INFORMASI PENTING

Monday, March 31, 2014

EFEK ANTIADHESI INTRAPERITONIUM EKSTRAK SAMBILOTO PASCA LAPARATOMI PADA TIKUS PUTIH (KODE PK072)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Adhesi adalah merupakan jaringan parut internal yang terbentuk karena adanya trauma oleh karena pencederaan peritonium dengan proses yang kompleks. Adhesi intraperitonium disebut juga jaringan fibrosa yang menghubungkan antara dinding rongga perut dalam dengan permukaan organ tubuh yang terdapat di dalam cavum abdomen (misalnya; Usus, pelvik dan lainnya). Adhesi merupakan penyakit congenital atau penyakit yang didapat. Adhesi didapat karena inflamasi setelah operasi (Ellis, 1999). Adhesi intraperitonium pasca laparatomi merupakan masalah setelah operasi yang serius karena sering meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Hanafi, 2001). Bedah pelvik seperti bedah sesar merupakan salah satu penyebab adhesi intraperitonium dari bidang obstetri ginekologi. Setelah bedah pelvik dapat terjadi nyeri pelvik, gangguan usus dan kemandulan pada wanita akibat terbentuknya adhesi intraperitonium (Guvenal, dkk., 2001; Cheong, dkk.; 2001; Rout, 2000). Terbentuknya adhesi di dalam rongga panggul akan diperberat apabila terjadi peradangan atau infeksi. Namun patogenesis pasti dari pembentukan adhesi ini masih belum tuntas diketahui (Chung, dkk., 2002). Pembentukan dan perubahan bentuk adhesi intraperitonium masih merupakan peristiwa tak terelakkan pada bedah pelvik dengan teknik pembedahan modern  (bedah laser) (DeCherney dan diZerega, 1997). Pembentukan adhesi merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan yang kompleks pada perawatan setelah  operasi abdomen (Weibel dan Majno, 1973). Selain itu adhesi pelvik akan memberikan tingkat kesulitan yang lebih berat pada tindakan operasi berikutnya (Rout, 2000). Adhesi merupakan jenis kumpulan masalah medik termasuk kesuburan dan sakit pelvik kronik, dan meningkatkan biaya kesehatan (Diamond dan Schwartz, 1998). Masalah ini dijumpai 67-93% dari semua kasus operasi pelvik dan abdomen. Selain itu, akibat dari adhesi intraperitonium adalah obstruksi usus, 30-41% pasien digestif yang memerlukan tidakan reoperasi karena obstruksi usus besar dan obstruksi usus halus meningkat porsinya hingga 65-75% (Ellis, 1999).
Walaupun mekanisme pembentukan adhesi intraperitonium kurang dipahami dengan baik, studi terbaru menyatakan bahwa keseimbangan antara proses deposit fibrin dan proses degradasi fibrin pada tahap awal perbaikan jeringan menentukan hasil akhirnya (Holtz, 1984; Falk, dkk., 2001). Penelitian tentang mekanisme seluler dari pembentukan adhesi setelah operasi terfokus pada peran makrofag dan Polimorpo Nukleat (PMN). Adhesi merupakan akibat dari respons inflamasi terhadap cedera jaringan (trauma), infeksi, perdarahan atau adanya benda asing yang terdapat di rongga peritonium. Jumlah siklooksigenase-2 (COX-2) meningkat pada inflamasi dan berbagai kerusakan jaringan yang pada gilirannya akan meningkatkan pembentukan prostaglandin setempat. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) dapat menghambat produksi prostaglandin, pemberian AINS diperkirakan akan menurunkan kejadian pembentukan adhesi. AINS yang ada saat ini bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2. Efek COX-2 selektif inhibitor terhadap pencegahan kejadian adhesi belum tuntas dibuktikan (Sieger, dkk., 1980; Cofer, dkk., 1994; Rodgers, dkk., 1997).
Sekarang ini, hanya sedikit pilihan yang tersedia untuk mencegah pembentukan adhesi intraperitonium dan ini tidak diterima dengan baik. Untuk mencegah adhesi setelah operasi, banyak bahan yang telah digunakan terhadap hewan percobaan dan uji klinik (DeCherney dan DiZerega, 1997). Saat ini upaya menghambat pembentukan adhesi merupakan satu-satunya intervensi dalam klinik dengan dukungan data yang terbatas (DiZerega, 1996; Keckstein dkk., 1996; Haney dan Doty, 1998; Sawada dkk., 2000). Sebagai tambahan terhadap upaya pencegahan adhesi, pemisahan luka permukaan peritonium secara fisik, beberapa sediaan telah diujicoba kemampuannya untuk memodifikasi proses inflammatory-coagulation yang terjadi setelah luka peritoneum. Sediaan-sediaan ini meliputi glukokortikoid, AINS, larutan prokoagulan, heparin, dan fibrinolitik seperti tissue plasminogen activator (tPA). Hingga kini, belum ada sediaan yang terbukti secara konsisten mampu menghambat pembentukan adhesi (Guvenal,  dkk., 2001).  
Berdasarkan teori di atas, perlu untuk meneliti tumbuhan tradisional yang telah digunakan masyarakat sebagai antiinflamasi yaitu herba sambiloto, dimana di masyarakat sudah cukup lama dikonsumsi dengan cara merebus dengan air. Herba sambiloto di masyarakat selain digunakan sebagai antiinflamasi juga sebagai antipiretik (demam) dan sebagai analgetik (penghilang rasa sakit) (Dep.Kes RI, 2000). Pada penelitian ini dilakukan pengamatan efek pencegahan adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih yang diberi ekstrak sambiloto.
1.2  Perumusan Masalah
Apakah pemberian obat tradisional (ekstrak sambiloto) memiliki  efek antiadhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih.
1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat  tradisional (ekstrak sambiloto) terhadap kejadian (ada atau tidak), jumlah dan luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih.

