INFORMASI PENTING

Monday, March 10, 2014

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. DEL


BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

            Perusahaan yang masih kecil, biasanya dipimpin langsung oleh pemilik. Pemilik bertindak sebagai manajer dan menjalankan kegiatan manajemen sekaligus mengadakan pengawasan terhadap jalannya perusahaan. Hal ini daat dilakukan karena aktivitas perusahaan yang belum banyak. Tetapi apabila perusahaan telah berkembang, maka aktivitas perusahaan turut berkembang dan bertambah rumit. Hal ini akan mengakibatkan manajemen semakin sulit mengawasi jalannya operasi perusahaan, oleh sebab itu diperlukan alat khusus yang dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan bersumber dari bagian akuntansi.
            Akuntansilah yang dapat memberikan keterangan kepada segala manajemen perusahaan, sehingga mereka setiap saat dapat menguasai segala kejadian dalam perusahaan. Informasi yang dihasilkan oleh bagian akuntansi disajikan dalam bentuk laporan yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan dari suatu perusahaan merupakan data yang penting untuk menerangkan atau memberikan gambaran tentang hasil kegiatan yang dicapai perusahaan tersebut selama suatu periode atau sejak beroperasi. Maju mundurnya perusahaan itu dapat dilihat dari data yang disajikan dalam laporan keuangan.
            Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan, di samping bertujuan untuk memberikan informasi bagi pihak intern juga berguna bagi pihak ekstern. Pihak ekstern dalam hal ini adalah kelompok atau perorangan yang tidak berhubungan secara langsung dengan operasi perusahaan sehari-hari, misalnya para kreditur, para calon pemilik, instansi pemerintah dan sebagainya. Laporan Keuangan tersebut akan lebih berarti lagi bagi pihak yang berkepentingan apabila data keuangan tersebut diperbandingkan dua periode atau lebih dan dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan dan dapat digunakan oleh pihak ekstern dalam menilai kemampuan dan keberhasilan menajamen di daam menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan.
            Dengan demikian laporan keuangan merupakan suatu langkah yang cukup penting dan seharusnya pada suatu perusahaan. Analisis artinya menguraikan sesuatu menjadi lebih terperinci, sehingga bagian-bagian yang terdapat di dalamnya menjadi jelas diketahui dan mudah dimengerti. Data yang diperlukan dalam melakukan analisis laporan keuangan terutama adalah laporan keuangan perusahaan.
            Hasil operasi perusahaan dan posisi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan sangat penting untuk digunakan sebagai alat berkomunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun pihak-pihak yang berkenaan dengan informasi aktivitas perusahaan tersebut adalah :
1.  Bagi pihak manajemen atau manajer perusahaan, peranan laporan keuangan berguna untuk mengetahui dan menilai keadaan perusahaan, dan perkembangan perusahaan serta akan dapat digunakan untuk  mengetahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai di tahun-tahun yang lalu. Dengan demikian pihak pimpinan atau manajer perusahaan akan dapat menyusun suatu rencana serta kebijaksanaan yang lebih tepat untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
2.  Bagi para investor dan kreditur, dengan adanya peranan laporan keuangan, maka mereka dapat menentukan prospek keuntungan perusahaan di masa mendatang dan dapat mengetahui jaminan investasinya, kondisi kegiatan perusahaan dan kondisi keuangan jangka pendek perusahaan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para investor dan kreditur untuk memberikan atau menolak suatu jaminan.
3.  Bagi pihak pemerintah, berdasarkan hasil analisis laporan keuangan dapat diketahui kemampuan membayar pajak dan mempertimbangkan berbagai fasilitas seperti ikut dalam pasar modal, fasilitas dan sebagainya.
4.  Bagi pihak masyarakat, hasil analisis laporan keuangan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
            Berdasarkan hal-hal diatas dapatlah diketahui betapa pentingnya laporan keuangan perusahaan, sehingga penulis sangat tertarik untuk mendalaminya. Untuk itu penulis memilih judul skripsi : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. DELIMA MAKMUR, MEDAN.
            Adapun alasan pemilihan perusahaan PT. Delima Makmur, Medan sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut :
1.  Untuk melihat kenyataan, kemudian membandingkan dengan teori-teori ilmiah yang telah dipelajari selama mengikuti kuliah.
2.  PT. Delima Makmur, Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri yang menghasilkan barang setengah jadi, yang turut membantu pemerintahan dalam rangka melaksanakan pembangunan dengan menyediakan lapangan kerja, sehingga penulis ingin memberikan sumbangsih yang mungkin berguna untuk perusahaan tersebut dalam mempertahankan kontiniutasnya.
3.  Data tentang laporan keuangan yang akan dianlisis dapat diperoleh secara lengkap dalam rangka penyusunan sriksi ini.
            Dalam menganilisis perkembangan perusahaan ini penulis menggunakan dan membatasi laporan keuangan hanya meliputi neraca dan perhitungan laba rugi selama dua tahun berturut-turut. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui keadaan keuangan perusahaan sehingga pimpinan dapat membuat kebijakan dan mengambil tindakan agar hasil yang diperoleh pada periode mendatang akan lebih baik dari periode yang lalu. Selain itu aktivitas di bidang keuangan merupakan suatu kegiatan operasi yang penting dan kritis karena sering menjadi sasaran dan manipulasi, sehingga penulis tertarik untuk mempelajari dan ingin memperdalam pengetahuan di bidang tersebut.

