INFORMASI PENTING

Saturday, March 15, 2014

Penelitian Kesehatan : TINJAUAN SANITASI DASAR


Pembangunan dibidang Kesehatan semakin luas dan kompleks perlu ditingkatkan dengan memantapkan dan mengembangkan Sistem Kesehatan Nasional, karena masalah lingkungan hidup sudah sejak lama menjadi isu Internasional dan sangat membutuhkan perhatian umat manusia di dunia maka lingkungan hidup perlu dikelola untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang, guna menunjang terlaksananya pembangunan yang berlanjut dan berwawasan lingkungan hidup (UU RI No. 23 Tahun 1997).
Tujuan pembangunan Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan memberi prioritas pada peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga serta pencegahan penyakit, disamping upaya pemulihan kesehatan. Sehubungan dengan itu, perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Nasional yang terpadu yang dapat mendorong pastisipasi masyarakat (SKN, 1995).
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan  kesehatan yaitu agar tercapainya sehat bagi setiap penduduk, maka perlu adanya peningkatan upaya kesehatan yang harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan bersama-sama pemerintah dengan masyarakat (Depkes RI : 1998)  
Masalah kesehatan masyarakat adalah yang sangat besar dan kongkrit maka pemecahannya haruslah secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau peraktiknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (Prepentif), meningkatkan kesehatan (Promotif), dan kuratif, maupun pemulihan (Rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat misalnya : pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007)
Pondok pesantren merupakan salah satu tempat atau wadah pendidikan agama Islam yang mendidik manusia agar menjadi insan yang bertakwa, ber akhlak mulia, sehat dan memiliki keterampilan, di Indonesia peranan pesantren sangat strategis dalam mendukung kemajuan dunia pendidikan sebab tidak sedikit alumni dari santri-santri pesantren ini mampu menjadi pemimpin di dalam semua instansi pemerintahan dan mampu bersaing dengan alumni sekolah-sekolah biasa.
Pondok pesantren telah berdiri sejak berkembangnya Agama Islam yang disiarakan oleh bangsa Arab dan Persia yang lokasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 40.000, namun masalah pokok yang di hadapi sekarang sebagian besar (80 %) masih menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan. Minimnya kamar mandi yang tidak sesuai dengan jumlah santri bahkan didaerah tertentu sungai menjadi tempat cuci dan buang hajat sehingga mencemari lingkungan seputar pesantren tersebut (Anonymous 1995)
Di Indonesia jumlah pesantren yang terdata mencapai 3.991 (24,9 %) yang terdiri dari pesantren salafiah 3.824 (23,9 %) dan Ashriah 8.200 (51,2%) dengan mengunakan sistem kombinasi sedangkan jumlah santri secara keseluruhan sebanyak 3.190.394 terdiri dari santri 1. 696.494 (53,2%) dan santriwan mencapai 1. 493.900 (46,8%) dan berdasarkan aktivitas belajar pokok pesantren 38,2 % hanya mengaji dan 61,8 % santri mengaji dan sekolah selain itu letak bangunan pesantren (80,2 %) strategis namun kontruksi bangunan (45,5 %) yang memenuhi standar, kondisi kamar (28,7 %) karena kebanyakan dalam 1 kamar di huni oleh beberapa santri, air bersih (35,3 %) kebanyakan santri mengunakan air Sungai dan air sumur, buruknya hal sanitasi dasar pada pesantren di karenakan oleh minimnya dana yang di sediakan oleh pemerintah pusat untuk pesantren  (Depag RI, 2006)
Nangroe Aceh Darussalam merupakan Provinsi yang bergelar Serambi MeKah dahulunya memiliki pesantren mencapai 1123 pesantren atau dayah tersebar di seluruh Kabupaten namun pasca Tsunami yang terjadi tahun 2004 yang tersisa hanya 600 pesantren yang masih aktif dan terdata sedang dan pemerintah Nangroe Aceh Darussalam memplot kan dana untuk pesantren untuk tahun 2007 mencapai 170 Milyar. Setelah adanya kucuran dana tersebut tingkat perbaikan sanitasi dasar pada pesantren sedikit meningkat ini terlihat meningkatnya kontruksi bangunan pasca Tsunami yakni dari (24,3%) menjadi (70,5 %) demikian juga dalam hal air bersih (53,2 %), jambanisasi baru mencapai (35,7%) karena tidak berimbangnya jumlah santri dengan jumlah kamar mandi selain itu masih banyaknya santri mengunakan sungai sebagai sarana mandi, cuci, dan kakus
Kabupaten Bener Meriah memiliki 15 pondok pesantren yang masih aktif dan memiliki permasalahan sanitasi pesantren yakni air bersih, jamban, SPAL, dan sampah karena masih jauh dari standar kesehatan.  2007 ketersediaan Sarana Air Bersih hanya (42 %),  dan jamban (40 %) SPAL  (30 %) dan penaganan sampah di bakar (60 %)
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada pondok pesantren Darussa’adah  Desa Bener Kelipah, Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah ditemukan beberapa masalah seperti saluran pembuangan air limbah (SPAL) kurang memenuhi persyaratan karena masih terbuka dan mengotori lingkungan seputar pesantren demikian juga tidak tersedianya tempat sampah yang memadai hanya ada 3 tempat sampah, yakni 1 memenuhi syarat karena terbuat dari bahan pelastik atau atom (ember) dan tertutup, 2 tidak memenuhi syarat karena terbuat dari kayu dan tidak tertutup, sehingga banyaknya sampah yang berserakan begitu juga dengan kamar mandi yang belum memenuhi standar dan tidak berimbangnya jumlah jamban dengan santri dimana mereka hanya memiliki 2 MCK 1 pria dan 1 wanita dengan jumlah jamban 4 pria dan 4 wanita mengingat hal tersebut diatas maka penulis berkeinginan untuk mengetahui secara jelas tentang sanitasi dipondok pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah

A.    Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagai mana tinjauan sanitasi di pondok pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah  tahun 2009.
C.  Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
      Untuk mendapatkan gambaran tentang sanitasi dasar pada pondok pesantren Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah  tahun 2009.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui sarana air bersih pada pesantren  Darussa’adah Kecamatan Bandar kabupaten Bener Meriah 
b.      Untuk mengetahui sarana pembuangan kotoran manusia (Jamban) pada pesantren  Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah 
c.       Untuk mengetahui sistem pembuangan air limbah pada pesantren  Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah 
d.      Untuk mengetahui sistem pembuangan sampah pada pesantren  Darussa’adah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah 
D.    Manfaat Penelitian
1.      Pemerintah
Sebagai sumbangan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Bener Meriah dalam meningkatkan serta pemberdayaan terhadap sanitasi dasar pesantren
  1. Pesantren
Sebagai masukan bagi pengelola pesantren tentang pentingnya memperhatikan sanitasi dasar pada pesantren khususnya bagi kesehatan santri.
  1. Santri
Sebagai masukan bagi santri serta dapat meningkatkan pengetahuan terhadap perlakuan sanitasi dasar pada pesantren tersebut
4.  Institusi Pendidikan
      Sebagai bahan masukan serta pertimbangan untuk institusi pendidikan untuk lebih memperhatikan keadaan sanitasi dasar pada pesantren-pesantren di wilayah kerja institusi
  1. Peneliti

Sebagai sarana untuk melatih diri dalam proses berpikir ilmiah sebagai implementasi pengetahuan dan keterampilan selama pendidikan

Selengkapnya...




Penelitian Kesehatan :: TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Visi Indonesia sehat merupakan pandangan Indonesia dalam mencapai derajat kesehatan bagi semua. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering terjadi perubahan tetapi pada visi 2010 diharapkan pencapaian Indonesia sehat bagi semua pada tahun 2010 tercapai karena itu di butuhkan berbagai strategi dan misi. Strategi yang ada visi Indonesia sehat diantaranya pemahaman tentang paradigma sehat.( Depkes, 2004)
Salah satu upaya untuk pengembangan pelayanan kesehatan dilakukan di Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (Centre for health development) diwilayah kerja tertentu. Upaya pengembangan dapat dilaksanakan melalui perluasan jangkauan wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan kemajuan transportasi, peningkatan mutu pelayanan dan ketrampilan staf, peningkatan rujukan, peningkatan manajemen organisasi, dan peningkatan peran serta masyarakat (Muninjaya, 1999).