1.4  Manfaat Penelitian
Bila terbukti pemberian obat tradisional (ekstrak sambiloto) terhadap penurunan kejadian, jumlah dan luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih, mungkin dapat dipertimbangkan untuk dilakukan uji klinik dalam upaya mencegah terjadinya adhesi intraperitonium yang terjadi pada manusia.


1.5  Hipotesis Penelitian
Pemberian antiinflamasi tradisional (ekstrak sambiloto) dan moderen (ketorolak trometamin) yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat mencegah terjadinya adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih.
1.6  Analisis statistik
Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan anova satu arah dan dilanjutkan dengan uji-t, dengan perkiraan:
Ho;      Tidak terdapat perbedaan luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi pada tikus putih yang diberi antiinflamasi dengan tanpa pemberian antiinflamasi.
Hi:      Luas adhesi intraperitonium pasca laparatomi  pada tikus putih yang diberi antiinflamasi lebih kecil dengan tanpa pemberian antiinflamasi.


SELENGKAPNYA.......






PENGARUH KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI KELAS II SMA TERHADAP PENCEGAHAN KEPUTIHAN (KODE PK071)



BAB I
                                        
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Di Indonesia kesehatan dan jasa-jasa lainnya secara umum semakin lama mulai menanggapi kebutuhan-kebutuhan dan permintaan dari kebanyakan remaja. Sejumlah proyek dan program yang di dukung oleh  pemerintah dengan atau tanpa bantuan donator telah ada selama beberapa waktu, namun kebanyakan dari mereka hanya berfokus pada sejumlah isu-isu yang terbatas saja yang berhubungan dengan remaja dan tidak pada kebutuhan mereka secara keseluruhan. Fokus projek untuk tahun 2004-2005 adalah untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari rencana pembangunan remaja nasional dan daerah  pelaksanaanya, termasuk kebutuhan koordinasi antara para mitra, akses dan mutu dari jasa kesehatan yang ramah remaja dalam konteks pendekatan yang lebih “ramah publik” dan akses bagi remaja ke informasi yang dapat diandalkan dan relevan yang mana remaja dapat mendasarkan keputusannya.(Wahyurini ,2005)
Penyakit yang sering menimpa kaum wanita adalah keputihan yang berasal dari mulut rahim, dinding rahim, vagina, atau alat kelamin bagian luar. Berdasarkan hasil penelitian ada sekitar 75 % wanita Indonesia mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Dan sebanyak 45 % mengalami kondisi berulang  (rekuren). Keputihan juga merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid, tetapi banyak wanita yang mengalaminya dan sering terabaikan karena kurangnya informasi keputihan. (Kasdu, 20__)
Pada umumnya fase remaja yang merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka dalam Pikunas,1976, masa remaja ini meliputi : remaja awal 12-15 tahun,remaja madya 15-18 tahun dan remaja akhir 19-22 tahun. Saat ini sebagian besar kaum remaja memerlukan dukungan dan perawatan selama masa transisi dari remaja menuju dewasa. Minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja kerap menjadi salah satu persoalan yang membuat mereka salah dalam mengambil keputusan. (BKKBN, 2005)
Menjadi cantik luar dalam umumnya didambakan oleh setiap wanita, salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering di keluhkan adalah keputihan. Tak jarang keputihan dapat begitu mengganggu hingga menyebabkan ketidak nyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.(Tozie,20__)
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk di periksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Oleh karena rasa malu itu, banyak wanita  mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang di beli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang di lakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan tersebut, tentu saja akan sia-sia.(Wahyurini, 2005)
Menurut Octiviyanti dalam Boyke (20__) 90% kasus kanker rahim di Indonesia di tandai dengan keputihan. Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Tidak banyak wanita tahu apa itu keputihan dan terkadang menganggap enteng persoalan keputihan. Normalnya seorang perempuan memang mengeluarkan lendir pada organ reproduksinya sebagai pembersih bagian tersebut. Seperti halnya lendir pada organ reproduksinya juga penyeimbang suhu tubuh.
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Karakteristik Remaja Putri Kelas II SMA Terhadap Pencegahan Keputihan Di _____________________ Tahun 20__”

1.2   Rumusan Masalah
            Dari latar belakang di atas maka ditetapkan rumusan masalah yaitu “Bagaimana Pengaruh Karakteristik Remaja  Putri Kelas II SMA Terhadap Pencegahan Keputihan di _____________________ Tahun 20__”

1.3   Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh karakteristik remaja putri kelas II SMA terhadap pencegahan keputihan yang dilakukan di _____________________



1.3.2        Tujuan Khusus
  1. Mengetahui pengaruh pengetahuan remaja putri kelas II terhadap pencegahan keputihan di SMA _________  ______ tahun 20__.
2.      Mengetahui pengaruh sikap remaja putri  kelas II terhadap  pencegahan keputihan di _____________________ tahun 20__.
  1. Mengetahui pengaruh penghasilan orangtua keluarga remaja putri di kelas II terhadap pencegahan keputihan di _____________________ tahun 20__.
  2. Mengetahui pengaruh sumber informasi remaja putri kelas II terhadap pencegahan keputihan di _____________________ tahun 20__.

1.4      Manfaat Penelitian
1.      Institusi Sekolah Menengah _________ ______
                 Sebagai bahan masukan  bagi sekolah untuk meningkatkan pengetahuan remaja khususnya memberikan materi-materi tentang kesehatan terhadap pencegahan keputihan.   
2.         Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat ________    untuk menambah referensi di perpustakaan Stikes ________ ______.
3.         Bagi peneliti sebagai menambah pengalaman dalam penelitian
4.         Bagi peneliti selanjutnya dapat dipakai sebagai bahan referensi
1.5   Hipotesa

Ada pengaruh karakteristik remaja putri kelas II terhadap pencegahan keputihan di _____________________ tahun 20__.

