Pembangunan dibidang Kesehatan
semakin luas dan kompleks perlu ditingkatkan dengan memantapkan dan mengembangkan
Sistem Kesehatan Nasional, karena masalah lingkungan hidup sudah sejak lama
menjadi isu Internasional dan sangat membutuhkan perhatian umat manusia di
dunia maka lingkungan hidup perlu dikelola untuk melestarikan dan mengembangkan
kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang, guna menunjang
terlaksananya pembangunan yang berlanjut dan berwawasan lingkungan hidup (UU RI
No. 23 Tahun 1997).
Tujuan pembangunan Kesehatan
merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional yang diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan
kesehatan dilakukan dengan memberi prioritas pada peningkatan kesehatan
masyarakat dan keluarga serta pencegahan penyakit, disamping upaya pemulihan
kesehatan. Sehubungan dengan itu, perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Nasional
yang terpadu yang dapat mendorong pastisipasi masyarakat (SKN, 1995).
Untuk mewujudkan tujuan
pembangunan kesehatan yaitu agar
tercapainya sehat bagi setiap penduduk, maka perlu adanya peningkatan upaya
kesehatan yang harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan dan dilaksanakan bersama-sama pemerintah dengan masyarakat
(Depkes RI : 1998)
Masalah kesehatan masyarakat
adalah yang sangat besar dan kongkrit maka pemecahannya haruslah secara multi
disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau peraktiknya
mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak
langsung untuk mencegah penyakit (Prepentif),
meningkatkan kesehatan (Promotif), dan
kuratif, maupun pemulihan (Rehabilitatif)
kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat misalnya :
pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan
gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja,
pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum,
pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007)
Pondok pesantren merupakan
salah satu tempat atau wadah pendidikan agama Islam yang mendidik manusia agar
menjadi insan yang bertakwa, ber akhlak mulia, sehat dan memiliki keterampilan,
di Indonesia peranan pesantren sangat strategis dalam mendukung kemajuan dunia
pendidikan sebab tidak sedikit alumni dari santri-santri pesantren ini mampu
menjadi pemimpin di dalam semua instansi pemerintahan dan mampu bersaing dengan
alumni sekolah-sekolah biasa.
Pondok pesantren telah berdiri
sejak berkembangnya Agama Islam yang disiarakan oleh bangsa Arab dan Persia
yang lokasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang
dari 40.000, namun masalah pokok yang di hadapi sekarang sebagian besar (80 %)
masih menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan. Minimnya
kamar mandi yang tidak sesuai dengan jumlah santri bahkan didaerah tertentu
sungai menjadi tempat cuci dan buang hajat sehingga mencemari lingkungan
seputar pesantren tersebut (Anonymous 1995)
Di Indonesia jumlah pesantren
yang terdata mencapai 3.991 (24,9 %) yang terdiri dari pesantren salafiah 3.824
(23,9 %) dan Ashriah 8.200 (51,2%) dengan mengunakan sistem kombinasi sedangkan
jumlah santri secara keseluruhan sebanyak 3.190.394 terdiri dari santri 1.