B. Perumusan Masalah

            Setiap perusahaan selalu menghadapi berbagai permasalahan yang harus diatasi demi terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Masalah merupakan suatu persoalan yang membutuhkan pemecahan. Masalah dapat diketahui setelah dilakukan analisis terhadap persoalan-persoalan yang kompleks, dan kemudian dilakukan pembagian tingkatan perioritasnya karena setiap masalah pemecahan secara khusus.
            Dari hasil penelitian pendahuluan pada PT. Delima Makmur, Medan, maka dapat dirumuskan masalah yang dihadapi sebagai berikut :
1.  Apakah laporan keuangan telah disusun dan dianalisis dengan baik sesuai dengan standar akuntansi keuangan.?
2.  Apakah likuiditas perusahaan tersebut tergolong lemah ?
3.  Apakah analisis laporan keuangan telah digunakan oleh manajemen atau pimpinan perusahaan dengan efektif dalam pengambilan keputusan. ?

C. Tujuan Penelitian

            Adapun yang menjadi tujuan penulis untuk mengadakan penelitian ini, adalah :
1.  Untuk mendapatkan gambaran dan potensi laporan keuangan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari PT. DELIMA MAKMUR, MEDAN
2.  Sebagai bahan masukan bagi m anager perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
3.  Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis di dalam manajemen keuangan suatu perusahaan
4.  Membandingkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dengan penerapannya di perusahaan
5.  Untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi di S.T.I.E. Harapan, Medan bagi penulis.

D. Hipotesis

            Untuk memperoleh jawaban sementara terhadap terjadinya masalah yang dirumuskan ataupun pemecahan masalah tersebut dibutuhkan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau hipotesis.
            Hipotesis adalah suatu proposisi, kondisi, ataupun prinsip yang bersifat sementara yang memerlukan pengujian tentang kebenarannya dengan mempergunakan data empiris hasil penelitian agar dapat ditarik suatu kesimpulan yang logis. Jadi suatu hipotesis dapat ditarik berdasarkan masalah yang sedang diselidiki, dimana hipotesis itu merupakan pedoman yang dapat memberikan gambaran sera jawaban sementara atas masalah yang dihadapi dan kebenarannya akan ditentukan dengan penelitian selanjutnya.
            Hipotesis ini diadakan sebagai pedoman untuk pengarahan riset dan pelaksanaan analisis. Berdasarkan masalah di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1.  Laporan Keuangan PT. DELIMA MAKMUR, MEDAN belum dapat digunakan sebagai analisis dalam pengambilan keputusan yang memadai karena pencatatan perkiraan pada pos-pos neraca dan perhitungan laba rugi belum sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2.  Likuiditas PT. DELIMA MAKMUR, MEDAN masih tergolong relatif lemah.
 