SELENGKAPNYA...






Thursday, March 27, 2014

PENGABDIAN MASYARAKAT :: Pelatihan Manajemen Usaha Dan Penyusunan Laporan Keuangan Bagi Para Petani Ikan Air Tawar (KODE PM070)



LATAR BELAKANG

Sejak terjadinya krisis moneter dimana banyak perusahaan-perusahaan besar mengalami masalah keuangan bahkan bangkrut maka usaha kecil dan menengah (UKM) mulai mendapat perhatian lebih serius  dari berbagai kalangan baik itu pemerintah mupun akademisi. Masalah yang sering dihadapi oleh usaha kecil antara lain mengenai pemasaran produk, teknologi, pengetahuan keuangan, kualitas sumber daya manusia dan permodalan (Abubakar. A & Wibowo, 2004).
Salah satu permasalahan krusial yang dihadapi usaha kecil adalah pengelolaan keuangan karena pada umumnya pengelolaan keuangan usaha kecil belum teradministrasi dengan baik dimana pengelolaan keuangan belum dipisahkan antara keperluan usaha dan keperluan pribadi (rumah tangga). Hal tersebut dapat berakibat pada kelangsungan usaha ke depannya karena pemilik usaha tidak bisa mengetahui secara pasti keuntungan yang diperoleh perbulannya dari usaha yang dijalankannya sehingga  perencanaan usaha/planning secara pasti  tidak dapat dibuat. Permasalahan tersebut membawa dampak bagi kemajuan dan perkembangan usaha kecil, untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan ketrampilan mengenai akuntansi dan pengelolaan keuangan. Makalah ini memberikan gambaran umum mengenai pengetahuan akuntansi dan bagaimana mengelola keuangan secara baik.
Desa ___________ yang merupakan sentral petani ikan tawar...............

SELENGKAPNYA...



 


Tuesday, March 25, 2014

PENELITIAN HUKUM :: EKSISTENSI HAK ULAYAT MENURUT UUPA (KODE PH069)



EKSISTENSI HAK ULAYAT MENURUT UUPA
..................................................
(..................................................)
Abstrak
            Bertalian dengan hubungan antara bangsa dan bumi serta air dan kekuasaan negara sebagai yang disebut dalam pasal 1 dan 2 maka di dalam Pasal 3 UUPA No. 5 Tahun 1960 diadakan ketentuan mengenai hak ulayat dari kesatuan-kesatuan masyarakat hukum yang dimaksud akan mendudukkan hak itu pada tempat yang sewajarnya didalam alam bernegara dewasa ini. Pasal 3 menentukan, bahwa : “pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak serupa itu dari masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”.
            Ketentuan ini pertama-tama berpangkal pada pengakuan adanya hak ulayat itu dalam hukum Agraria yang baru. Sebagai mana diketahui biarpun menurut kenyataannya hak ulayat itu ada dan berlaku serta diperhatikan pula didalam keputusan-keputusan hakim, belum pernah hak tersebut diakui secara resmi didalam Undang-undang, dengan akibat bahwa didalam melaksanakan peraturan-peraturan agraria, hak ulayat itu pada jaman penjajahan dulu sering kali diabaikan.
            Tetapi sebaliknya tidaklah dapat dibenarkan, jika berdasarkan hak ulayat itu masyarakat-masyarakat hukum tersebut menghalang-halangi pemberian hak guna usaha itu, sedangkan pemberian hak tersebut di daerah itu sungguh perlu untuk kepentingan yang lebih luas.
            Pengalaman menunjukkan pula, bahwa pembangunan daerah-daerah itu sendiri sering kali terhambat karena mendapat kesukaran mengenai hak ulayat. Inilah yang merupakan pangkal pikiran ke dua dari pada ketentuan dari Pasal 3 tersebut di atas. Sikap yang demikian terang bertentangan dengan asas pokok yang tercantum dalam pasal 2 dan dalam prakteknya pun akan membawa akibat terhambatnya usaha-usaha besar untuk mencapai kemakmuran rakyat seluruhnya. Tetapi sebagaimana telah jelas dari uraian diatas, ini tidak berarti bahwa kepentingan masyarakat hukum yang bersangkutan tidak akan diperhatikan sama sekali.
                        Dalam penulisan penelitian ini dipergunakan metode penelitian dengan cara penelitian kepustakaan (library research).
Kata Kunci : Eksistensi Hak Ulayat Menurut UUPA




