INFORMASI PENTING

Tuesday, October 14, 2014

Administrasi Bisnis Perusahaan Telekomunikasi ( Contoh Skripsi Administrasi Bisnis)

Judul Skripsi tidak diketahui karena ini hasil dari searching dari internet juga...


Kutipannya seperti ini kira kira......

...Pada akhir tahun 2004, PT Hariff Daya Tunggal Engineering membentuk anak
perusahaan baru dengan nama PT Sarana Inti Persada (SIP). Perusahaan ini
diarahkan untuk mengembangkan bisnis manage service untuk infrastruktur dan

perangkat

telekomunikasi

operator

telekomunikasi

di

Indonesia.

Dalam

mengembangkan bisnis ini, perusahaan memulai dengan bisnis penyewaan
infrastruktur tower, shelter dan genset untuk ditawarkan kepada para operator
telekomunikasi.

Bisnis manage service ini dilatarbelakangi oleh semakin tumbuhnya dunia
telekomunikasi seluler dengan munculnya operator-operator telekomunikasi baru
di Indonesia yang melakukan penyewaan sebagian infrastrukturnya kepada pihak
ketiga. Hal ini ditujukan untuk menurunkan biaya investasi, mempercepat
pengembangan network coverage dan agar dapat lebih fokus dalam bisnis seluler
mereka.

Hal lainnya adalah adanya kecenderungan menurunnya permintaan pengadaan
perangkat telekomunikasi dari operator telekomunikasi yang selama ini menjadi
konsumen terbesar bagi Hariff Group di samping terus bertambahnya pesaing
baik dari dalam maupun luar negeri. Persaingan ini juga menimbulkan turunnya
profit margin dari setiap pengadaan perangkat telekomunikasi masing-masing
operator telekomunikasi.

Di samping kedua hal di atas, bisnis manage service ini juga dilatarbelakangi oleh
adanya keinginan dari para pemegang saham Hariff Group untuk mendapatkan
bisnis yang berjangka waktu panjang di samping bisnis project base yang selama ini
dilakukan oleh PT Hariff DTE. Pertimbangan ini diharapkan menjadi “second
curve” bagi Hariff Group dalam mengembangkan bisnis di dunia telekomunikasi
di Indonesia.

1






Hal terakhir yang menjadi pertimbangan juga adalah reputasi Hariff Group di
mata perbankan dan institusi finansial lainnya yang cukup baik. Beberapa bank
dan institusi finansial lainnya menawarkan kerjasama kredit dalam membiayai
beberapa projek yang selama ini digarap maupun prospek projek yang akan
digarap selanjutnya khususnya dalam bisnis telekomunikasi di Indonesia.

Pada awal berdirinya PT SIP, penulis merupakan salah satu anggota tim penyusun
beberapa bisnis yang akan digarap oleh SIP. Selanjutnya pada akhir tahun 2006,
penulis ditugaskan oleh manajemen dan pemegang saham PT Hariff DTE untuk
membangun dan mengembangkan bisnis dan operasional PT SIP. Pada awal masa
tugas, penulis menggarap bisnis penyewaan tower di PT Mobile-8 Telecom, Tbk.
hingga mendapatkan kontrak dan Surat Pesanan (PO) pertama untuk 60 lokasi
tower di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal berikutnya yang dilakukan adalah
mempersiapkan pelaksanaan projek dengan melakukan perekrutan SDM,
pembuatan struktur organisasi projek dan pendukungnya, pembuatan business
process secara umum, pencarian dana (funding) dan pembuatan kerjasama dengan
anak perusahaan Hariff Group lainnya yaitu PT Telehouse Engineering.

Untuk penulisan Projek Akhir ini, penulis membatasi pembahasan pada Strategi
Operasi dalam proses Operations and Maintenance.
























2







1.1. PROFIL PT SARANA INTI PERSADA

PT. Sarana Inti Persada (SIP) merupakan perusahaan swasta nasional yang
bergerak dalam bidang perencanaan, pengadaan, pembangunan, penyewaan dan
pemeliharaan sistem yang berbasis teknologi telekomunikasi dan informasi.

SIP merupakan anak perusahaan dari PT Hariff Daya Tunggal Engineering.
Perusahaan ini dibentuk untuk menggarap bisnis manage service infrastruktur
telekomunikasi untuk operator-operator telekomunikasi baik operator GSM
maupun CDMA di Indonesia. Selain operator telekomunikasi, bisnis SIP juga
melingkupi infrastruktur telekomunikasi bagi vendor telekomunikasi maupun
perusahaan pengguna telekomunikasi di Indonesia. Bisnis di perusahaan ini
meliputi bisnis dengan investasi jangka panjang dan menengah.