E. Metode Penelitian

            Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.  Metode pengumpulan data
Teknik Kepustakaan (Library Researc)
a.  Yaitu penelitian melalui kepustakaan. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian dengan mengambil bahan-bahan dari literatur, tulisan ilmiah, buletin, majalah serta catatan lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.
b.  Penelitian di Lapangan (Applied Research)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan cara wawancara langsung kepada petugas yang berwenang atau orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
2.  Jenis data yang diperlukan
Bedasarkan sumber dan jenis data, maka daa terbagi atas 2 yaitu :
a.  Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan sebagai objek penelitian
b.  Data sekunder, yaitu data yang diperoleh setelah diteliti oleh orang lain atau data yang sudah pernah dianalisis orang lain.
3.  Metode olah data

Setelah data yang terkumpul lengkap, kemudian diprose. Pengolahan ini meliputi penyuntingan, pengkodean, tabulasi, serta analisis sebagai dasar penarikan kesimpulan.

Selengkapnya....





Analisa Break Even


BAB II
URAIAN TEORITIS

A. Pengertian Analisa Break Even
            Analisa break even sering disebut dengan analisa keadaan impas atau analisa pulang pokok, yaitu merupakan teknik menggabungkan, mengkoordinasikan dan menafsirkan data produksi dan distribusi dalam rangka membantu perusahaan di dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Untuk mendefenisikan analisa break even secara jelas, terlebih dahulu diperhatikan apa yang dimaksud dengan pengertian break even point (titik pulang pokok).
            Menurut Niswonger, Fess dan Warren : “Tingkat operasi perusahaan pada saat pendapatan dan biaya persis sama disebut titik impas (break even point).” 1)
Kemudian menurut Matz, Usry dan Hammer, bahwa : “Titik impas adalah titik dimana biaya dan pendapatan sama besarnya.” 2)
Sedangkan menurut Muljadi, pengertian break even point adalah :
“Suatu cara untuk mengetahui berapa volume penjualan minimum supaya perusahaan tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan perkataan lain yang diperoleh perusahaan dalam satu periode/dalam satu tahun adalah sama dengan nol).”3
            Rencana manajemen mengenai kegiatan perusahaan di masa yang akan datang pada umumnya dituangkan dalam bentuk anggaran, yang sebagian berisi taksiran penghasilan yang akan diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Dengan mengadakan analisa langsung terhadap data yang tercantum dalam anggaran, perusahaan akan menemui kesulitan untuk memahami hubungan antara biaya volume dan laba. Analisa break even menyajikan informasi kepada perusahaan pencapaian laba perusahaan di masa yang akan datang.
Analisa abreak even memberikan informasi berapa tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar tidak menderita kerugian. Dari analisa tersebut dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan boleh turun, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa break even merupakan salah satu bentuk hubungan biaya volume, dan laba karena untuk mengetahui berak even point dan margin of safety perlu dilakukan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba. Apabila di dalam analisa break even, tidak berat analisa diletakkan pada tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama adengan nol maka dalam analisa biaya, volume dan laba titik berat analisanya diletakkan pada sampai seberapa jauh perubahan-perubahan pada biaya. Volume, dan harga jual yang berakibat pada perubahan laba perusahaan.

A.   Kegunaan Analisa Break even Bagi Manajemen
Hasil analisa break even di samping memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume, dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas perusahaan atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan atau penggantian aktiva tetap ini memungkinkan dan menguntungkan bagi perusahaan bila ditunjau dari segi ekonomi ?
Dengan menggunakan analisa break even, maka masalah ini akan terjawab dan untuk menjelaskan penggunaan metode analisa break even dalam menghadapi masalah ini maka berikut ini akan diberikan suatu ilustrasi dari Perusahaan “SARI & Co, “yang mempunyai data perhitungan laba rugi sebagai berikut :

Penjualan …………………………………………… Rp. 1.000.000.-

Harga Pokok & biaya operasi :
Biaya Tetap ………….Rp. 306.000.-
Biaya Variabel ……….Rp. 640.000.-
                        Total Biaya Operasi ………………………… Rp.   946.000.-
                        Keuntungan …………………………………. Rp.    54.000.-