1
 
Untuk meningkatkan produktivitas para tenaga kerja dalam suatu organisasi harus ada sistem manajemen yang memadai dalam rangka mengatur setiap proses kerja dan memotivasi para karyawan, seperti pemberian pelatihan dan pengembangan bagi para karyawan. Hal ini perlu dilakukan untuk perbaikan kualitas, sikap, pengetahuan, ketrampilan wawasan dan disiplin yang berdaya guna dan berhasil guna pada diri setiap karyawan sehingga mampu menyelesaikan dan menganalisa setiap pekerjaan maupun tugas-tugas yang dibebankan (Siagian,2004).
Jumlah penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006 ± 4.368.875 jiwa. Mengingat jumlah penduduk yang terus bertambah dan banyaknya perbedaan aktifitas masyarakat maka semakin rentan pula masyarakat diserang oleh berbagai jenis penyakit. Untuk itu, dibutuhkan pelayanan yang optimal dari tenaga kesehatan. Pelayanan yang optimal dapat terwujud apabila tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang diharapkan.
Dalam meningkatkan pemberiaan pelayanan kerja kepada masyarakat, maka pihak puskesmas Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa   harus melakukan upaya-upaya yang mengarah kepada peningkatan mutu kerja tersebut, serta peningkatan kedisiplinan kerja seperti tenaga medis dan tenaga perawat yang siap melayani masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Upaya tersebut diantaranya dengan memberikan pembinaan kedisiplinan kerja tenaga kesehatan, pelatihan dan pengembangan serta kondisi kerja yang memuaskan, disamping itu, perlu membangkitkan semangat kerja individu (tenaga kesehatan perorangan) sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kelancaran kerja dilingkungan pukesmas Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa  .
Kedisiplinan kerja tenaga kesehatan merupakan tolak ukur yang menunjukkan gambaran  keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang hendak di capai. Maka perlu peran aktif pemimpin dalam melakukan kontrol terhadap kinerja tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya agar meningkatnya kedisiplinan kerja, baik dari pengembangan tenaga kesehatan, pelatihan maupun pemberiaan sanksi-sanksi jika ada tenaga kesehatan yang melanggar peraturan kerja.
Berdasarkan hasil hasil inspeksi mendadak ke sejumlah instansi di lingkungan pemerintahan di Jakarta, 80 persen dari 3.000 pegawai masuk kerja. Sisanya, 20 persen jarang masuk atau  sedang melakukan dinas di luar. PNS yang tidak hadir ini dan mangkir atau tidak hadir dengan ketidakjelasan keterangan di hari efektif kerja akan  sanksi. Pemberian sanksi kepada PNS yang mangkir kerja disesuaikan dengan jenis pelanggaran yang dilakukan, mulai dari pemberian teguran lisan maupun tulisan atau pernyataan tidak puas dari pimpinan unit atau kepala dinas untuk PNS yang tidak hadir lebih dari satu hari. Pemberian sanksi, bisa diberikan langsung oleh pimpinan unit atau kepala dinas. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 30 tahun 1980 tentang disiplin kerja PNS. Sidak ini hanya dilakukan pada hari pertama masuk kerja PNS pada jam kerja PNS sejak pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB (Purwanti, 2006).
Tingkat kedisiplinan petugas kesehatan di Puskesmas di Provinsi NAD terlihat rendah berdasarkan beberapa penelitian terlihat disiplin kerja petugas yang disiplin sebanyak tidak disiplin (59,4%) petugas di Puskesmas Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar tahun 2007 (Hera, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa tahun 2008 Jumlah tenaga kesehatan adalah 129 orang dengan berbagai tingkat pendidikan dan disiplin ilmu kesehatan, yang terdiri dari 85 orang PNS termasuk 1 orang kepala puskesmas, 11 orang PTT dan 32 orang tenaga bakti. Puskesmas Jeumpa meliputi wilayah kerja sebanyak 42 desa yaitu Desa Alue, Desa  Blang Rheum, Paloh Panyang, Seunebok Lhong, Geulumpang Payong, Blang Seunong, Cot Leusong, Batee Timoh, Lipah Rayeuk, Cot Geurundong, Beurawang, Geudong Tampue, Cot Keutapang, Cot Tarom Baroh, Cot Tarom Timu, Blang Cot Teunong, Blang Cot Baroh, Seulembah, Lipah Cut, Blang Blahdeh, Mon Jambe, Blang Dalam, Kuala Jeumpa, Cot Gadong, Cot Bada,Teupok Tunong, Abeuk Usong, Abeuk Tingkem, Blang Mee, Blang Seupeung, Blang Gandai, Cot Iboh Cot Ulim, Pulo Lawang, Paloh Seulimeng, Teupok Baroh, lue Limeng, Sarah Sirong, Mon Mane, Cot Iboh Timu, Kota Meligo dan Cot Mego .   
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di puskesmas Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa   diketahui bahwa permasalahan yang terjadi masih kurangnya kedisiplinan kerja tenaga kesehatan, terlihat dari persentase kehadiran bedasarkan rekapitulasi absensi bulan Januari – Mei yaitu setiap petugas rata – rata 74% kehadiran perbulanya, bahkan ada yang hanya 25% kehadiran dalam 1 bulan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor seperti jarak dimana ada petugas yang tempat tinggalnya jauh sehingga terlambat sampai ke Puskesmas. Keterbatasan fasilitas puskesmas seperti  ada seperti peralatan gigi, alat – alat pemeriksaan laboraturium dan pemeriksaan sanitasi lingkungan sehingga ada petugas yang malas masuk karena tidak bisa bekerja tidak tersedia fasilitas yang dan karena tak ada kerjaan maka mereka malas masuk, dan supervisi atasan yang jarang menegur bahkan kadangkala atasan tidak tahu karena  sering terlambat juga, serta situasi dan kondisi kerja yang tidak nyaman dan letak yamg dekat pasar sehingga kerap petugas berbelanja pada waktu dinas.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengetahui : “Tinjauan faktor- faktor yang berhubungan dengan kedisiplinan tenaga kesehatan di puskesmas Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa Kabupaten Aceh Utara tahun 2008”.

1.2.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah, “Bagaimana tingkat kedisiplinan tenaga kesehatan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat puskesmas Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa Tahun 2008”.

1.3.    Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan tenaga dan dana maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada jarak tempuh petugas kesehatan, supervisi atasan dan situasi dan kondisi dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di  puskesmas Puskesmas Jeumpa Kecamatan Jeumpa Kabupaten Aceh Utara

Selengkapnya..






Friday, March 14, 2014

Penelitian Kesehatan : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Tuberkulosis Paru Di Ruang Xviii Rumah Sakit Umum

BAB I

Saya sharing sebuah penelitian yang mungkin dapat digunakan sebagai referensi di bidang kesehatan. Sekali lagi saya harapkan artikel ini dapat bermanfat bagi kita semua.
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi menular, menyerang pada paru, disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulose.(Arita,2009). Mycobacterium Tuberkulosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 9 juta penduduk  dunia diserang tuberkulosis paru dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan 95% penderita tuberkulosis paru berada  di negara – negara berkembang.
Di Indonesia tuberkulosis paru muncul sebagai penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung. Penyakit  tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan umur dan nomor satu pada penyakit infeksi. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus tuberkulosis paru dimana sekitar sepertiga penderita terdapat dipuskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan(Depkes RI,2002).