PENDAHULUAN
            Hak ulayat, yaitu suatu hak pemilikan dalam stelsel hukum adat atas sebidang tanah secara komunalistis atau bersama-sama sehingga tidak atau belum ada hak-hak perorangannya. Jadi tanah yang bersangkutan adalah tanah milik masyarakat adat setempat yang dimiliki oleh warganya secara bersama-sama.1
            Dalam hukum tanah adat, hak ulayat yang merupakan hak persekutuan hukum atas tanah merupakan pusat pengaturan. Hak perorangan warga masyarakat adat, memperoleh hak milik tanah garapannya, setelah memperoleh izin dari penguasa adat. Apabila secara efektif, maka hubungan hak miliknya menjadi lebih intensif dan dapat turun-temurun. Tetapi apabila warga masyarakat tersebut menghentikan kegiatan menggarapnya, maka tanah itu kembali ke dalam cakupan hak ulayat persekutuan hukumnya dan hak miliknya melebur.

1
 
            Bagi kehidupan masyarakat persekutuan, hukum tanah adalah sumber pokok, semenjak ia dilahirkan hingga ia meninggal dunia. Maka adalah layak jika dalam hak-hak yang berhubungan dengan tanah persekutuan hukum itu mempunyai campur tangan yang dilakukan oleh kepala persekutuan hukum yang bersangkutan demi kepentingan persekutuan hukum atau masyarakatnya.
           




TINJAUAN TEORITIS UUPA NO.5 TAHUN 1960
Pengertian Agraria dan Hukum Agraria
            Kata “Agraria” menurut Boedi Harsono berasal dari kata Agrarius, ager (latin) atau agros (Yunani), akker (Belanda) yang artinya tanah pertanian.3
 UUPA (UU No.5/1960) sendiri tidak memberikan batasan mengenai arti agraria, tetapi dari pelbagai rumusan yang terdapat dalam undang-undang itu yaitu :
1.      Kata “agraria” dipergunakan untuk menggambarkan corak dari susunan kehidupan termasuk perekonomiannya rakyat Indonesia.
2.      Materi yang diatur menyangkut pengelolaan bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam di dalamnya.
3.      Hak-hak yang diatur meliputi hak-hak atas tanah (sebagai lapisan permukaan bumi termasuk yang dibawah air) dan tubuh bumi, juga hak guna air, pemeliharaan dan penangkatan ikan serta hak guna ruang angkasa.

