1 Kesehatan manusia lanjut usia diarahkan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif. Ayat 2, Pemerintah membantu  penyelenggaraan kesehatan manusia lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal (Depkes RI, 2004).
            Dari penelitian Erliawati (2005) di wilayah kerja Puskesmas di Desa _____________ Kecamatan ___________ ____________ membuktikan bahwa jumlah kunjungan masyarakat ke Posyandu lansia dipengaruhi oleh penghasilan, status tempat tinggal dan informasi tentang keberadaan program pelayanan kesehatan tersebut.
            Azwar (2002) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan terhadap lansia harus ditingkatkan baik dari segi jangkauan maupun jenis pelayanannya. Seharusnya ada fasilitas sosial atau kemudahan untuk lanjut usia seperti transportasi, pelayanan kesehatan cuma-cuma.          
            Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi _____________ tahun 2006, jumlah lanjut usia yang dibina sebesar 24.659 atau 3.0% dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 820.990 jiwa. Begitu juga dengan kegiatan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas yang mencakup pengobatan, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan konseling, arisan atau pengajian dan kunjungan rumah atau Home Care hanya sebesar 19,5% (80 dari 409 puskesmas) dan 400 posyandu lansia yang sudah terbentuk atau sekitar 23,2% sementara target yang harus dicapai sebesar 2.120 posyandu lansia (pos/puskesmas).
            Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten ____________ tahun 2007, jumlah lanjut usia yang dibina sebesar 20.071 atau 23,6% dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 84.871 jiwa. Pemberian upaya pelayanan pemeriksaan kesehatan berupa pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah, pengukuran Indeks Massa Tubuh (ITM), pengobatan bila diperlukan, penyuluhan dan konseling, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan melakukan kegiatan senam lansia. Bagi lansia yang tidak dapat datang ke posyandu dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan bergerak maka petugas puskesmas bersama kader posyandu lansia akan mengunjungi ke rumah lansia tersebut (Home Care).
            Christina (2001) menyatakan bahwa di ____________, pemakai jasa pelayanan kesehatan (Health Consumer), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan pihak penyelenggara pelayanan kesehatan memenuhi kebutuhan pasien selaku konsumen, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.
            Hanafiah (2004) dalam penelitiannya di Kabupaten Aceh Tamiang menemukan factor pengetahuan, pendidikan, penampilan kader dan jarak posyandu sebagai factor yang mempengaruhi jumlah sasaran yang berkunjung ke posyandu serta kualitas pelayanan di posyandu itu sendiri.
            Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulis diperoleh bahwa jumlah lansia di Desa _____________ Kecamatan ___________ Kabupaten ____________ sebanyak 50 orang, dimana kunjungan lansia ke posyandu dan jumlah lansia yang dibina masih sangat rendah dan target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 70% yang telah ditetapkan sebelumnya. 
            Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Pengetahuan, Sikap Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa _____________ Kecamatan ___________ Kabupaten ____________ Tahun ____.

1.2.            Permasalahan
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan, sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa _____________ Kecamatan ___________, ____________ Tahun ____?

1.3.            Tujuan Penelitian
1.3.1.   Tujuan Umum
            Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa _____________ Kecamatan ___________ Kabupaten  ____________.

1.3.2.      Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa _____________ Kecamatan ___________, Kabupaten ____________ Tahun ____.
2.      Untuk mengetahui hubungan sikap lansia dengan pemanfaatan posyandu di Desa _____________ Kecamatan ___________, Kabupaten ____________ Tahun ____.

1.4. Hipotesis Penelitian
            Ada hubungan pengetahuan, sikap lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa _____________ Kecamatan ___________ Kabupaten ____________ Tahun ____.

1.5. Manfaat Penelitian
            Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan serta pengetahuan peneliti.
2.      Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi lansia dalam memelihara kesehatan lansia.
3.      Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas dan kader kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kepada lanjut usia.
4.      Bagi peneliti lain dapat mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan lanjut usia.

UNTUK SELENGKAPNYA...
KLIK BANNER DI BAWAH INI