SIP didirikan pada akhir tahun 2004 dengan didukung oleh orang-orang yang ahli
dan berpengalaman dalam bidang telekomunikasi dan informasi dari PT. Hariff
DTE yang merupakan induk perusahaan (holding company).

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, SIP didukung dan bekerja sama
dengan beberapa perusahaan di dalam group sendiri antara lain:

1. PT. Hariff DTE, merupakan holding company SIP yang bergerak dalam
bidang Power System, Control, dan Telecommunication Turnkey Project.
2. PT. Telehouse Engineering, merupakan anak perusahaan yang bergerak
dibidang Research and Manufacturing Civil and Mechanical Project.
3. PT. Transniaga Asia, merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang
perdagangan produk-produk telekomunikasi dan perangkat militer.
4. PT. Telemedia Nusantara, merupakan anak perusahaan yang bergerak di
bidang produk dan jasa IT.
5. Perusahaan lain yang merupakan vendor atau sub-contractor untuk projek-
projek yang berjalan

dan bla bla bla....

Ga tau nih.....
Tapi download aja ya kalo butuh..
ni link downloadnya..

http://adf.ly/srAGE


Monday, October 13, 2014

Porter's Theory of Industry (Contoh Skripsi Administrasi Bisnis)


Menurut Porter (1988), struktur suatu industri menentukan tingkat profitabilitas yang
dapat diperoleh perusahaan. Struktur industri dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Kekuatan pemasok
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan pemasok adalah konsentrasi pemasok,
signifikansi volume bagi pemasok, switching cost, subsitusi pasokan, ancaman forward integration, dan diferensiasi pasokan.
b. Barriers to entry
Hal-hal yang dapat mempengaruhi barriers to entry adalah akses terhadap pasokan,
regulasi pemerintah, skala ekonomi, kebutuhan modal, switching cost, identitas merek, dan akses distribusi.
c. Kompetisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kompetisi adalah exit barriers, konsentrasi industri, pertumbuhan industri, diferensiasi produk, identitas merek, biaya tetap, dan switching
cost.
d. Kekuatan pembeli
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan pembeli adalah informasi pembeli,
identitas merek, sensitivitas harga, diferensiasi produk, insentif pembeli, ancaman
backward integration, konsentrasi pembeli, switching cost, dan ketersediaan produk
substitusi.
e. Produk subtitusi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi produk substitusi adalah switching cost dan price-
performance trade off dari produk subtitusi.
f. Regulasi
Regulasi akan menentukan struktur dan tingkat profitabilitas industri, misalnya regulasi mengenai harga terendah untuk tarif penerbangan akan mempengaruhi pola persaingan antara maskapai dan tingkat profitabilitas.

Menurut Porter (1988), perusahaan dapat memiliki keunggulan dibandingkan
pesaingnya dengan melakukan pilihan dari dua hal berikut :
1. Keunggulan biaya: produk suatu perusahaan memiliki keunggulan dari segi biaya
yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya. Prinsip perusahaan adalah menjual
pada volume banyak.

2. Keunggulan diferensiasi: produk suatu perusahaan memiliki keunggulan dari segi keunikan atau performansi yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya. Prinsip perusahaan adalah menjual pada profit tinggi.

Link Download 


Sunday, June 8, 2014

Contoh Skripsi Ilmu Administrasi Bisnis

Contoh Skripsi Ilmu Administrasi Bisnis - Penelitian

Skripsi ini dibuat dengan penelitian di RSU Pindad, Bandung. Nama Penulisnya tidak diketahui. Silahkan dijadikan referensi. Link download ada di bawah. Gratis @!!!!

Cuplikannya :

Manajemen strategis terdiri dari empat elemen dasar yaitu:


  1. Enviromental Scanning atau pengamatan lingkungan adalah pemantauan, penilaian dan penyebaran informasi dari lingkungan luar dan dalam kepada orang-orang yang berpengaruh dalam suatu perusahaan.
  2. Strategy Formulation atau formulasi strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang suatu perusahaan berdasarkan peluang dan ancaman dari lingkungannya serta kekuatan dan kelemahan dari dalam.
  3. Strategy Implementation atau implementasi strategi adalah proses dimana strategi dan kebijakan dilaksanakan kedalam program, pembiayaan dan prosedur.
  4. Evaluation and Control atau penilaian dan pengawasan adalah proses dimana aktivitas perusahaan dan hasil kerjanya dimonitor untuk mengetahui kinerjanya dibandingkan dengan harapan.

