INFORMASI PENTING

Showing posts with label Penelitian. Show all posts
Showing posts with label Penelitian. Show all posts
Tuesday, February 4, 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN VAGINA PASCA PERSALINAN DENGAN KASUS RUPTURE PERINEUM (KODE PK013)


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun dibandingkan AKI 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama yang secara langsung dapat menyebabkan kematian ibu adalah perdarahan, eklamsi dan infeksi serta komplikasi puerperium.
Indonesia membuat rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi "Kehamilan dan Persalinan di Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan Sehat," dengan misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Saifuddin: 2002).
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak (Prawirohardjo, 1999).
Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya kelahiran spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan (Prawirohardjo, 1999).
Pengetahuan merupakan salah satu tingkat yang paling rendah dalam tingkatan ranah kognitif. Pengetahuan adalah kemampuan untuk menyatakan kembali dari ingatan hal-hal khusus dan umum, metode dan proses atau mengingatkan suatu pola, susunan, gejala atau peristiwa. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dengan berbagai usaha, baik sengaja maupun secara kebetulan, usaha yang dilakukan dengan sengaja meliputi berbagai metode dan konsep baik melalui proses pendidikan, pengalaman, penyuluhan dan berbagai sumber seperti media cetak maupun media elektronik (Notoatmodjo, 2003).
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi yang negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan atau individu akan membentuk sikap yang positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan dirinya (Soemanto, 2004).
Pengetahuan ibu nifas tentang kesehatan khususnya perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus rupture perineum akan berpengaruh terhadap sikap ibu nifas dalam perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus rupture perineum. Ini dapat diartikan semakin seseorang mengerti dan memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus rupture perineum, maka orang tersebut cenderung memiliki sikap yang lebih baik atau positif.  Perawatan luka episiotomi sangat penting dilakukan oleh ibu nifas karena di daerah luka akan memudahkan kuman bersarang dan akan berakibat luka tidak sembuh (Prawirohardjo, 1999).
Data kesehatan ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas __________ kecamatan _________ kabupaten _________ didapatkan jumlah ibu bersalin tiap bulannya adalah 30 orang, 75%  melahirkan dengan kasus ruptur perineum dan ibu-ibu tersebut tidak mengetahui cara perawatyan vagina pasca persalinan dengan kasus rupture perineum.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus ruptur perineum di wilayah kerja Puskesmas __________ Kecamatan _________ Kabupaten _________ tahun 2010.

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahun ibu nifas tentang perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus ruptur perineum di wilayah kerja Puskesmas __________ Kecamatan _________ Kabupaten _________ tahun 2010?

C.      Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus ruptur perineum.
2.      Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang dampak vagina pasca persalinan dengan kasus ruptur perineum.
b.         Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang penyebab terjadinya ruptur perineum.
c.         Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas tentang penatalaksanaan  terjadinya ruptur perineum.

D.      Manfaat
1.         Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih peneliti dalam mengembangkan kemampuan berfikir secara objektif.
2.   Bagi Ibu Nifas
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu nifas tentang perawatan vagina pasca persalinan dengan kasus ruptur perineum.
3.                        Bagi Instansi Pendidikan
 Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan mahasiswi STIKes   _________________________________.
4.                         Bagi Lokasi Penelitian
          Sebagai data dasar untuk meneliti selanjutnya.

SELANJUTNYA....KLIK BANNER INI..



GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT DIARE PADA BALITA (KODE PK012)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk setahunnya. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN. Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita belum dapat diturunkan (Lisaira, 2002).
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bagian Kesehatan Anak FKUI/RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (FKUI, 2005). Diare merupakan keadaan dimana seorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer, dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah, sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun. Diare atau penyakit mencret pada saat ini di Indonesia masih menjadi penyebab kematian yang utama, yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga pada semua umur (Ummuauliya, 2008).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan istilah “Muntaber”. Penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (kurang lebih 48 jam) penderita akan meninggal (Triatmodjo, 2008).
Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI ekslusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus (Medicastore, 2006).
Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi protein.
Penyebab diare pada balita bisa karena infeksi bakteri, virus, dan amuba dan bisa karena salah mengkonsumsi makanan. Banyak faktor yang  mempengaruhi diare pada balita, sebagian besar ibu-ibu tidak mengetahui penyebab diare pada anaknya, seperti makanan yang diberikan atau lingkungan yang kotor yang tidak disadari dapat menyebabkan diare.
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali pertahun. Dengan dikenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah menurun. Dari hasil prasurvey di Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___ kabupaten _________, masih tinggi angka kejadian diare pada balita pada tahun 2009 yaitu 128 balita yang menderita diare. Hal ini merupakan angka yang sangat besar. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang  “Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Diare pada Balita di Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___ Kabupaten _________ Tahun 2010”.

B.        Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah gambaran faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita di Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___ Kabupaten _________ Tahun 2010”.

C.       Tujuan
1.                Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita di Puskesmas __________ Kecamatan _____ ___ kabupaten _________ tahun 2010.
2.    Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita di tinjau dari faktor makanan.
b.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare pada balita di tinjau dari faktor lingkungan.

D.      Manfaat Penelitian
1.              Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya dalam penyebab diare pada balita.
2.        Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan dan evaluasi diri dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan dalam pencegahan diare guna untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi.
3.      Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diare pada balita bagi mahasiswsi STIKes ___________________________.
4.        Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan yang lebih komplek tentangpencegahan diare pada balita.

SELENGKAPNYA.......KLIK BANNER INI






GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYIMPANGAN SEKSUAL (KODE PK011)