Dasar-dasar Pengaturan UUPA No.5 Tahun 1960
            Pada tanggal 24 September 1960 RUU yang telah disetujui oleh DPR-GR disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Pengaturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang menurut diktumnya yang kelima dapat disebut dan selanjutnya memang lebih terkenal sebagai Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
            UUPA diundangkan di dalam Lembaga Negara Tahun 1960 No.104. Sedang penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaga Negara Nomor 2043. UUPA mulai berlaku pada tanggal diundangkannya, yaitu pada tanggal 24 September 1960.
Dalam penjelasan UUPA dirumuskan tujuan yang hendak dicapai adalah meletakkan dasar-dasar:
1.      Bagi penyusunan hukum agraria nasional.
2.      Untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.
3.      Untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
Kerangka UUPA
a.      Konsiderans
Konsiderans UUPA terdiri dari konsiderans-konsiderans :
-          “Menimbang” (4 alinea)
-          “Berpendapat” (5 alinea)
-          “Memperhatikan” (1 alinea) dan
-          “Mengingat” (4 peraturan perundang-undangan)
b.      Batang Tubuh
1.      Diktum memutuskan :
a.       UUPA mencabut sejumlah peraturan perundang-undangan terdahulu (8 buah peraturan).
b.      Menetapkan Undang-undangan (5 diktum).
2.      Diktum pertama, terdiri dari 4 bab :
a.       Bab I, dasar-dasar dan ketentuan pokok (15 pasal).
b.      Bab II, hak-hak atas tanah, air, dan ruang angkasa serta pendaftaran tanah (12 bagian dan 36 pasal).
c.       Bab III, ketentuan pidana (1 pasal)
d.      Bab  IV, ketentuan-ketentuan  konversi (6 pasal)
3.      Dioktum kedua : ketentuan-ketentuan konversi (9 pasal)
4.      Diktum ketiga sampai dengan kelima : lain-lain
c.       Penjelasan
1.      Penjelasan umum angka I-IV
2.      Penjelasan pasal demi pasal

Penguasan Tanah oleh Negara
            Pada tingkatan tertinggi bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara, sebagai kekuasaan seluruh rakyat (Pasal 2 (1) UUPA). Dalam pandangan Boedi Harsono, Pasal 2 UUPA ini telah memberikan tafsiran resmi-interpretasi autentik mengenai arti kata “dikuasai” yang digunakan di dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.12 UUPA secara tegas dalam penjelasannya menyatakan bahwa “dikuasai” itu bukan berarti dimiliki. Asas “pemilikan” atau asas “domein” yang dikembangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dulu, tidak dikenal dalam hukum agraria yang baru. Untuk mencapai apa yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, tidak perlu dan tidak pada tempatnya bahwa bangsa Indonesia atau negara bertindak sebagai pemilik tanah. Adalah lebih tepat jika negara sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakuat (bangsa) bertindak selaku badan penguasa.




 SELENGKAPNYA..





Wednesday, March 19, 2014

PENELITIAN KESEHATAN :: ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN“ASMA BRONKHIAL”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      LATAR BELAKANG
            Menurut UU RI No 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas, sedangkan menurut  Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih. pertumbuhan Jumlah lanjut usia di indonesia pada umumnya makin meningkat. hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan semakin baiknya derajat kehidupan. berhasilnya pembangunan disegala bidang termasuk kesehatan secara tidak langsung berdampak meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian. (Propil UPT Pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai dan Medan 2012)