Landasan hukum untuk pengembangan suatu rumah sakit atau instalasinya

  1. Undang-undang Nomor 23 tahun1992 tentang Kesehatan
  2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
  3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
  4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 228/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan daerah
  5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
  6. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor 0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/92 tentang Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Swasta di Bidang Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing
  7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (UU PPh)
  8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-170/PJ./2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan Penghasilan Neto Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) huruf c UU PPh
  9. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000
  10. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
  11. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003
  12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2003
  13. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 567/KMK.04/2000 tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 251/KMK.03/2001

Demikian kutipan singkat dari Skripsi tersebut...
Silahkan Didownload
Bab 1 | Download
Bab 2 | Download
Bab 3 | Download
Bab 4 | Download
Daftar Pustaka dan Lampiran | Download


Wednesday, June 4, 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN POST APENDIKTOMI

Asuhan Keperawatan - Apendiksitis

Pengertian Apendiksitis


Apendiksitis adalah peradangan apendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut yang disebabkanoleh agen infeksi (Sylvia A.Price, 2006).
Apendiksitis adalah peradangan apendiks vermiformis yang timbul akibat obstruksi apendik atau invasi agen infeksi (Suratun dkk, 2010).
Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks, dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi (Suzanne C. Smeltzer, 2002).

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut lebar dan pangkalnya menyempit ke arah ujungnya.Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitonial. Memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergabung pada panjang mesoapendiks penggantinya. Pada kasus lain atau sebaliknya apendiks terletak di retropenitonial yaitu dibelakng sekum, di belakang kolon asendes atau di tepi lateral kolon apendiks. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X, karena itu nyeri viserat pada apendisitis bermula disekitar umbilikus. Perdarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpakolateral.

Adapun tanda dan gejala dari Apendisitis diantaranya adalah :

  1. Sakit kram didaerah periumbilikus menjalan ke kuadran kanan bawah
  2. Obstipasi karena takut mengejan / obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan sebelum mengalami diare.
  3. Anoreksia
  4. Mual dan muntah
  5. Demam ringan di awal penyakit, dapat naik tajam pada peritonitis.
  6. Nyeri lepas (nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah).
  7. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
  8. Gejala berkembang cepat atau kondisi dapat di diagnosis dalam 4 samapai 6 jam setelah muncul nya gejala pertama.
    (Cecily dan Lusianah, 2010).





Tuesday, May 20, 2014

Contoh Borang III B Akreditasi Program Studi


Disamping membuat borang 3 A, Institusi juga diwajibkan untuk mengisi Borang 3 B....

Borang 3 B berisi isian yang memuat tentang keseluruhan program studi yang ada di Institusi tersebut.

Sebagai contoh jika ada sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan mempunyai 3 program studi yaitu Ilmu Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, dan Kebidanan maka deskripsi singkat ketiga prodi tersebutlah yang diisikan kedalam borang 3 A.

Disini saya akan sharing sebuah file borang akreditasi yang sudah jadi dari salah satu kampus kesehatan....

Semoga bermanfaat bagi anda bagi yang sedang menyusun borang.

Komentar silahkan ditinggalkan di kolom paling bawah..

Link Download:
https://drive.google.com/file/d/0B-xugIKbVK72QUFyVWRmWjhHU2M/edit?usp=sharing


Contoh Borang III A Akreditasi Program Studi


Apa kabar para pembaca setia ?
Sudah lama tidak posting dikarenakan laptop saya mati total..
jadi ni sudah bisa diperbaiki...

Hari ini saya akan sharing sebuah file dari salah satu Keperawatan di Sumatera Utara...

Borang Akreditasi 3 A merupakan dokumen yang diisi oleh Ketua Prodi.
Jadi bagi anda yang sedang mencari contoh Borang III A segera langsung download di bawah ini...

Caranya klik link di bawah lalu untuk menyimpan tekan Ctrl + S....
Jangan lupa bookmark page ini ya
caranya Ctrl + D



Silahkan berkomentar dengan bijak dan sopan...