1
Penderita tuberkulosis di Sumatra utara, khususnya di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Daerah Kota Medan 100 orang yang terserang penyakit Tuberkulosis paru, 60 orang laki-laki dan 40 orang perempuan yang di periksa secara klinis dan hasilnya di catat di rekam medik.
  Untuk itu diperlukan penanggulangan yang serius dalam memberi asuhan keperawatan. Perawat memegang peranan penting  terutama dalam pencegahan komplikasi. Pasien sebagai fokus keperawatan mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosio, dan spiritual sehingga di butuhkan pendekatan yang komprehesif.
Berdasarkan masalah di atas maka penulis tertarik mengambil judul  karya tulis ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Tuberkulosis  Paru Diruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.2              Tujuan punulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Mampu melaksanakan pendekatan proses keperawatan pada Tn. A  dengan gangguan  sistem pernapasan tuberkulosis paru di ruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan  Tahun 2011.
1.2.2        Tujuan Khusus
a.       Mampu melaksanakan pengkajian pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan Tuberkulosis Paru di Ruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan  Tahun 2011.
b.      Mampu merumuskan Diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan  Tuberkulosis Paru di Ruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011.
c.       Mampu menbuat Perencanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan Tuberkulosis Paru di ruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun  2011.
d.      Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan Tuberkulosis Paru di  ruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011.

e.       Mampu membuat Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Pernapasan Tuberkulosis Paru di ruang XVIII Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011.


Selengkanya..



Thursday, March 13, 2014

Gambaran Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan Tentang Sanitasi Makanan pada rumah makan

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar sehingga bermanfaat bagi tubuh, makanan dan minuman merupakan kebutuhan hayati, manusia akan memperoleh energi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya melalui proses metabolisme yang komplek dan disisi lain makanan dan minuman juga mengandung potensi yang membahayakan karena bahan yang bersifat merugikan tubuh manusia melalui media makanan dan minuman yang dikenal sebagai sanitasi makanan (food hygiene). Sanitasi makanan tersebut salah satunya merupakan kualitas peralatan yang digunakan baik untuk mengolahan bahan makanan maupun digunakan untuk penyajian pada konsumen. (Amsyari, 1996)
Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene, sanitasi makanan dan minuman, mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensinya dalam penyebaran penyakit maka pengawasan sanitasi makanan dan minuman mempunyai arti penting dalam upaya menghindari dari unsur pencemaran baik yang bersifat fisik, kimia, dan bakterologi. makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit. (Slamet, 2004)
Sehubungan dengan hal tersebut dalam UUD 45 No 23 Tahun 1992, tentang kesehatan pasal 21 ayat 1 bahwa pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan yang tidak memenuhi standar persyaratan kesehatan. Pada umumnya tingkat hygiene makanan yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya dari segi pengolahan, pengangkutan, penyajian sampai pada tahap pencucian, sebagai media pembersih peralatan makanan dan minuman serta air yang digunakan sebagai pencucian peralatan juga harus memenuhi syarat seperti yang ada pada peraturan menteri kesehatan  No 416/menkes/per/IX/1990, tentang persyaratan air bersih begitu juga dengan persyaratan peralatan makanan itu sendiri tidak boleh mengandung bakteri lebih dari 100 koloni/cm2 permukaan (UU RI No. 23 Tahun 1997).
Penjamah makanan sangat berpengaruh terhadap kualitas makanan, sehingga baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit. Kebiasaan mencucitangan sebelum melakukan pekerjaan pengolahan makanan adalah mutlak dilaksanakan seperti diketahui tangan tidak pernah bebas dari berbagai macam kuman,  baik berasal dari kontaminasi maupun yang tinggal secara menetap pada tangan. Sikap petugas pengolah makanan di warung-warung makan dalam masalah cucitangan sudah sangat baik hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan mereka, akan tetapi kenyataan praktek sehari-hari dilapangan belum tentu demikian mereka dengan senantiasa melakukan prilaku yang tidak hygienies dimana supaya pekerjaan mereka mudah dan cepat hal yang demikian tidak hygienes.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Permasalahan atau petanyaan yang timbul kemudian adalah apakah proses pengawetan, bahan pengawet yang ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan aman dikonsumsi manusia. (Depkes RI : 1998)  
Penyakit yang timbul karena  makanan dan minuman yang tercemar telah menjadi masalah yang serius bukan hanya dimasyarakat kita tetapi juga di negara-negara lain didunia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kasus keracunan minuman dan makanan setiap tahunnya. Dari data BPOM  18.446 penderita keracunan (80%) penderita keracunan makanan dan 282 di antaranya meninggal, sehingga angka fatalitas atau CFR (Case fatality Rate) = 1,5 % keracunan tempe bongkrek karena basillus cocovenans tercatat 6.840 kasus , dengan CFR 8,61 %. Sebetulnya kasus keracunan sangat sedikit aka tetapi CFR-nya tinggi. CFR rata-rata keracunan makanan adalah 3,04 %, sama dengan CFR dan DHF dan morbilli. Dengan demikian dapat di mengerti pentingnya pencegahan keracunan makanan. Krena sebagian dari keracunan itu berbentuk diare, sebagai contoh kasus tahun 2004 tercatat kejadian luar biasa (KLB), 25,645 penderita dengan CFR 2,4%.( Depkes RI On Line 2009)
Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2008 mengatakan bahwa lebih dari 80 % kasus keracunan makanan muncul di tengah-tengah masyarakat di sebabkan oleh kebersihan yang kurang saat proses pengolahan makanan, selebihnya sangat tergantung kepada pemilihan jenis bahan baku makanan/minuman dan mekanisme pengolahan yang menandakan rendahnya tanggung jawab masyarakat produsen makanan/minuman tentang penyehatan makanan terutama pada produsen rumah tangga (webmaster @promosikesehatan.com)
Berdasarkan studi awal melalui wawancara terhadap 5 orang penjamah makanan pada bulan desember 2009 ternyata pengetahuan penjamah makanan sangat kurang yakni yakni 3 responden memiliki pengetahuan kurang dan hanya 1 responden katagori cukup dan baik, hal ini mengindikasikan betapa rendahnya pengetahuan para penjamah makanan pada rumah makan di Kec, Kota Matang Glumpang Dua.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengangkat sebuah penelitian sebagai tugas akhir ini dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan Tentang Sanitasi Makanan pada rumah makan.