696.494 (53,2%) dan santriwan mencapai 1. 493.900 (46,8%) dan berdasarkan
aktivitas belajar pokok pesantren 38,2 % hanya mengaji dan 61,8 % santri mengaji
dan sekolah selain itu letak bangunan pesantren (80,2 %) strategis namun
kontruksi bangunan (45,5 %) yang memenuhi standar, kondisi kamar (28,7 %)
karena kebanyakan dalam 1 kamar di huni oleh beberapa santri, air bersih (35,3
%) kebanyakan santri mengunakan air Sungai dan air sumur, buruknya hal sanitasi
dasar pada pesantren di karenakan oleh minimnya dana yang di sediakan oleh
pemerintah pusat untuk pesantren (Depag
RI, 2006)
Nangroe Aceh Darussalam
merupakan Provinsi yang bergelar Serambi MeKah dahulunya memiliki pesantren
mencapai 1123 pesantren atau dayah tersebar di seluruh Kabupaten namun pasca
Tsunami yang terjadi tahun 2004 yang tersisa hanya 600 pesantren yang masih
aktif dan terdata sedang dan pemerintah Nangroe Aceh Darussalam memplot kan
dana untuk pesantren untuk tahun 2007 mencapai 170 Milyar. Setelah adanya
kucuran dana tersebut tingkat perbaikan sanitasi dasar pada pesantren sedikit
meningkat ini terlihat meningkatnya kontruksi bangunan pasca Tsunami yakni dari
(24,3%) menjadi (70,5 %) demikian juga dalam hal air bersih (53,2 %),
jambanisasi baru mencapai (35,7%) karena tidak berimbangnya jumlah santri
dengan jumlah kamar mandi selain itu masih banyaknya santri mengunakan sungai
sebagai sarana mandi, cuci, dan kakus
Kabupaten Bener Meriah
memiliki 15 pondok pesantren yang masih aktif dan memiliki permasalahan sanitasi
pesantren yakni air bersih, jamban, SPAL, dan sampah karena masih jauh dari standar
kesehatan. 2007 ketersediaan Sarana Air Bersih hanya
(42 %), dan jamban (40 %) SPAL (30 %) dan penaganan sampah di bakar (60 %)
Berdasarkan pengamatan yang
penulis lakukan pada pondok pesantren Darussa’adah Desa Bener Kelipah, Kecamatan Bandar Kabupaten
Bener Meriah ditemukan beberapa masalah seperti saluran pembuangan air limbah
(SPAL) kurang memenuhi persyaratan karena masih terbuka dan mengotori
lingkungan seputar pesantren demikian juga tidak tersedianya tempat sampah yang
memadai hanya ada 3 tempat sampah, yakni 1 memenuhi syarat karena terbuat dari bahan
pelastik atau atom (ember) dan tertutup, 2 tidak memenuhi syarat karena terbuat
dari kayu dan tidak tertutup, sehingga banyaknya sampah yang berserakan begitu
juga dengan kamar mandi yang belum memenuhi standar dan tidak berimbangnya
jumlah jamban dengan santri dimana mereka hanya memiliki 2 MCK 1 pria dan 1
wanita dengan jumlah jamban 4 pria dan 4 wanita mengingat hal tersebut diatas
maka penulis berkeinginan untuk mengetahui secara jelas tentang sanitasi dipondok
pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah
A.
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagai mana tinjauan
sanitasi di pondok pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener
Meriah tahun 2009.
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran
tentang sanitasi dasar pada pondok pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar
Kabupaten Bener Meriah tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sarana air
bersih pada pesantren Darussa’adah Kecamatan
Bandar kabupaten Bener Meriah
b. Untuk mengetahui sarana
pembuangan kotoran manusia (Jamban) pada pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener
Meriah
c. Untuk mengetahui sistem pembuangan
air limbah pada pesantren Darussa’adah
Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah
d. Untuk mengetahui sistem
pembuangan sampah pada pesantren Darussa’adah
Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah
D.
Manfaat Penelitian
1.
Pemerintah
Sebagai sumbangan informasi dan masukan
bagi pemerintah dan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Bener Meriah dalam
meningkatkan serta pemberdayaan terhadap sanitasi dasar pesantren
- Pesantren
Sebagai
masukan bagi pengelola pesantren tentang pentingnya memperhatikan sanitasi
dasar pada pesantren khususnya bagi kesehatan santri.
- Santri
Sebagai
masukan bagi santri serta dapat meningkatkan pengetahuan terhadap perlakuan
sanitasi dasar pada pesantren tersebut
4. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan serta
pertimbangan untuk institusi pendidikan untuk lebih memperhatikan keadaan
sanitasi dasar pada pesantren-pesantren di wilayah kerja institusi
- Peneliti
Sebagai
sarana untuk melatih diri dalam proses berpikir ilmiah sebagai implementasi
pengetahuan dan keterampilan selama pendidikan