Link Download
 https://drive.google.com/file/d/0B-xugIKbVK72Ml9GcmRpaHh6elE/edit?usp=sharing


Thursday, May 8, 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA-TANDA PERSALINAN

Jurusan : Akademi Kebidanan


Abstrak


Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda persalinan sangat penting, karena dengan mengetahui tanda-tanda persalinan ibu bisa mengetahui bahwa persalinannya sudah dekat dan ibu siap dalam persalinan sehingga ibu dan keluargapun dapat lebih cepat ke Rumah Sakit atau ke Klinik Bersalin.
            Menurut hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT), angka kematian ibu (AKI) bersalin di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 3,9 per 1000 kelahiran hidup.Bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, dimana angka kematian anak di Indonesia 70 per 1000 kelahiran hidup.pertolongan persalinan di Indonesia sekitar 75-80% masih ditolong dukun terutama dipedesaan, penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi dan keracunan hamil, serta terlambatnya sistem rujukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda-tanda Persalinan Di Kecamatan Lubuk Barumun Tahun 2010.Penelitian ini bersifat deskriftif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada responden dengan jumlah populasi sebanyak 36 orang dengan pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh jumlah populasi sebanyak 36 Ibu Primigravida Di Kecamatan Lubuk Barumun.
Hasil dari penelitian terhadap 36 responden menunjukkan bahwa Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda-tanda Persalinan mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 18 responden (50%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 8 responden (22,2%). Dan pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan cukup pada umur 20-30 tahun sebanyak 16 responden (44,4%). Dan Pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan pendidikan terakhir mayoritas berpengetahuan cukup berada pada pendidikan terakhir SMA sebanyak 11 responden (30,5%). Dan pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan pekerjaan mayoritas berpengetahuan cukup berada pada ibu yang memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 13 responden (36,1%). Dan pengetahuan Ibu Primigravida berdasarkan sumber informasi mayoritas berpengetahuan cukup dengan mendapatkan informasi dari non media sebanyak 12 responden (33,3%).
Berdasarkan hasil dari penelitian ini perlu petugas kesehatan memfasilitasi penyediaan sumber informasi mengenai tanda-tanda persalinan. Dan Ibu Primigravida khususnya dan petugas kesehatan sama-sama berperan aktif dalam memberi dan memperoleh informasi mengenai tanda-tanda persalinan.

Kata Kunci                  : Pengetahuan, Ibu Primigravida, Tanda-tanda persalinan


Sekilas Bab 1


Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang Ibu dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan ini adalah proses yang normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi komplikasi yang mengancam nyawa juga selau ada, sehingga bidan harus mengamati dengan ketat ibu dan bayi sepanjang kelahiran. Untuk menentukan bahwa persalinan berjalan normal, bidan harus mengerti temuan apa saja yang normal dan temuan yang abnormal. ( www.ayah bunda –online.com).



Persalinan pertama selalu membuat kepanikan dan ketakuan sebagian besar kaum wanita mengenai tanda –tanda persalinan. Sebelum dimulai proses sesungguhnya dapat mempermudah calon ibu untuk ke Rumah Sakit atau ke klinik bersalin dengan mengetahui tanda-tanda persalinan akan tiba. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tanda-tanda persalinan dapat menyebabkan bahaya pada ibu apabila ketuban sudah pecah dan ibu tidak mengetahui bahwa pecahnya ketuban adalah sebagian tanda-tanda persalinan dan dapat menyebabkan terjadinya resiko infeksi yang dapat menyebabkan kematian pada ibu. (Kasdu, 2005).


Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda persalinan sangat penting, karena dengan mengetahui tanda-tanda persalinan ibu bisa mengetahui bahwa persalinannya sudah dekat dan ibu siap dalam persalinan sehingga ibu dan keluargapun dapat lebih cepat ke Rumah Sakit atau ke Klinik Bersalin. (Suririnah,2009).


Sekilas Bab 2

Menurut Suririnah, 2009 untuk dapat memastikan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penelitian terhadap tanda dan gejala  kehamilan terbagi atas :
1.  Tanda-tanda awal kehamilan        
        1. Amenorea (terlambat datang bulan)
        2. Mual dan muntah                                              
        3. Ngidam (ingin makanan khusus)
        4. Rasa mengantuk
        5. Tidak tahan sesuatu bau-bauan
        6. Payudara tegang
        7. Sering buang air kecil

        8. Sembelit atau konstipasi (susah buang air besar)
2.  Tanda-tanda kehamilan lanjut
      Menurut Prawiharjo (2005) tanda-tanda kehamilan lanjut dapat        ditentukan dengan jalan :
    1. Uterus hegar (Segmen bawah rahim melunak)
    2. Pada pemeriksaan dijumpai :
  1. Tanda hegar (segmen bawah rahim melunak)
  2. Tanda Chadwicks (serviks berwarna livide karena pertambahan dan pelebaran  pembuluh darah).
  3. Tanda Piscasecks (ismus teraba lunak)
  4. Kontraksi Braxton-Hicks (Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang)
  5. Teraba ballotement (uterus membesar/menonjol kesalah satu arah)