Manajemen mempertimbangkan untuk menambah investasinya dalam aktiva tetap dengan cara menambah truk angkutan yang sekarang dimiliki. Jika investasi tambahan ini dilaksanakan, maka biaya tetapnya akan berubah dari Rp. 306.000,- menjadi sebesar Rp. 414.000,- per tahun dan biaya variabelnya tetap seperti semula yaitu 64% dari penjualan.
Langkah pertama untuk menyelesaikan masalah ini adalah memperbandingkan tingkat break even point sebelum adanya tambahan investasi baru dengan setelah adanya tambahan investasi tersebut.
Tingkat Break Even (TBE) sebelum adanya tambahan investasi :
 





                                                Rp. 306.000,-
                               TBE = 1 – Rp.  640.000,-
                                                Rp.1.000.000.-

                                       =       Rp. 850.000,-

Tingkat Break Even (TBE) setelah tambahan investasi :
                                                Rp.414.000,-
                            TBE = 1 -        Rp.   640.000,-
                                                     Rp.1.000.000,-

                                    =   Rp. 1.150.000,-
            Dengan adanya tambahan investasi baru, maka harus dapat menaikkan penjualan menjadi Rp. 1.150.000,- dari tingkat penjualan yang sekarang yaitu sebesar Rp.1.000.000,- sebelum perusahaan memperoleh keuntungan.
            Langkah kedua adalah menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang yaitu sebesar Rp. Rp.54.000,-
                                            Rp.414.000,- + Rp. 54.000.-
                            TBE = 1 -        Rp.   640.000,-
                                                     Rp.1.000.000,-

                                    =   Rp. 1.300.000,-
            Jadi untuk memperoleh laba atau keuntungan yang sama dengan yang diperoleh saat ini, perusahaan harus mampu menjual barang dagangannya sebesar Rp. 1.300.000,-.
            Langkah ketiuga adalah menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut. Misalnya dalam fasilitas yang ada sekarang, perusahaan dapat memesan barang maksimum sebesar Rp.1.200.000,- dan akan dapat dijual semua. Kenaikan pembelian dengan adanya penambahan fasilitas atau ditambahnya truk angkutan yang dimiliki sesuatu dengan tingkat penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan yaitu sebesar Rp. 1.600.000,- maka kemungkinan batas maksimum keuntungan yang dapat dicapai dalam masing-masing kondisi dapat diperkirakan sebagai berikut :




              1) C. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, Carl S. Warren, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jilid Kedua, Edisi Keenambelas, Cetakan Pertama, Terjemahan Hyginus Ruswinarto dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994, hal. 393
                   2) Adolph Matz, Milton F. Usry, Lawrence H. Hammer. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Jilid II, Edisi Kesembilan, Cetakan Pertama, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. hal. 442
3 Muljadi. Akuntansi Biaya Untuk Manajemen,  Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta, 1985.hal.72

Selengkapnya...




Peranan Akuntansi Manajemen dalam Proses Pengambilan Keputusan

BAB II

URAIAN TEORITIS


A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Manajemen
                 Banyak para ahli telah memberikan definisi ataupun pengertian tentang istilah akuntansi manajemen, sehingga terdapat bermacam-macam definisi seperti yang selama ini dikenal. Sebenarnya memang agak sulit untuk memberikan definisi akuntansi manajemen secara keseluruhan dengan tepat, hal ini karena ruang lingkup dari kegiatan akuntansi manajemen. Akibatnya antara definisi yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan-perbedaannya, walaupun demikian setidaknya definisi-definisi ini telah memberikan pengertian definisi akuntansi manajemen yang menerangkan fungsi akuntansi manajemen sebagai sumber informasi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai akuntansi manajemen ini, berikut disajikan beberapa definisi dari para ahli :
                 Mulyadi berpendapat bahwa akuntansi manajemen memiliki 2 (dua) arti, yaitu :
    ”  -   Sebagai salah satu tipe akuntansi
           Akuntansi manajemen adalah suatu sistem pengolahan informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai intern organisasi.
        -   Sebagai salah satu tipe informasi
           Akuntansi manajemen adalah suatu tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan.” 1)