Menurut Dirjen pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen sosial RI, jumlah orang lanjut usia di Indonesia saat ini sekitar 16,5 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 220 juta jiwa. jumlah lansia ini termasuk di dalamnya lansia yang masih potensial dan produktif. pertambahan jumlah lansia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1980 jumlah lansia masih 7 juta jiwa, kemudian pada tahun 1990 naik menjadi 12 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia berkisar 14 juta jiwa. Sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 2010 di perkirakan jumlah lansia mencapai 23 juta jiwa, dan tahun 2020 menjadi 28 juta jiwa.
Sesuai dengan budaya masyarakat pada umumnya, para lanjut usia menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga. akan tetapi karena sesuatu sebab maka mereka tidak mungkin tinggal di lingkungan keluarganya. untuk itu dibutuhkan suatu lembaga kesejahteraan sosial yang dapat menampung lanjut usia dengan masalah di atas. Adapun lembaga itu adalah panti sosial lanjut usia. (Fatimah, 2010)
Salah satu yang menjadi masalah kesehatan pada lansia adalah aspek biologis yang mencakup perubahan anatomi dalam sel jaringan dan fisiologis yang berhubungan dengan perubahan-perubahan tersebut. Aspek psikologis meliputi sindrom atau gejala multikompleks dari proses menua. dan aspek kesehatan meliputi gangguaan kesehatan akibat dari proses degenerative. Penyakit degenerative merupakan penyakit yang dianggap rentan pada perubahan tubuh baik fisik, maupun mental pada golongan lansia. Salah satu factor penyakit degenerative antara lain penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, osteoporosis, kanker dan kepikunan. (http://wwwt.kesehatan ibu dan anak.blog spot.com.//penyakit degeneratif//)
Penyakit asma merupakan sebagai komponen hiperraktivitas jalan nafas (Dettenmeir, 1992). Asma merupakan penyakit dengan karakteristik adanya obstruksi jalan nafas dan menurunnya frekuensi nafas, terdiri dari bronchitis kronis dan empisema. Faktor resiko asma dalah usia 65-84 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan penurunan fungsi paru, polusi udara, perokok pasif, riwayat alergi, nutrisi buruk, alkoholik.
Tanda dan gejala meliputi riwayat dipsneu progresif, batuk, mengi, dan produksi sputum biasanya pagi hari. (Listello, Glauser, 1992). Beberapa gejala yang dapat diidentifikasi pada penderita  asma yaitu sesak nafas, batuk disertai sputum, terjadi penurunan berat serta kelelahan (fatique).
 Jumlah penderita penyakit asma bronchial menurut WHO adalah sekitar 100-150 juta penduduk. Dan terus meningkat hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian di dunia yaitu mencapai 17,4%. sementara di Indonesia penyakit ini termasuk dalam sepuluh besar penyebab kematian. usia rata-rata yang terkena penyakit asma adalah usia 60 tahun keatas. (Fatimah, 2010)
         Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyusun KARYA TULIS ILMIAH  DENGAN JUDUL ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.U DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN“ASMA BRONKHIAL” DI WISMA CEMPAKA UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN TAHUN 2012.