B.                       Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan penjamah makanan terhadap sanitasi makanan di Kota Matang Glumpang Dua, Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen..
           
C.  Tujuan Penelitian
1.   Tujuan umum
Diketahuinya gambaran pengetahuan penjamah makanan terhadap sanitasi makanan di Kota Matang Glumpang Dua, Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen


Selengkapnya..


SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU-IBU TERHADAP PELAKSAAN POSYANDU DI DESA


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Peran serta masyarakat sangat penting dalam pembangunan kesehatan, pernyataan ini dipertegas seperti yang tercantum dalam UU no. 23 tahun 1992, dimana setiap orang berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, keluarga dan lingkungan. Peran serta masyarakat itu semakin menampakan sosok setelah munculnya posyandu sebagai salah satu bentuk kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM), wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1994).
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa bergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya. Tentang pembangunan dimasa yang akan datang, memerlukan mutu manusia masa depan yang semakin tangguh. Tiga intervensi proses pertumbuhan dan perkembangan manusia tangguh masa depan. Satu, pembinaan kelangsungan hidup anak yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak, sejak jadi janin dalam kandungan ibu sampai balita. Kedua, pembinaan perkembangan anak yang ditujukan untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental, sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh. Ketiga, pembinaan kemampuan kerja untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan berbangsa dan bernegara.(Depkes RI,2006)
Posyandu merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi pemerintah, dan suatu saat nanti akan mandiri. Kemamdirian masyarakat akan berdampak pada kemandirian keluarga, ibu dan individu. Oleh karenanya, dalam menyongsong saat tinggal landas pembangunan nanti, kini lah saatnya mengembangkan posyandu sebagai strategi yang tepat dalam pembangunan manusia, yang menjadi hakekat pembangunan nasional (Depkes RI, 1997)
Pelaksanaan pembangunan kesehatan selama dekade terakhir ini menunjukan bahwa peran serta masyarakat termasuk dunia usaha, dapat lebih mempercepat upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Gebrakan posyandu telah terbukti diminati oleh masyarakat, ditandai dengan adanya posyandu disetiap desa/dusun/RW dalam terahir ini terbukti bahwa posyandu mempunyai peran yang sangat besar dalam peningkatan cakupan berbagai program. (Depkes RI, 1994)
Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi maupun anak balita dan angka kelahiran guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dikembangkan suatu pendekatan keterpaduan, yang dalam pelaksanaanya tingkat desa dilakukan melalui pos pelayanan terpadu. Melalui posyandu, masyarakat mendapat pelayanan paripurna dalam KB dan Kesehatan, serta pelayanan dari berbagai upaya pembangunan lainnya yang berkaitan. Posyandu pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya disektor kesehatan, dengan menciptakan kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rangkuman ini disusun untuk mengambarkan tentang apa, bagai mana dan siapa yang berperan dalam upaya pengembangan posyandu serta tingkat pengetahuan para peserta posyandu. (Aman,1997).
Keberhasilan pengembangan fungsi manajemen ini tidak dapat dipengaruhi keberhasilan pimpinan puskesmas menumbuhkan motifasi kerja staf dan semangat kerja antar staf dengan staf lainnya di puskesmas (lintas program), antar staf puskesmas dengan pimpinan instansi di tingkat kecamatan (lintas sektoral). Mekanisme komunikasi yang di kembangkan oleh pimpinan puskesmas dengan stafnya demikian pula antara pimpina puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor lainnya di tingkat kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat berpengaruh pada keberhasilan fungsi manajemen ini. Melalui loka karya mini puskesmas, kesempatan kesempatan kerja sama lintas program dan sektoral dapat di rumuskan perwujudan kerja sama lintas sektoral akan di temukan oleh peranan camat dan ketua pengerak PKK di tingkat kecamatan . keterampilan untuk mengembangkan hubungan antar manusia sangat di perlukan dalam penerapan fungsi manajemen ini. Pengertian dan prinsip dasar HAM dan penerapannya pada manajemen kesehatan wawasan dan motifasi kerja kader sebaiknya dapat terus di bina agar tugas yang di bebankan kepada mereka dapat di kerjakan secara optimal. Mereka harus di sadarkan bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan kesehatan warga sehingga tugas mereka bukan semata mata untuk kepentingan program kesehatan puskesmas. (Muninjaya, 1999).
Ada lima kegiatan dalam posyandu diantaranya adalah Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Ibu Dan anak (KIA), Pemantauan Gizi Anak, Imunisasi (Suntikan pencegahan), dan Penangulangan Diare (Suara Merdeka.Com, 2007).
Dari hasil kegiatan yang ada posyandu di muat dalam suatu balok yang di sebut balok SKDN. Balok SKDN merupakan balok balok yang memberikan gambaran mengenai keberhasilan kegiatan program UPGK di tingkat kelompok penimbangan/desa. Data tingkat desa merupakan rekapitulasi (kumpulan) data dari semua kelompok penimbangan yang ada di desa tersebut (Balok SKDN , 2001).
Pada waktu pelaksaan kegiatan posyandu sebagian besar dari sasaran posyandu tidak hadir secara rutin, sehinga setiap bulannya pencapaian kunjungan masih jauh dari target yang telah di tentukan sebulannya. Untuk meningkatkan jumlah sasaran yang berkunjung ke posyandu serta kualitas pelayanan di posyandu itu sendiri, sudah jelas di pengaruhi prilaku, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, giografis, alat transportasi dan lain lain.
Data yang ditemukan di Aceh Tengah bahwa jumlah posyandu 280 posyandu yang tersebar dimasing-masing wilayah kerja puskesmas dan posyandu yang aktif hanya 227 posyandu sedangkan 53 posyandu tidak aktif diantaranya yang paling banyak diwilayah kerja puskesmas Rusip dari 14 posyandu yang aktif hanya 5 demikian juga wilayah puskesmas Linge dari 24 posyandu yang aktif hanya 12 posyandu. Jumlah bayi keseluruhan 3794 jiwa dan ibu hamil 4156 jiwa diwilayah kerja 14 Puskesmas 41 Pustu dan 180 bidan desa, data yang didapat dari bulan januari s/d November 2008, (Cakupan Imunisasi Aceh Tengah, 2008).
Puskesmas Ratawali memiliki 18 posyandu dan kesemuanya aktif dengan jumlah bayi 158 dan bumil 171 dibantu 6 petugas pustu dan 8 bidan desa, Desa kulem Balik memiliki 1 posyandu dengan jumlah bayi 23 dan Bumil 6 Serta 7 kader dan 1 bidan desa serta 1 pustu.
 Dari survey awal tidak semua ibu-ibu membawa bayi keposyandu demikian juga ibu hamil dengan berbagai alasan baik terlalu jauh maupun rendahnya pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya Posyandu bagi anak dan ibu hamil.  
Dari uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu-ibu dalam pelaksaan posyandu di desa