                 Sedangkan menurut Horngren, et. al., memberikan definisi tentang akuntansi manajemen sebagai berikut :
              “ Akuntansi manajemen merupakan suatu cabang dari akuntansi yang menyediakan informasi bagi para pembuat keputusan di dalam perusahaan misalnya bagi para eksekutif puncak.” 2)
                 Pendapat berikutnya dikemukakan oleh Hansen dan Mowen :
           “ Akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus manajemen.” 3)
                 Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa akuntansi manajemen itu adalah suatu bidang akuntansi yang khusus melayani keperluan manajemen dalam hal pemberian informasi, yang informasi tersebut akan sangat membantu manajemen dalam menjalankan tugas-tugasnya serta fungsinya terutama dalam perencanaan dan pengawasan serta menjadi dasar dalam proses pengambilan keputusan. Di samping itu, manajer harus dapat menjabarkan teori manajemen tersebut dalam bentuk angka yang nyata, sehingga manajemen dapat menganalisa angka tersebut dan menginterprestasikan dalam rangka pengambilan keputusan.
 
B. Perbedaan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan
                 Perbedaan pokok antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan menurut Mulyadi adalah dalam hal sebagai berikut :
           “1. Pemakai laporan akuntansi dan tujuan mereka
             2. Lingkup informasi
             3. Fokus Informasi
             4. Rentang waktu
             5. Kriteria bagi informasi akuntansi
             6. Disiplin sumber
             7. Isi laporan
             8. Sifat Informasi ” 4)
    
                 Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari faktor berikut ini :
     Ad.1.  Pemakai Laporan Akuntansi dan Tujuan Mereka
                             Tujuan utama dari akuntansi manajemen adalah menyediakan laporan laporan dari satuan unit usaha untuk kepentingan pihak internal perusahaan yaitu kepentingan pihak manajer baik itu top manajer, middle manajer dan manajer tingkat bawah. Akuntansi manajemen memberikan manfaat bagi mereka yang berada dalam perusahaan dalam rangka pelaksanaan proses manajemen. Sedangkan tujuan utama akuntansi keuangan menyediakan informasi laporan keuangan dari satu unit usaha bagi pemakai di luar perusahaan seperti pemegang saham, kreditur, langganan, para analisis keuangan, karyawan dan berbagai instansi pemerintah dan masyarakat. Tujuan pihak eksternal memperoleh informasi keuangan perusahaan ini adalah agar dapat mengambil keputusan mengenai hubungan mereka dengan perusahaan yang bersangkutan.
     Ad.2.  Lingkup Informasi
                            Lingkup akuntansi manejemen harus dapat menyediakan informasi keuangan yang relevan dengan tujuan dan target bagian-bagian perusahaan. Dan penyajian informasi akuntansi manajemen akan sejalan dengan keputusan-keputusan manajemen yang ada pada umumnya hanya terbatas pada suatu bagian perusahaan saja. Seperti bagian produksi saja, bagian penjualan saja, atau bagian pembelian bahan baku saja. Sedangkan lingkup akuntansi keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan seperti dalam neraca menyajikan semua aktiva, utang dan modal perusahaan dan dalam laporan laba-rugi menyajikan informasi mengenai hasil aktivitas atau kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
     Ad.3.  Fokus Informasi
                            Fokus dari akuntansi manajemen lebih berorientasi atau berfokus kepada pengambilan keputusan masa depan, misalnya keputusan membeli dari luar atau membuat sendiri produk, menerima atau menolak pesanan khusus, karena dengan informasi akuntansi manajemen para manajer diharapkan dapat mengambil keputusan yang berguna untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan akuntansi keuangan berfokus pada kondisi-kondisi dan kemampuan ekonomi perusahaan masa lalu yaitu dalam pertanggungjawaban manajemen perusahaan terhadap dana yang dipercayakan oleh pihak luar peusahaan.
     Ad.4.  Rentang Waktu
                            Laporan akuntansi manajemen lebih fleksibel karena laporan akuntansi manajemen dapat disusun sesuai dengan kebutuhan manajemen perusahaan berupa laporan harian, mingguan, bulanan maupun laporan triwulanan. Laporan akuntansi manajemen dapat juga disusun dalam periode waktu yang panjang misalnya laporan perencanaan untuk lima tahunan, sepuluh tahunan atau lima tahunan. Sedangkan laporan akuntansi keuangan kurang fleksibel karena laporan akuntansi keuangan mencakup waktu yang sudah tertentu seperti satu bulan, satu triwulan, satu semester atau satu tahun.
     Ad.5.  Kriteria bagi Informasi Akuntansi
                            Akuntansi manajemen menghasilkan informasi yang dibutuhkan manajemen dan ini berarti bahwa informasi yang dihasilkan tidak terikat dan tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Jadi, kriteria pokok bagi informasi akuntansi manajemen adalah manfaat bagi manajemen. Sedangkan pada informasi akuntansi keuangan pedoman dalam penyusunan laporan akuntansi keuangan adalah prinsip akuntansi yang diterima umum atau prinsip yang lazim seperti di Indonesia dengan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan  yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pedoman ini harus dipergunakan karena adanya perbedaan kepentingan (conflic of interest) diantara para pemakai laporan keuangan tersebut dalam manganalisa laporan keuangan suatu perusahaan.
     Ad.6.  Disiplin  Sumber
                            Akuntansi manajemen mendasarkan dari selain pada ilmu ekonomi juga pada psikologi sosial yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang membimbing manusia dalam organisasi. Sedangkan akuntansi keuangan mendasarkan diri pada ilmu ekonomi yang mengatur prinsip-prinsip yang membimbing pengambilan keputusan dalam menggunakan sumber daya yang langka.
     Ad.7.  Isi Laporan
                            Laporan akuntansi manajemen lebih bersifat rinci mengenai bagian perusahaan, misalnya bagian produksi, laporan bagian penjualan. Laporan bagian pembelian bahan baku, karena laporan ini ditujukan pada pihak internal perusahaan yang berisikan laporan biaya, laporan pelaksanaan operasi, dan laporan-laporan analisis khusus lainnya. Sedangkan laporan akuntansi keuangan berupa ringkasan mengenai perusahaan secara keseluruhan karena akan memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan.