1.2      TUJUAN PENULISAN
1.2.1   TUJUAN UMUM         
                     Mampu melaksanakan Asuhan keperawatan Gerontik Pada Tn.U Dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

1.2.2        TUJUAN KHUSUS
a.       Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
b.      Dapat merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
c.       Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
d.      Dapat melaksanakan tindakan keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
e.       Dapat melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan gerontik pada Tn.U dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”Di Wisma Cempaka UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

1.3   RUANG LINGKUP      
        Mengingat luasnya masalah keperawatan pada gerontik, maka penulis membatasi masalah pada Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan “Asma Bronkhial”

1.4   METODE PENULISAN
         Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun proposal ini adalah dengan Metode Deskriptif. yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran brdasarkan masalah keperawatan yang diambil melalui :


1.       Metode Observasi
Adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap pasien sebagai subjek pelayanan keperawatan.
2.      Metode Wawancara 
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan secara lisan dari responden dalam hal ini pasien, keluarga, dan perawat.
3.      Metode Dokumentasi
Penulis memperoleh pengkajian data brdasar hasil dan informasi dari pasien dan keluarga serta dari poliklinik UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan
4.      Study Kepustakaan

Sesuai dengan landasan yang berpedoman pada buku-buku yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang diambil untuk dijadikan bahan acuan perbendaharaan dan perbandingan.

Selengkapnya..