Selengkapnya..




Tuesday, March 11, 2014

Penelitian :: Peranan Analisis Rasio Laporan Keuangan Dalam Pengambilan Keputusan



BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul
                 Perusahaan kecil, biasanya dipimpin langsung oleh pemiliknya. Dalam hal ini, pemilik bertindak langsung sebagai pimpinan dan menjalankan aktivitasnya untuk mengelola perusahaan dimana salah satu diantara aktivitas yang terpenting tersebut adalah melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan. Hal ini dapat dilakukan karena aktivitas perusahaan yang belum terlalu besar. Tetapi apabila perusahaan telah berkembang, maka aktivitas perusahaan turut berkembang dan bertambah rumit. Hal ini akan mengakibatkan manajemen semakin sulit mengawasi jalannya operasi perusahaan. Oleh sebab itu, diperlukan alat khusus yang dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan yang bersumber dari bagian akuntansi.
                 Akuntansi yang memberikan informasi kepada manajemen perusahaan, sehingga mereka setiap saat dapat menguasai segala kejadian dalam perusahaan. Informasi yang dihasilkan oleh bagian akuntansi disajikan dalam bentuk laporan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan dari suatu perusahaan merupakan data yang penting untuk menerangkan atau memberikan gambaran tentang hasil kegiatan yang dicapai perusahaan tersebut selama suatu periode atau sejak beroperasi. Maju mundurnya perusahaan itu dapat dilihat dari data yang disajikan dalam laporan keuangan.
                 Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan, di samping bertujuan untuk memberikan informasi bagi pihak intern juga berguna bagi pihak ekstern. Pihak ekstern dalam hal ini adalah kelompok atau perorangan yang tidak berhubungan secara langsung dengan operasi perusahaan sehari-hari, misalnya para kreditur, para calon pemilik, instansi pemerintah dan sebagainya. Laporan keuangan tersebut akan lebih berarti lagi bagi pihak yang berkepentingan apabila data keuangan tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan dan dapat digunakan oleh pihak ekstern dalam menilai kemampuan dan keberhasilan manajemen di dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan.
                 Dengan demikian penyusunan laporan keuangan merupakan suatu langkah yang cukup penting dan seharusnya dilakukan oleh setiap perusahaan dalam melihat aktivitasnya selama suatu periode tertentu. Analisis terhadap laporan keuangan artinya menguraikan secara terperinci, sehingga bagian-bagian yang terdapat di dalamnya menjadi jelas diketahui dan mudah dimengerti. Data yang diperlukan dalam melakukan analisis laporan keuangan terutama adalah laporan keuangan perusahaan. Hasil operasi perusahaan dan posisi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan sangat penting untuk digunakan sebagai alat berkomunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
                 Berdasarkan hal di atas, dapatlah diketahui betapa pentingnya laporan keuangan perusahaan dan analisanya sehingga penulis sangat tertarik untuk mendalaminya. Untuk itu, penulis memilih judul skripsi : Peranan Analisis Rasio Laporan Keuangan Dalam Pengambilan Keputusan pada PT. Adidaya Karya Indotama Medan.
                 Dalam menganalisa perkembangan perusahaan ini, penulis menggunakan dan membatasi laporan keuangan hanya meliputi neraca dan perhitungan rugi laba selama dua tahun berturut-turut. Diharapkan dengan analisa ini dapat diketahui keadaan keuangan perusahaan, sehingga pimpinan dapat membuat kebijakan dan mengambil tindakan agar hasil yang diperoleh pada periode mendatang akan lebih baik dari periode yang lalu. Selain itu, aktivitas di bidang keuangan merupakan suatu kegiatan operasi yang penting dan kritis karena sering menjadi sasaran dan manipulasi, sehingga penulis tertarik untuk mempelajari dan ingin memperdalam pengetahuan di bidang tersebut.