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
                  Seksualitas merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan karena  menyangkut banyak aspek kehidupan yang diekpresikan dalam bentuk prilaku yang beraneka ragam. Seksualitas memiliki arti yang luas karena meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui prilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, berpakaian, dan perbendaharaan kata. Lebih lanjut menurut Raharjo menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, konstruksi social terhadap nilai, orientasi, dan prilaku yang berkaitan dengan seks ( Nurhadmo, 1999 ).
                  Secara sosial hubungan seks baru diperbolehkan bila telah terikat dalam perkawinan. Ditengah masyarakat Indonesia yang berdasarkan pancasila, belum dapat diterima kehamilan tanpa status perkawinan yang resmi, atau hidup bersama tanpa pernikahan. Menghadapi gerakan keluarga berencana dianjurkan untuk menikah pada usia yang relatif dewasa (20-25 tahun) penundaan perkawinan ini para remaja memerlukan penyaluran diri sehingga terhindar dari berbagai aspek hubungan seks yang dilakukan secara sembrono. Hubungan seks yang bebas sudah tentu akan menimbulkan akibat yang tidak diinginkan yaitu kehamilan yang belum dikehendaki, penyakit hubungan seks, penyakit radang panggul, dan akhirnya terjadi  kemandulan atau kehamilan ektopik. Dalam situasi masa pancaroba dan menunggu sampai usia kawin inilah peranan orangtua sangat penting mengarahkan remaja menuju tingkah laku yang positif dan terutama dalam pendidikan sehingga dapat mencapai sasaran belajar yang dikehendaki. (Manuaba, 1998).
                  Telah diketahui bahwa arus informasi adalah penyebab dunia yang semakin sempit dan sangat memudahkan mendorong remaja mempunyai prilaku seks yang makin bebas, keadaan bertambah sulit diatasi bila jumlah anak dalam satu keluarga tidak terbatas sehingga kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak haruslah bersumber dari perkawinan yang syah menurut adat agama dan bahkan hukum serta disaksikan masyarakat. Situasi demikian memerlukan sikap dan prilaku orang tua yang dapat di jadikan panutan dan sauri tauladan bagi remaja (Manuaba, 1998).
                  Dalam tahapan perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erikson, dinyatakan bahwa tugas utama yang dihadapi remaja adalah membentuk identitas personal yang stabil, kesadaran yang meliputi perubahan. Pemahaman mengenai seksualitas seseorang merupakan bagian dari upaya pembentukan identitas personal yang stabil, seseorang juga memahami nilai – nilai, keyakinan, sikap, dan batasan – batasan yang dimilikinya dan akan memampukannya untuk dapat merasa nyaman menjadi dirinya sendiri (Shibley, 1997).
                  Sebenarnya sebelum memasuki usia remaja, anak sudah memiliki keingintahuan akan seks. Mereka bahkan dapat terlibat dalam aktifitas seksual, seperti berciuman,  bermasturbasi, bahkan melakukan sexual intercourse (Steinberg, 2002). Seperti yang diungkapkan Weis (2000), Kemampuan untuk berinteraksi secara erotis dan untuk mengalami perasaan seksual dengan sesama ataupun berbeda jenis kelamin, secara jelas ditunjukkan pada usia 5 sampai 6 tahun.
                  Dalam observasi yang dilakukan Langfeldt (dalam Weis, 2000) menemukan bahwa anak laki – laki yang belum memasuki pubertas dan sedang melakukan permainan seksual dengan anak lain menunjukkan ereksi pada penisnya selama permainan seksual itu berlangsung. Bahkan Fond dan Beach (dalam Weis, 2000) menemukan bahwa anak – anak yang memiliki kesempatan mengamati kegiatan seksual yang dilakukan orang dewasa, cenderung terlibat dalam persetubuhan pada usia minimal 6 sampai 7 tahun. Namun dalam permainan seksual itu anak tidak melakukan introspeksi dan refleksi mengenai prilaku seksual, Mereka melakukannya karena tindakan itu memberikan sensasi nikmat sebagai reward dari tindakan itu. Tindakan merekaa lebih didasari oleh rasa ingin tahu daripada motivasi seksual yang sesungguhnya ( Steinberg, 2002 ).
                  Seorang anak pada usia remaja belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Hal – hal yang mereka lakukan hanya merupakan kesenangan sesaat. Ketidakjelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya. Karenanya, sangat dibutuhkan bimbingan dari orangtua yang memang sudah seharusnya memiliki kedekatan hubungan dengan si anak. Orang tua haruslah mengerti dan memahami terlebih dahulu jika terjadi perubahan dalam diri anaknya, sehingga anak pun merasa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. Dengan begitu, mereka tanpa segan dan malu aakan membicarakan semua persoalan yang dihadapinya.Maraknya  pergaulan bebas  dikalangan remaja akhir – akhir ini, antara lain di sebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang pendidikan seks yang jelas dan benar. Pendidikan seks kebanyakan hanya diketahui dari penjelasan teman yang belum tentu benar, membaca buku – buku porno, melihat gambar – gambar porno dari buku maupun internet, dan dari penjelasan yang kurang lengkap dari orang tua. Semua pengetahuan yang serba tanggung ini, justru membuat banyak remaja mencoba mencari tahu dengan cara melakukannya sendiri baik dengan cara mendapatkan kenikmatan seksual secara wajar maupun secara tidak wajar ( Dianawati, 2003 ).
                  Penyimpangan Seksual adalah salah  satu  ketidakwajaran manusia yang dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada dirinya. Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupuan dari segi fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang (Suririnah, 2002).Sedangkan menurut Komandoko (2009), penyimpangan seksual merupakan cara yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan seksual melalui cara yang tidak wajar.
                  Di Indonesia pada tahun 2009, Terdapat 93,7 % pernah ciuman, Oral seks, 97 % pernah nonton film pornografi,65 % yang mendapatkan informasi seks dari teman, 5% mendapat informasi seks dari orangtua, 27% yang mengaku terkena penyakit seksual, Selain itu, rumah menjadi tempat paling favorit (40%) untuk melakukan hubungan seks, sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos (26%) dan di hotel (26%). Siapa sangka ternyata sebagian besar remaja Indonesia merasa tidak cukup nyaman curhat bersama orang tuanya, terutama bertanya seputar masalah seks. Oleh karena itu mereka lebih suka mencari tahu sendiri melalui sesama teman – temannya dan menonton film pornografi serta mencari cerit - cerita seks di situs – situs porno di internet ( Research, 22 Desember 2009 ).
                  Berdasarkan survey pengakuan  yang peneliti lakukan di sekolah SMA Negeri 1 _________,  dari keseluruhan siswa-siswi yang berjumlah sebanyak 626 orang. Diperoleh data awal yang cukup signifikan  dimana 30 % diantara siswa dan siswi SMA 1  melakukan penyimpangan seksual baik melalui media, maupun alat elektronik seperti handphone.
                  Sebagian besar masyarakat di Aceh sampai saat ini belum mencapai kesehatan seperti yang di harapkan semua pihak , Salah satu tingginya timbul prilalaku peniympangan seksual akibat pergaulan bebas, jarang mendapatkan bimbingan orang tua dan informasi kesehatan yang kurang memadai. Prilaku seksual dapat dicegah dengan cara yang mudah dan tepat. Diantaranya, pencegahan dini oleh orang tua terutama pengenalan alat canggih seperti Televisi, Handpone, Majalah tentang seks, serta pengenalan alat reproduksi pada remaja, Selain itu perlu mendapatkan informasi tentang prilaku seksual dari pihak tenaga kesehataan seperti [penyuluhan dan prilaku hidup sehat. Adapun akibat prilaku seksual sangat berdampak pada penyakit kelamin yang saat ini belum menjamin kesehatan.