Tuesday, March 18, 2014

PENELITIAN : SISTEM INFORMASI PENANAMAN BIBIT PADI UNGGUL BERBASIS WEB PADA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk kedalam negara agraris yang kaya dengan pertaniannya. Salah satu tanaman utamanya adalah padi. Tidak dapat dipungkiri sebab penduduk Indonesia dari sabang sampai merauke akrab dengan tanaman dari suku Poaceae itu. Suburnya pertanahan di Indonesia memungkinkan untuk tempat tumbunya beraneka jenis tanaman. Sehingga  jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10 persen dari flora dunia.
Hal tersebutlah yang menimbulkan keinginan para orang terdahulu untuk mempertahankan kebutuhan pangannya dengan cara bercocok tanam. Salah satu tanaman yang masih dipertahankan  adalah padi. Padi merupakan salah satu tanaman yang dapat diolah menjadi beras. Kebutuhan orang yang semangkin meningkat akan beras pada saat ini memicu sebahagian orang yang bekerja pada sektor pertanian untuk meningkatkan produtivitas beras. Seiring bertambahnya populasi manusia di bumi ini maka ketahanan akan tanaman pangan pun harus ditingkatkan guna terpenuhinya kebutuhan setiap orang. Namun pada kenyataannya kini, keinginan orang –orang untuk menggeluti bidang pertaniaan semangkin berkurang.
Kemajuan teknologi mendorong setiap orang untuk berfikir modern dan berusaha untuk menuju hidup dalam keadaan yang lebih baik. Masing –masing orang kini sibuk dengan urusannya masing-masing yang melibatkan kemajuan pengetahuan sebagai pegangan dalam kemajuannya. Hingga perlahan orang-orang kurang menggeluti bidang pertanian. Pada saat ini produksi beras Indonesia semangkin menurun, hal tersebut dapat dilihat dari impor beras oleh negara lain ke Indonesia.
Kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk becocok tanam padi merupakan salah satu penyebabnya. Kuranggnya pehaman kepada masyarakat untuk terus dapat mempertahankan tanaman padi serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian khususnya tanaman padi membuat sebahagian orang mulai beralih ke tanaman yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dan mudah menghasilkan. Penulis yang  masih sebagai seorang pelajar  merasa sedih memperhatikan keadaan tersebut.
Memikirkan  keadaan tanaman pangan kedepannya membuat penulis terus berpikir dan menemukan sebuah gagasan. Adapun gagasan tersebut yaitu Pelajar, dimana perlunya peran serta para pelajar untuk dapat berpartisipasi dalam hal tersebut. Karena banyak kebanyakan para pelajar hanya tau mengkonsumsi olahan padi tersebut, tanpa mengetahui asal mulanya. Oleh karena itu di dalam karya ilmiah ini penulis akan memaparkan peran-peran yang dapat dilakukan setiap orang untuk dapat bersama membudidayakan tanaman padi.



.
1.2              Batasan Masalah
            Dari uraian latang belakang diatas maka penulis membuat batasan masalah tentang bagaimana Pihak BPP dapat membantu para petani untuk penanaman padi unggul, juga kendala-kendala yang dianggap perlu dicari jalan keluar.

1.3              Tujuan Pembahasan
            Dari uraian diatas maka yang menjadi tujuan pembahasan adalah pengembangan informasi penanaman bibit padi unggul berbasis web.

1.4              Metode Pengumpulan Data
            Ada dua metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data yaitu ;
1.                  Studi lapangan (Field Research)
yaitu mengumpulkan data langsung dari tempat dimana penulis melaksanakan penelitian. Sedangkan cara mendapatkannya antara lain ;
a.       Wawancara (interview)
Data yang didapat dari wawancara langsung dari Pihak BPP, sehingga data yang didapatkan akurat.
b.      Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dan terjun langsung kebagian pengolahan data yang ada pada kantor terkait dalam hal ini adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Pidie Jaya.

  1. Studi Perpustakaan (Library Research)
yaitu mengumpulkan data dari buku-buku  yang dianggap berhubungan dengan judul laporan yang sedang dibuat.

1.5              Sistematika Pembahasan
            Pada bagian ini akan dijelaskan sistematika pembahasan yang terdiri dari atas beberapa bab yang masing-masing bab terdapat sub-subnya masing-masing sebagai berikut :
BAB I       adalah bab pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Pembahasan, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Pembahasan.
BAB II      Membahas tentang landasan teoritis yang terdiri dari Pengertian Sistem, Pengertian Informasi, Pengertian Tanaman Padi, Pengertian Web, Pengertian Php, Pengertian MySql.
BAB III          Menjelaskan tentang gambaran umum Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Pidie Jaya, yang mencakup Sejarah Singkat Balai Penyuluhan Pertanian, Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pidie Jaya, Visi dan Misi.


Selengkapnya..