 

B. Perumusan Masalah

                 Setiap perusahaan selalu menghadapi berbagai permasalahan yang harus diatasi demi terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Masalah merupakan suatu persoalan yang membutuhkan pemecahan. Masalah dapat diketahui setelah dilakukan analisis terhadap persoalan-persoalan yang kompleks, dan kemudian dilakukan pembagian tingkatan prioritasnya karena setiap masalah perlu pemecahan secara khusus.
                 Dari hasil penelitian pendahuluan pada PT. Adidaya Karya Indotama Medan, maka dapat dirumuskan masalah yang ingin diteliti sebagai berikut : “Apakah perusahaan telah memanfaatkan analisis rasio laporan keuangannya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ?”

C. Tujuan Penelitian

                 Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini, adalah :
     1.  Untuk mendapatkan gambaran dan potensi laporan keuangan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari PT. Adidaya Karya Indotama Medan.
     2.  Sebagai bahan masukan bagi manager perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
     3.  Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis di dalam manajemen keuangan suatu perusahaan.
     4.  Membandingkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dengan penerapannya di perusahaan.
     5.  Untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Medan.

D. Hipotesis

                 Hipotesis merupakan sesuatu yang berisi anggapan atau dugaan logis yang masih harus dibuktikan kebenarannya, atau dengan kata lain hipotesis itu berarti jawaban sementara. Dari pengertian tersebut diatas, maka hipotesis sementara yang dapat di ambil adalah bahwa : “Analisa rasio laporan keuangan sebagai salah satu teknik analisis laporan keuangan telah dimanfaatkan perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pada aktivitasnya”. 

E. Metode Penelitian

                 Untuk dapat memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, digunakan dua metode penelitian, yaitu :
     1.  Penelitian kepustakaan (library research)
          Pada metode ini, dilakukan penelitian teoritis terhadap masalah yang terjadi pada objek penelitian melalui artikel-artikel, literatur-literatur, bahan-bahan perkuliahan dan sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan objek penelitian dan dapat dijadikan bahan langsung dalam penulisan skripsi.
     2.  Penelitian lapangan (field research)
          Dalam penelitian lapangan, akan dilihat data yang terdapat dalam dokumen-dokumen perusahaan, dalam hal ini pada PT. Adidaya Karya Indotama Medan, sebagai dasar penerapan akuntansinya, serta mendapatkan data primer dengan cara mengadakan wawancara, pengamatan dan kombinasi antara wawancara dan pengamatan dengan staf yang berkepentingan di lapangan.
                 Sedangkan dalam pengumpulan data, akan digunakan cara sebagai berikut :
     1.  Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan analisa laporan keuangan yang diadakan perusahaan.
     2.  Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan karyawan PT. Adidaya Karya Indotama Medan, khususnya yang berkaitan dengan bagian-bagian akuntansi dan bagian lain yang berhubungan dengan analisa laporan keuangan.

                 Dalam rangka menganalisa masalah, digunakan dua metode analisis yaitu metode deskriptif dan metode deduktif. Dengan metode deskriptif, akan disusun data yang diperoleh, dianalisa dan diinterpretasikan, sehingga memperoleh gambaran yang sebenarnya dari permasalahan yang dihadapi PT. Adidaya Karya Indotama Medan. Sedangkan dengan metode deduktif, akan dianalisis data dengan membandingkan antara data primer dengan data skunder. Dari kedua metode analisis di atas, akan dibuat kesimpulan dan diberikan saran bagi pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan.

Selengkapnya..