   3. Pemeriksaan tes urine positif dalam 3 hari setelah haid tidak dilalui.                
        Menurut Liewellyn-Jones (2005) setelah kehamilan mencapai usia minggu timbul tanda-tanda kehamilan lainnya seperti :
1. Gerakan janin dalam rahim kira-kira pada minggu ke 18 sampai   20
dalam kehamilan pertama atau bahkan 2 minggu lebih cepat lagi pada kehamilan ke  dua walau lemah namun terasa janin mulai  bergerak
2. Frekuensi kencing
Kencing yang semakin sering akan terjadi di awal kehamilan kemudian muncul kembali pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran. Gejala itu ditimbulkan oleh tekanan kepala bayi pada kandung kemih.
3. Tes Ultrasonografi
                     Dapat memberikan gambaran detak jantung janin,mendeteksi bayi 
                     kembar dan menentukan posisi uri pada minggu ke 15 kehamilan.

UNTUK LEBIH LENGKAPNYA SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI

SHARE ARTIKEL INI DENGAN TEMAN ANDA




Tuesday, April 29, 2014

Pengaruh Perencanaan dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

Sekilas Bab 1 nya...

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah
Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat serta adanya pengaruh globalisasi menuntut adanya keterbukaan.    Pola- pola lama penyelenggaraan pemerintah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang- undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini mengakibatkan pemerintah daerah semakin dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Lahirnya otonomi daerah mengakibatkan pergeseran sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan memberikan jalan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembaharuan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah khususnya penganggaran dan penatausahaan keuangan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerah dituntut untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik (public oriented) Mardiasmo  (2002:56).
Dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang taat hukum, tansparan, akuntabel, dan partisipatif agar mampu menjawab perubahan yang terjadi pada tataran lokal, nasional, regional maupun golobal, diperlukan penyempurnaan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang profesional.  Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kinerja manajerial dalam tataran pejabat pemerintahan daerah pada tingkatan paling bawah yaitu para pejabat eselon IV atau setingkat kepala sub bagian, kepala sub bidang dan kepala seksi.  Pejabat setingkat di atasnya adalah pejabat eselon III atau setingkat sekretaris, kepala bagian dan kepala bidang.    
Kinerja manajerial adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah dicapai oleh para personil yang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan operasional perusahaan.  Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja individu dalam kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan perwakilan. 
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai hasil yang diinginkan.  Penilaian kinerja juga memberikan pendalaman yang penting pada manajemen mengenai segala segi efisiensi operasional dan mengungkapkan masalah perilaku yang penting karena inefisiensi maupun efisiensi perorangan              Wibowo.(2005:32).  Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya dan sekaligus mendorong untuk menegakkan prilaku yang semestinya melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya.
Kinerja dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Pada umumnya karyawan akan menerima reward bila mampu memenuhi sasaran anggaran atau melebihi target anggaran. Sebaliknya akan mendapatkan punishment bila tidak mampu memenuhi target anggaran.
Penganggaran merupakan suatu proses yang cukup rumit pada organisasi sektor publik dibandingkan dengan penganggaran pada sektor swasta. Anggaran sektor publik merupakan intrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2005:76). Penganggaran dalam sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk masing-masing program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menyebabkan kegagalan pada perencanaan kerja yang telah disusun.
Penganggaran dalam organisasi sektor publik terutama pada pemerintah daerah merupakan suatu proses politik. Dalam hal ini anggaran merupakan intrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa anggaran publik menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas penyelenggaran tugas dan wewenang pemerintah daerah.
Dahulu penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa anggaran, sehingga bawahan/pelaksana anggaran hanya melaksanakan program sesuai yang telah disusun. Penerapan sistem anggaran seperti ini mengakibatkan kinerja bawahan/pelaksana anggaran menjadi tidak efektif karena target yang ditetapkan adakalanya tidak sesuai dengan realita yang seharusnya terjadi. Misalnya target yang ditetapkan terlalu tinggi padahal sumberdaya yang diberikan tidak mencukupi untuk mencapai target tersebut.