                   1) Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001, Hal. 2
                   2) Charles T. Horngren, et. al., Akuntansi Di Indonesia, Buku I, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1997, Hal. 30
                   3) Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997,Hal. 4
                   4) Mulyadi, Op. Cit., Hal. 4


Selengkapnya....




PROSEDUR PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ( PPh ) PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI


BAB II
PROSEDUR PERHITUNGAN DAN PELAPORAN
 PAJAK PENGHASILAN (PPh) pasal 21 ATAS GAJI PEGAWAI

A. Dasar Perpajakan
1.   Defenisi Pajak
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisaikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi. Adapun beberapa defenisi pajak antara lain :
Menurut Sumitro (2002:3), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Kemudian Menurut Andriani (2005:2), Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terhutang yang Wajib Pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah.


Sedangkan menurut Seligman (2005:2), Pajak adalah Kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang. Pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.
Dan Thomas Link (2003:2), berpendapat Pajak adalah perampasan secara stuktural yang dilakukan pemerintah terhadap sebagian  kekayaan warga negaranya, yang diatur secara peraturan dan ketentuan tertentu.
Kemudian Menurut Fealmann (2004:5), Pajak merupakan pungutan secara langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan pemerintah  berdasarkan Undang-undang dalam menjalankan fungsi regulasi pemerintah.
Jadi dapat disimpulkan defenisi Pajak tersebut yaitu Pungutan, iuran yang sifatnya memaksa bagi warga negara kepada pemerintah yang tidak mendapatkan kontrak prestasi (timbal balik) secara langsung yang merupakan salah satu sumber pendapatan negara dalam rangka pembiayaan dan pengeluaran dalam menjalankan fungsinya.
Dari defenisi Pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :
A.    Dapat dipaksakan.
Pemerintah memiliki kewenangan penuh untuk melakukan pemaksaan agar Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, pajak yang terutang menurut perundang-undangan selalu dapat dipaksakan.
B.     Dipungut Berdasarkan Undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya, jadi pemungutan pajak tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