B.     Rumusan Masalah
                  Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti ingin mengetahui seberapa jauhkah pengetahuan dan sikap remaja tentang penyimpangan seksual di SMA Negeri 1 _________ Kecamatan _______________   Kabupaten __________ Tahun 2010.

C.  Tujuan Penulisan
      1.   Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang Penyimpangan Seksual di SMA Negeri 1 _________ Kecamatan _______________  Kabupaten __________ Tahun 2010.
      2.   Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui pengetahuan  remaja tentang Penyimpangan Seksual di SMA Negeri 1 _________  kecamatan _______________  Kabupaten __________ Tahun 2010.
b.      Untuk mengetahui bagaimana sikap remaja tentang  Penyimpangan Seksual di SMA Negeri 1 _________ Kecamatan _______________  Kabupaten __________  Tahun 2010

D.    Manfaat Penelitian
a.   Untuk penulis sebagai bahan tambahan wawasan pengetahuan dalam menerapkan ilmu yang telah di dapat.
b.   Untuk Kepustakaan STIKes Yayasan ______________________________ sebagai bahan tambahan bacaan kepustakaan.
c.         Untuk sumber informasi secara umum kepada anak – anak remaja sekolah mengenai gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang penyimpangan seksual.

SELENGKAPNYA.......KLIK BANNER INI



Pengetahuan Ibu Premenopause Dalam Pencegahan Osteoporosis (KODE PK010)


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang (Izwan, 2010).
Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormon estrogen dan hormon paratiroid. Tulang mengalami dekalsifikasi (pengapuran) artinya kalium manurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang. Patah tulang terutama terjadi pada persendian paha (Manuaba, 1999).
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya                           kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini (Izwan, 2010).