Contoh Penelitian : Analisa Laporan Arus Kas



BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul
            Akuntansi dan laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya berdasarkan bagaimana manajemen atau pimpinan perusahaan mengambil keputusan. Laporan keuangan merupakan data yang dipakai untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, baik dipandang dari sudut likuiditas, solvabilitas, maupun rentabilitas serta hasil-hasil atau kerugian-kerugian yang dialami oleh suatu perusahaan.
            Dapat dikatakan bahwa sebenarnya analisis laporan keuangan itu sangatlah penting dan berguna bagi manajemen atau pimpinan perusahaan untuk membantu memperlancar tindakan-tindakannya, sehingga dapat menetapkan kebijaksanaan dan keputusan yang menguntungkan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Namum demikian, kelihatannya masih banyak perusahaan yang belum memanfaatkan analisis laporan keuangan yang ada untuk mengambil keputusan. Padahal tidak diragukan lagi, bahwa masalah memanfaatkan laporan keuangan yang tersedia pada perusahaan merupakan masalah yang penting bagi manajemen atau pimpinan perusahaan khususnya dalam memanfaatkannya untuk pengambilan keputusan.
            Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan periode yang lalu, pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan, menyusun rencana yang lebih baik untuk masa yang akan datang dan menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat serta memperbaiki sistem pengawasan yang lebih tepat. Untuk dapat memanfaatkannya, maka laporan keuangan tersebut perlu dianalisis dan diinterpretasikan, sehingga dapat diambil unsur-unsur yang penting dan berguna untuk pengambilan keputusan dan penyusunan rencana masa yang akan datang.
            Banyak analisis yang dapat dibuat, di mana hasil dari analisis itu akan berguna dalam pengambilan keputusan. Salah satu analisis laporan keuangan tersebut adalah analisis laporan arus kas atau biasa disebut dengan istilah cash flow.
            Laporan arus kas ini merupakan alat analisa keuangan yang penting bagi manajemen perusahaan. Dari analisis arus kas, akan dapat diketahui bagaimana pimpinan perusahaan mengelola kas dan ekuivalennya. Kas dan ekuivalennya merupakan faktor yang terpenting di dalam perusahaan di samping faktor lainnya untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan. Tanpa hal tersebut, kiranya tidak mungkin suatu perusahaan dapat berkembang secara wajar. Dengan menganalisa arus kas, berarti juga menganalisa kemampuan manajemen di dalam menjalankan perusahaan.
            Pada umumnya yang timbul dalam perusahaan sehubungan dengan pengelolaan kas adalah apakah manajemen telah melakukan kebijaksanaan dengan baik maupun efektif untuk memperoleh dan menggunakan kas. Untuk mengetahui kebijaksanaan yang telah dilakukan sehubungan dengan pengelolaan dana dapat diketahui melalui laporan arus kas pada suatu periode tertentu, dan penilaian terhadap kebijaksanaan tersebut hanya dapat dilakukan melalui cara analisa kas dengan mempergunakan laporan keuangan dari beberapa periode berurutan, yang penyusunannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
            Dari uraian di atas, terlihat pentingnya menganalisa pengelolaan kas, yang kemudian menarik perhatian penulis untuk membahasnya melalui skripsi yang berjudul : “Analisa Laporan Arus Kas Pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Unit Medan”.
            Seperti yang telah dijelaskan penulis di atas, alasan pemilihan judul skripsi mengenai analisa laporan arus kas, yang kiranya cukup relevan bila dalam bab ini penulis memperjelas dan membatasi pemakaian istilah laporan arus kas yang akan dipergunakan di dalam skripsi ini. Telah diketahui bahwa banyak istilah yang dipergunakan untuk laporan arus kas ini, yaitu :
     -    Statement of fund.
     -    Laporan perubahan posisi keuangan berdasarkan kas.
     -    Dan sebagainya.

B. Perumusan Masalah
            Dalam kenyataannya setiap perusahaan tidak luput dari berbagai masalah. Permasalahan tersebut mungkin di bidang keuangan, produksi, administrasi, ataupun pemasaran. Suatu perusahaan harus dapat mengatasi masalah yang terjadi, sebab masalah merupakan suatu ciri tersendiri yang dapat menghambat aktivitas dalam perusahaan.
            Demikian juga halnya dengan perusahaan ini, mempunyai permasalahan yaitu : “Apakah penyusunan laporan arus kas pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Unit Medan telah dilaksanakan dengan seharusnya ?”

C. Hipotesis
            Hipotesis merupakan dugaan secara ilmiah dan harus disertai pengujian dan penjelasan yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang benar. Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka hipotesa yang dianggap relevan dengan masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut : “Adanya beberapa perkiraan perusahaan yang salah dibukukan, sehingga laporan arus kas yang disusun belum begitu tepat dan sesuai dengan yang seharusnya.”

D. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah :
1.  Untuk mengikhtisarkan aktivitas pembiayaan dan investasi suatu perusahaan, termasuk seberapa jauh perusahaan tersebut telah menghasilkan kas dalam menjalankan usahanya selama periode yang bersangkutan.
2.  Sebagai bahan perbandingan dengan teori-teori yang penulis baca dan terima di bangku kuliah dengan prakteknya di perusahaan.

E. Metode Penelitian
            Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik dan lebih sempurna, maka metode yang digunakan penulis untuk penelitian dan mengumpulkan data, yaitu :
            Field Research (Penelitian Lapangan), adalah metode penelitian dengan cara mengadakan penelitian langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, digunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu :
-    Observasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data, dimana penulis mengadakan pengamatan secara langsung ke perusahaan terhadap segala masalah yang berkaitan dengan judul skripsi pada subjek yang dihadapi.

-    Komunikasi langsung, yaitu teknik pengumpulan data, dimana penulis mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi secara langsung dengan pimpinan dan petugas yang berwenang dalam bidang yang diteliti.

Selengkapnya..