Mengetahui bahwa penganggaran dengan sistem top-down kurang maksimal dalam meningkatkan kinerja, maka dalam perkembangan sekarang ini pemerintah daerah mulai menyusun model perencanaan yang lebih partisipatif, dimana dengan sistem anggaran seperti ini memungkinkan serapan aspirasi dari seluruh komponen Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terutama pada setiap unit kerja dapat berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.
Masalah yang berkaitan dengan hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja telah diteliti secara luas, namun kebanyakan bukti-bukti empiris menunjukkan hasil yang variatif dan tidak konsisten. Misalnya; Kenis, 1979; Brownell, 1982; Brownell dan Mc.Innes, 1986; Frucot dan Shearon, 1991; Indriantoro, 1995 dan beberapa peneliti lain menemukan bahwa partisipasi anggaran dan kinerja memiliki hubungan yang sangat positif. Dilain pihak menemukan hasil sebaliknya seperti penelitian Sterdy, 1960; Bryan dan Locke, 1967; Chenhall dan Brownell, 1988; Milani, 1975, dan beberapa penelitian lain yang menemukan partisipasi anggaran tidak berhubungan dengan kinerja organisasi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja sumber daya manusia pada organisasi pemerintahan tidak terlepas dari fungsi manajemen. Davis (2000:65) fungsi manajemen yang umum digunakan dalam suatu organisasi terdiri dari; perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengarahan, dan pelaksanaan. Keselarasan antara fungsi-fungsi manajemen terutama menyangkut perencanaan, pengawasan, pengorganisasian yang baik akan mendorong efektifitas dalam bekerja setiap pegawai negara. Tanpa adanya penerapan fungsi manajemen dalam suatu organisasi dapat saja berdampak buruk bagi produktifitas organisasi dan juga berbagai dampak buruk lainnya.
Frucot (1991) menambahkan bahwa dalam fungsi perencanaan telah termasuk di dalamnya meramalkan, mengevaluasi dan komunikasi. Dalam fungsi pengorganisasian sangat tergantung dari pimpinan dalam memberikan perintah, arahan dan komunikasi antara atasan dengan bawahan. Pengawasan memerlukan intrumen-intrumen terukur dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan oleh karyawan.
Namun yang selama ini kita lihat tidak seperti yang kita harapkan dikarenakan rendahnya pengawasan sehingga yang aktif makin aktif dan yang malas makin malas, jadi dimana peran dan fungsi dari kepala dinas dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai disini pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk mengoptimalkan kinerja dari pada staf itu sendiri dengan memberi teguran secara langsung.
Dalam kegiatan pengawasan tadi terlibat unsur yang paling pokok yaitu unsur manusia didalamnya. Unsur manusia yang memegang peranan sebagai pengawas, ibarat mata dengan telinga bagi seorang pemimpin puncak (top management). Departemen pengawasan sebagai “mata’ dan “telinga” pemimpin. Sebagai mata dan telinga  tentu saja tidak dapat berbuat banyak selain melihat dan mendengar, jadi ia hanya sebagai perekam fakta tetapi fakta atau kenyataan yang sebenarnya yang ia lihat dan ia dengar itu tidak untuk didiamkan saja melainkan untuk diterjemahkan dan diteruskan kepada pihak pimpinan yang lebih tinggi atau kepada orang yang menugaskannya sebagai bahan untuk menentukan kebijaksanaan bila ditemukan kesalahan administratif ataupun tehnik fungsionalnya (Silalahi, 2002:43).
Di samping itu masih kurangnya implementasi terhadap kebijakan yang diambil oleh pimpinan dan juga tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran bagi pegawai yang telah melalaikan tugasnya berakibat pada kurang disiplinnya para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai bila dihubungkan dengan penerapan fungsi manajemen pada Dinas-dinas dalam lingkungan pemerintahan Kabupaten Langkat masih banyak dijumpai terutama menyangkut tentang fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengorganisasian pegawai. Oleh karena fenomena empris yang terjadi di Kabupaten Langkat ini, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara perencanaan anggaran, pengawasan anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial para penyusun anggaran.
Dalam hal perencanaan peningkatan kinerja sumber daya manusia, melibatkan unsur-unsur kepemimpinan dan hubungan antara pegawai dengan atasannya yang merencanakan karir seorang pegawai. Pada fungsi pengawasan mengindikasikan bahwa bila kurang tegasnya pimpinan dalam memberikan sanksi pada pegawai yang melanggar aturan dapat menyebabkan semakin meningkatnya ketidakdisiplinan pegawai. Demikian halnya dalam pelaksanaan, pelaksanaan setiap program kerja dari dinas masih kurang disosialisasikan kepada setiap pegawai, sehingga dalam membentuk arah dan kebijakan kerja sulit dicapai. Masalah yang muncul dari fungsi pengorganisasian berhubungan dengan tata kelola organisasi dan penerapan manajemen kepegawaian yang memadai. Pada akhirnya dari masalah-masalah yang muncul dalam penerapan fungsi manajemen ini akan berdampak pada kinerja organisasi dan efektifitas kerja pegawai akan semakin menurun.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kajian lebih mendalam tentang kinerja manajerial pada pemerintah daerah dalam sebuah tesis dengan judul :  “Pengaruh Perencanaan dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial  Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating”.