1
 
Osteoporosis (rapuh tulang) merupakan gangguan kesehatan yang paling ditakuti oleh wanita, terutama menjelang atau pasca menopause (mati haid). Masalah ini menjadi sangat serius, karena ternyata diketahui 1 dari 3 wanita menopause mengalami osteoporosis (Uriati, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO - World Health Organization) menyatakan, saat ini di seluruh dunia terdapat lebih dari 200 juta wanita menopause. Wanita yang mengalami menopause, maka 5-7 tahun kemudian akan kehilangan 20% kepadatan tulangnya.  Satu diantara tiga wanita di atas usia 50 tahun mempunyai resiko 40% menderita patah tulang di kemudian hari (Muhilal, 2005).
Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,46 juta orang, yang terdiri dari 101,64 juta laki-laki dan 101,81 juta perempuan. Jumlah perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 15,5 juta orang. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopouse adalah 30,3 juta (Baziad, 2003).
Kabupaten __________, berdasarkan wawancara dengan pejabat program KIA, program untuk jumlah wanita yang lansia baru akan mulai dilakukan pada tahun 2010  (Statistik __________, 2008). 
Data yang diperoleh dari Kepala Desa ________ Kecamatan _________ Kabupaten __________ dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009  jumlah wanita lansia mencapai 50 jiwa, banyak diantara ibu-ibu tersebut kurang memahami tentang pencegahan osteoporosis, sehingga banyak wanita lansia yang mengalami osteoporosis yang berjumlah 43 orang  (Desa ________, 2010).
Dampak dari osteoporosis yaitu penderita akan memiliki tulang yang rapuh sehingga rentan terjadinya fraktur atau patah tulang. Tulang yang berisiko patah adalah tulang pada dengkul, jari tangan, dan pinggul. Untuk mencegah rapuh tulang, olah raga secara teratur menjamin tulang dan otot yang kuat dalam usia pertengahan. Berusaha mendapatkan sinar matahari 30 menit seminggu. Sinar matahari mengubah pro-vitamin D di bawah kulit menjadi vitamin D untuk pembentukan kerangka tulang. Menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kehilangan kalsium dari tulang, seperti tembakau, kopi dan sebagainya (Setyohadi, 2010).
Berdasarkan  dari  berbagai  uraian  diatas,  maka  peneliti  ingin  meneliti “Pengetahuan Ibu Premenopause Dalam Pencegahan Osteoporosis Di Desa ________ Kecamatan _________ Kabupaten __________ Tahun 2010”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah “Pengetahuan Ibu Premenopause Dalam Pencegahan Osteoporosis Di Desa ________ Kecamatan _________ Kabupaten __________ Tahun 2010”.


C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran Pengetahuan Ibu Premenopause dalam  Pencegahan Osteoporosis di Desa ________ Tahun 2010.
2.      Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengetahuan ibu dalam pencegahan osteoporosis di desa _______.

D.    Manfaat Penelitian
  1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih peneliti dalam mengembangkan kemampuan berfikir secara objektif.
2.   Bagi ibu premenopause
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu premenopause tentang Pencegahan Osteoporosis.
  1. Bagi instansi pendidikan
Semoga dapat dijadikan bahan masukan/kajian keilmuan dalam mengembangkan penelitian yang lebih optimal.
  1. Sebagai bahan kajian keilmuan dalam mata kuliah riset kebidanan, khususnya Akademik Kebidanan Yayasan __________________________ untuk penelitian labih lanjut.
  2. Bagi lokasi penelitian
Sebagai data dasar untuk peneliti selanjutnya.

SELENGKAPNYA.....KLIK BANNER INI.






GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG KEBUTUHAN FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN



 



 

Apa yang dimaksud dengan kebutuhan fisiologis?
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan), Elimininasi, Istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh dan seksual (Bascom, 2009).
Kebutuhan fisiologis dibutuhkan oleh siapa saja, manusia memiliki kebutuhan dasar yang heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar yang sama dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, terutama bagi ibu hamil (Bascom, 2009).

Teori Kebutuhan Dasar Manusia

Abaraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut, (Bascom, 2009) :
1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan), elimnasi, istirahat dan tidur, aktifitas, keseimbangan suhu tubuh, dan seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
a. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan sebagainya.
b. Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.

3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok sosial, dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait, dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5. Kebutuahan aktualiasasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Macam macam kebutuhan fisiologis