C.     Tidak mendapatkan manfaat langsung
      Pajak dipungut tanpa adanya jasa timbal balik  atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontaprestasi individual oleh pemerintah.
D.    Digunakan untuk menjalankan Fungsi Negara
      Pajak dipungut dengan tujuan untuk membiaya pengeluaran-pengeluaran Negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.   Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan penting dalam melaksanakan fungsi negara/pemerintah. Jadi fungsi pajak dapat dibedakan atas 2 yaitu :
1.   Fungsi Budgetair
 Fungsi pajak yang paling utama adalah untuk mengisi kas negara yang tujuannya untuk membiaya pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.
2.   Fungsi Regulerend
Regulerend disebut juga sebagai fungsi mengatur, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan.
a.       Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif dan juga untuk minuman keras agar mengurangi konsumsi minuman keras.
b.      Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

3.   Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokan dalam 3 kategori yaitu :
3.1.   Menurut Golongannya
a.       Pajak langsung, yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dipungut secara berkala (periodik).
Contoh : PPh, PBB.
b.      Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dipungut kalau ada peristiwa, perbuatan tertentu dan pembayaran pajak dapat melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain.
      Contoh : PPN dan PPn BM, Bea Materi.
3.2.   Menurut Sifatnya
a.   Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama memperhatikan pribadi Wajib Pajak (subjek), kemudian menetapkan objek pajaknya. Keadaan pribadi Wajib Pajak sangat mempengaruhi besarnya jumlah pajak yang terutang.
Contoh : PPh
b.   Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama memperhatikan kepada objeknya, yaitu berupa benda, keadaan, perbuatan, peristiwa yang menyebabkan utang pajak, kemudian ditetapkan subjeknya, tanpa mempersoalkan apakah subjek tersebut bertempat tinggal di Indonesia atau tidak.
Contoh : PPn dan PPn BM, PBB.
3.3.   Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dan hasilnya       dipergunakan untuk membiayai pengeluaran  negara dan pembangunan (APBN).
Contoh : PPh, PPNdan PPn.BM, Bea materi.
b.   Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD).
Pajak daerah terdiri atas :
1.   Pajak Propinsi, contoh: Pajak kendaraan bermotor dan Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
2.   Pajak Kabupaten/Kota, Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.

4.   Tata cara Pemungutan Pajak
1.   Stelsel Pemungutan Pajak
Dalam hukum pajak dikenal tiga cara untuk memungut pajak atas suatu penghasilan atau kekayaan yaitu sebagai berikut :
1.1 Stelsel Nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Adapun kebaikan stelsel nyata ini adalah pajak yang dikenakan lebih realitis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan diketahui). Oleh karenanya, pengenaan pajak dengan memakai cara ini merupakan suatu pungutan kemudian, yaitu baru dikenakan setelah lampau tahun yang bersangkutan.


1.2 Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikannya adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
1.3 Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada.....


Selengkapnya...


PERENCANAAN DAN PENGAWASAN ANGGARAN PADA PT. PERTAMINA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Alasan Pemilihan Judul
Sejalan dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya, maka banyak perusahaan-perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar. Sehubungan dengan perkembangan perusahaan tersebut, maka kegiatan-kegiatan yang ada didalam suatu perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegiatan yang dilaksanakan. Jika di dalam sebuah perusahaan kecil jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan adalah terbatas sehingga akan mudah untuk direncanakan dan diawasi, maka tidaklah demikian dengan perusahaan yang besar. Oleh karena perusahaan yang berkembang menjadi besar ini mempunyai kegiatan yang lebih banyak baik dalam jenis kegiatan maupun volumenya, maka perencanaan dan pengawasan kegiatan perusahaan tersebut menjadi tidak sesederhana perusahaan yang belum berkembang. Banyak perbedaan diantara keduanya menyebabkan cara-cara perencanaan dan pengawasan kegiatan yang dapat dilaksanakan sebelum perusahaan tersebut berkembang menjadi usang apabila dipaksakan untuk diterapkan di dalam perusahaan yang sudah berkembang tersebut.
Jika sebuah perusahaan berkembang menjadi besar, atau sebuah perusahaan yang didirikan dengan skala perusahaan besar, maka perencanaan dan pengawasan kegiatan yang dilaksanakan haruslah memadai dengan besarnya perusahaan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam perusahaan semacam ini akan merupakan


kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Kegagalan pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap kegiatan yang lain didalam suatu bagian, atau bahkan dengan bagian yang lain didalam persahaan. Dengan demikian maka perencanaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan secara terpadu. Pengawasan pada salah satu bagian dengan mengabaikan bagian yang lain akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga pengawasan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
 Demikian besarnya pengaruh dari masing-masing kegiatan didalam perusahaan terhadap pelaksanaan kegiatan yang lainnya, sehingga bagi manajemen perusahaan tidak ada pilihan lain kecuali berupaya sebaik-baiknya agar pelaksanaan seluruh kegiatan dalam perusahaan yang bersangkutan dapat berjalan dengan baik. Upaya yang tepat dalam hal ini adalah menyusun sistem perencanaan dan pengawasan yang memadai bagi perusahaan tersebut. Dengan adanya sistem perencanaan dan pengawasan ini diharapkan perusahaan akan dapat menyusun perencanaan dengan lebih baik, dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan serta dapat mengawasi pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan yang bersangkutan. Berititk tolak pada uraian diatas, nyatalah terlihat betapa pentingnya suatu perencanaan dan pengawasan anggaran dalam mendukung keberhasilan perusahaan menjalankan aktivitasnya. Hal ini mendorong penulis untuk mengetahui lebih dalam bagaimana perencanaan dan pengawasan anggaran dalam suatu perusahaan melalui paper ini yang berjudul :
“Perencanaan  dan  Pengawasan Anggaran Pada PT. PERTAMINA  (Persero)  Unit Pemasaran I Depot Sibolga.”

B.  Batasan Dan Perumusan Masalah
Untuk dapat memperjelas permasalahan sebagai dasar untuk paper ini maka penulis membatasi rumusan permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu : “Bagaimana perusahaan melaksanakan perencanaan dan pengawasan anggaran.”

C.  Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian paper ini adalah :
a.       Mengidentifikasi perencanaan dan pengawasan anggaran pada PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran I Depot Sibolga
b.      Menganalisis apakah perusahaan telah melaksasnakan perencanaan dan pengawasan anggaran secara optimal.
2.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulis paper ini adalah :
a.       Untuk menambah wawasan pemikiran dan pengetahuan penulis tentang perencanaan dan pengawasan anggaran didalam perusahaan.
b.       Untuk memberi sumbangan pemikiran dan saran kepada pimpinan dalam perencanaan dan pengawasan anggaran sehingga dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dapat digunakan oleh penulis lain sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian pada masa yang akan datang.

D. Metode Penelitian
1.      Sumber Data
  1. Data Primer, ialah data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.
  2. Data Sekunder, ialah data yan diperoleh penelitian tidak langsung dari sumbernya, yaitu data internal yang tersedia ditempat penelitian dilakukan.
2.      Teknik Pengumpulan Data
a.       Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Penelitian ini dilakukan dengan cara memperoleh data dari buku teks, beberapa literature, catatan ilmiah dan majalah yang erat hubungannya dengan masalah yang dihadapi sebagai bahan perbandingan antara teori dengan fakta yang ada.
b.      Field Research ( Penelitian Lapangan )
Penelitian yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer, dengan cara:
-      Interview, yaitu dengan mengadakan wawasan dan tanya jawab kepada pihak perusahaan untuk memperoleh secara langsung informasi yuang diperlukan didalam pengumpulan data.
-      Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.



3.      Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu data-data yang dikumpulkan, disusun, diinterprestasikan dan analisa untuk memberikan gambaran mengenai suatu keadaan.




















BAB II
PT. PERTAMINA (Persero) UPms I Depot Sibolga

A.             Sejarah Singkat  (Kilas Balik PT. PERTAMINA)
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA.
Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Pada tahun 1935 Pemerintah Belanda mendirikan Cabang BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) yang bergerak dibidang produksi di Sibolga, yang memiliki tangki timbun 3 (tiga) buah dengan ukuran kecil. Tangki timbun tersebut pada umumnya untuk kebutuhan penimbunan jenis minyak tanah dan premium.
Kemudian pada tahun 1950 pemerintah Indonesia mendirikan tangki timbun menjadi 5 (lima) PT .PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No.C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003.


Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)"

Selengkapnya....