Sekilas Bab 2 nya...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.  Landasan Teori
            Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai perencanaan, pengawasan dan partisipasi anggaran dan hal-hal yang mempengaruhi kinerja manajerial SKPD. Menjabarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

1.1.1. Perencanaan Anggaran
Salah satu alat manajemen dalam memprediksikan kegiatan usaha di masa mendatang adalah melalui suatu proses perencanaan yang di dalamnya memuat berbagai rumusan tentang sesuatu yang akan dilakukan sekarang dan di masa yang akan datang sesuai dengan kebijakan manajemen dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
Banyak sekali pengertian dan definisi tentang perencanaan yang diberikan oleh para ahli ekonomi perusahaan maupun praktisi bisnis. Menurut Matz dan Usry (1992:4) Perencanaan merupakan proses “perabaan” atas peluang dan ancaman dari luar, penetapan atas tujuan yang diinginkan, dan pemanfaatan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan, kebijaksanaan utamanya, penentuan waktu dalam tahapan besar dan faktor-faktor lain yang kaitannya dengan rencana jangka panjang. Heckert (1994:6) memberikan pengertian perencanaan (planning) sebagai berikut: “Perencanaan merupakan suatu proses kontinu untuk menetapkan kejadian dan kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”.
Dari kedua pengertian perencanaan yang dirumuskan di atas, bahwa perencanaan merupakan suatu proses pembuatan terlebih dahulu tentang kegiatan yang dilakukan di masa yang akan datang untuk menghadapi berbagai ketidakpastian dan alternatif yang mungkin terjadi dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara ekonomis dan usaha pencapaian tujuan.
Ditinjau dari segi waktu, suatu perencanaan dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu : Perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Lamanya waktu perencanaan suatu perusahaan dengan perusahaan lain sangat tergantung pada jenis usaha serta aktivitas yang ada dalam perusahaan.
Biasanya perencanaan jangka pendek dituangkan dalam bentuk anggaran (budget). Menurut Latuheru (2007) anggaran adalah : “Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang.”
Biasanya pembuatan anggaran memainkan peranan yang penting dalam mengoperasikan aktivitas perusahaan supaya dapat meningkatkan efesiensi dalam pemanfaatannya. Adapun manfaat utama anggaran menurut Hunsen (2001:78)
1.      Memberikan tanggung jawab kepada manajer atas segala perencanaan, maka penganggaran akan memaksa manajer untuk berpikir jauh ke depan.
2.      Memberikan harapan yang pasti, yang merupakan kerangka kerja terbaik untuk bisa menilai prestasi kerja.
3.      Membantu para manajer untuk mengkoordinasikan segala upayanya, agar sasaran perusahaan secara keseluruhannya berjalan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh bagian-bagiannya.
Kesibukan dalam pekerjaan sehari-hari sering kali memadamkan gairah para manajer untuk memikirkan hal yang sangat berat. Dengan adanya anggaran para manajer dapat mudah menilai apakah sasaran yang dituju sudah mengalami kemajuan atau belum. Penganggaran secara tidak langsung akan memaksa manajer untuk bersiap-siap menghadapi kondisi yang berubah.
Di samping itu manfaat anggaran juga akan memberitahukan kepada karyawan apa yang diharapkan dari mereka, memungkinkan penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dan juga dijadikan sarana untuk menghubungkan sasaran dari semua departemen yang akan dipadukan menjadi sasaran keseluruhan.
Menurut Davis (2003:46) merencanakan, merupakan persiapan suatu perusahaan untuk kondisi bisnis dimasa yang akan datang. Sebagai langkah pertama dalam proses perencanaan adalah menetapkan misi, yang menjelaskan tujuan utamanya.
Setiap perencanaan baik dalam organisasi manajerial maupun organisasi bisnis menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam setiap perencanaan akan terlihat fungsi dari perencanaan itu sendiri dan juga faktor-faktor yang turut menentukan dalam menentukan perencanaan.
Menurut Davis (2003:48) fungsi perencanaan ini terbagi atas:
-         Rencana strategis, menggambarkan fokus bisnis utama perusahaan untuk jangka panjang.
-         Perencanaan taktis, merupakan rencana-rencana perusahaan yang berskala lebih kecil yang konsisten dengan rencana strategis.
-         Perencanaan operasional, menyusun metode-metode yang akan segera digunakan.
-         Perencanaan darurat, merupakan rencana-rencana alternatif yang di kembangkan untuk menghadapi berbagai kondisi bisnis yang mungkin terjadi.
Selanjutnya Hunsen (2001:78) mengemukakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan, yaitu :
1.      Tujuan, atau posisi usaha yang diinginkan pada waktu mendatang.
2.      Suatu pengakuan atau keyakinan, bahwa tujuan yang dikehendaki dapat dicapai selayaknya dipandang dari sudut kondisi-kondisi ekstern yang mungkin terjadi di masa mendatang, yaitu kondisi lingkungan ekonomi sosial politik yang diharapkan akan terjadi.
3.      Suatu keyakinan bahwa tujuan dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia pada perusahaan.
4.      Keyakinan bahwa perusahaan dapat mengarahkan atau mengkoordinasikan atau melaksanakan tindakan-tindakan di masa mendatang, yang direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan (atau menghindari kondisi-kondisi yang merintangi kemajuan).
5.      Suatu pengertian atau pengakuan, bahwa perubahan yang tidak ada putusnya, dan perkembangan kondisi yang diharapkan, akan mengharuskan adanya penilaian-penilaian yang berkesinambungan terhadap tujuan, kendala dan rencana tindakan.
Dari kedua pendapat ahli di atas terlihat bahwa adanya kesinambungan antara fungsi dari perencanaan dengan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan. Dalam melaksanakan perencanaan juga harus diperhatikan ke empat fungsi perencanaan, tentunya dengan prioritas pada fungsi yang sesuai dengan kondisi organisasi.