1.      Oksigen
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam  proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan induk seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara  ruangan dalam setiap kali bernafas. Bagi ibu hamil untuk mengolah pernafasan yang baik, sebaiknya melakukan yoga. Yoga dapat mempengaruhi kelancaran persediaan oksigen yang tersuplai secara baik, organ-organ tubuh dapat bekerja secara optimal. Pada prinsipnya ibu hamil harus menghindari ruangan/tempat yang dipenuhi oleh polusi udara (terminal, ruangan yang sering dipergunakan untuk merokok). Pada kehamilan 32 minggu ke atas, seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat 20-26% dari biasanya akibat usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
2.      Nutrisi
Beberapa hal harus diperhatikan ibu hamil untuk menjalani proses kehamilan yang sehat, antara lain :
a.       Konsumsilah makanan dengan porsi yang cukup dan teratur
b.      Hindari makanan yang terlalu asin dan pedas
c.       Hindari makanan yang mengandung lemak yang tinggi
d.      Hindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol
e.       Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet dan zat pewarna
f.       Hindari merokok
Hal penting yang harus diperhatikan ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi terdiri dari susunan menu yang seimbang yaitu menu yang mengandung unsur-unsur sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
1)      Sumber Tenaga (Sumber Energi)
Ibu hamil membutuhkan tambahan energi sebesar 300 kalori per hari sekitar 15% lebih banyak dari normalnya yaitu 2500 s/d 3000 kalori dalam sehari. Sumber energi dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak.
2)      Sumber Pembangunan
Sumber zat pembangun dapat diperoleh dari protein. Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 800 gram/hari. Dari jumlah tersebut sekitar 70 % dipakai untuk kebutuhan janin dan kandungan.
3)      Sumber Pengatur dan Pelindung
Sumber zat pengatur dan pelindung dapat diperoleh dari air, vitamin dan mineral. Sumber ini dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran proses metabolisme tubuh. Kebutuhan makanan sehari-hari untuk ibu hamil, yaitu : (a) Kalori : 2500 Kal (b) Protein: 85 g (c) Kalsium (Ca) : 1,5 g (d) Zat besi (Fe): 15 mg (e) Vitamin A : 6000 IU (f) Vitamin B 1,8 mg (g) Vitamin C: 100 mg (h) Ribovlavin: 2,5 mg (i) As nicotin: 18 mg (j) Vitamin D : 400-800 IU.
Pada umumnya kebutuhan makan bagi ibu hamil untuk setiap trimester berbeda-beda, hal ini berhubungan dengan kondisi ibu pada setiap trimester tersebut. Pada kehamilan trimester pertama (0-14 minggu), umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan muntah. Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin tumbuh baik. Makanlah makanan dengan porsi kecil tapi sering, seperti sup, susu, telur, biskuit, buah-buahan segar dan jus. Pada trimester kedua (s/d usia 28 minggu), nafsu makan sudah pulih kembali kebutuhan makan harus lebih banyak dari biasanya meliputi zat sumber tenaga, pembangunan, pelindung dan pengatur. Hal ini untuk kebutuhan janin. Pada trimester ketiga (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik, tetapi jangan kelebihan, kurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap dikonsumsi. Selain itu kurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlalu asin (seperti garam, ikan asin, telur asin, tauco, dan kecap asin) karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tubuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan. Untuk memperoleh asupan makanan yang sehat, ibu hamil dianjurkan untuk mengolah makanan secara sehat pula.
Adapun cara pengolahan makanan yang sehat dan tepat sebagai berikut:
a.               Pilihlah sayuran dan buah-buahan yang segar dan berwarna kuning
b.      Pilihlah daging dan ikan yang segar
c.       Cucilah tangan yang bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan
d.      Cucilah bahan makanan yang bersih
e.       Jangan masak sayuran sampai layu
f.       Konsumsilah makanan yang diolah sampai matang
g.      Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet, bumbu masak (vetsin).
h.      Hindari pemakaian minyak yang sudah berkali-kali digunakan
i.        Perhatikan tanggal kadaluarsa dan komposisi vitamin, mineral dan tempat makanan kalengan.
j.        Simpanlah peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman jangan membiarkan binatang berkeliaran didapur.

UNTUK MENDAPATKAN SKRIPSI INI SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI


JIKA ANDA MERASA TERBANTU DENGAN ADANYA SKRIPSI INI SILAHKAN BAGIKAN KEPADA TEMAN ANDA DENGAN MENGKLIK TOMBOL SHARE DI BAWAH INI




JIKA ADA KRITIK DAN SARAN SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR DI KOLOM PALING BAWAH