1.1.2. Partisipasi Anggaran
Dalam membahas tentang anggaran tidak terlepas dari beberapa teori yang dikembangkan oleh Hopwood, 1976; Locke dan Schweiger, 1979; Locke dan Latham, 1990; Shield dan Shield, 1998 yang dikutip Latuheru  (2007). Teori yang dikembangkan oleh para ahli di atas adalah; (a) Teori ekonomi, teori ini menganggap bahwa individu yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran, dimotivasi oleh dua stimulan yaitu; 1) berbagi informasi (information sharing), dan 2) koordinasi tugas (task coordination). (b) Teori psikologi, teori ini menganggap bahwa partisipasi anggaran menyediakan pertukaran informasi antara atasan/ pemegang kuasa anggaran dan bawahan/ pelaksana anggaran.
Ada dua alasan kuat yang menyebabkan munculnya teori psikologi, yaitu; (1) keterlibatan atasan/ pemegang kuasa anggaran dan bawahan/ pelaksana anggaran dalam partisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi tidak simetris dan ketidakpastian tugas, (2) melalui partisipasi anggaran individu dapat mengurangi tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan anggaran.
Secara lebih luas pada dasarnya partisipasi merupakan proses organisasional, dimana para individu terlibat dan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses dimana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 2004:121).
Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Schief dan Lewin, 1970; Welsch, et.al, 1996 dalam Latuheru (2007). Sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi ke dalam dimensi kuantitatif dan waktu, serta mengkomunikasikan kepada manajer-manajer di tingkat bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran.
Proses penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap prilaku manusia (Siegel, 2008:48), terutama bagi orang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Untuk menghasilkan  anggaran yang efektif, manajer membutuhkan kemampuan untuk memprediksi masa depan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti; faktor lingkungan, partisipasi dan gaya penyusunan. Pada saat bawahan memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, maka hal ini akan memungkinkan munculnya kesenjangan anggaran (budgetary slack). Manajer dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menciptakan kesenjangan anggaran, yaitu untuk melindungi pekerjaan mereka dan untuk melindungi image mereka dalam jangka pendek (Cyert and March, 1963 dalam Latuheru, 2007).
Menurut Brownell (2004:84) partisipasi anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. Partisipasi banyak menguntungkan bagi suatu organisasi sebagaimana yang diungkapkan Sord dan Welsch dalam Noor (2007) yang mengemukakan bahwa partisipasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula.
Partisipasi anggaran memberikan dampak positif terhadap prilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan meningkatkan kerjasama diantara manajer. Walaupun demikian, bentuk keterlibatan bawahan/ pelaksana anggaran disini dapat bervariasi, dan tidak sama perlakuan yang terjadi pada satu organisasi dengan organisasi lainnya. Belum ada keseragaman pandangan mengenai siapa saja yang harus turut berpartisipasi, seberapa dalam keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan dan beberapa masalah menyangkut partisipasi (Siegel dan Muchadarsyah, 2000). Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan diterapkan.

SEDOT LANGSUNG GAN
KLIK DISINI LALU TEKAN CTRL + S