Friday, March 10, 2017
Weighted Average Cost of Capital (WACC)
a.
Weighted
Average Cost of Capital (WACC)
Weighted Average Cost
of Capital (WACC) merupakan hurdle rate atau discount
rate. WACC menggambarkan
tingkat risiko perusahaan berdasarkan bisnisnya.
Contohnya
berinvestasi di bidang manufaktur lebih beresiko daripada berinvestasi
di US Bond. Jadi,
WACC dari perusahaan pertambangan akan lebih tinggi
dibandingkan dengan
WACC dari bond. Nilai WACC dihitung dengan melihat
returns of securities (stocks dan
bonds) dengan resiko yang mirip dengan salah
satu perusahaan yang
dievaluasi.
Rumus untuk
menentukan discount rate atau WACC adalah sebagai berikut:
WACC =
(Cost of debt x debt) + (Cost of equity x
equity)
Total assets
Pada umumnya, cost
of debt (Kd) yang dipakai di Indonesia adalah suku bunga
pinjaman bank (i
loan). Untuk cost of equity (Ke) menggunakan suku bunga
deposito (i
deposito). WACC dapat memperhitungkan resiko yang dimiliki suatu
investasi dan
digunakan pada perhitungan NPV sebagai discount rate. Selain itu,
WACC dijadikan
sebagai pembanding terhadap IRR, apabila IRR lebih besar dari
WACC maka NPV yang
dihasilkan akan positif atau dengan kata lain layak.
Sebaliknya, jika IRR
lebih kecil dari WACC, maka NPV suatu proyek akan
bernilai negatif.
Thursday, March 9, 2017
Metode Discounted Cash Flow (DCF) pada PT. London Sumatera
Metode
ini menganalisis proyeksi free
cash flow di
masa depan dengan
menggunakan
faktor diskonto. Dalam
perhitungan nilai perusahaan
Lonsum
digunakan
proyeksi free cash
flow selama lima
tahun dari tahun
2008 hingga
2012.
Jangka waktu lima
tahun digunakan karena
diasumsikan sebagai
supernormal
growth. Dalam
periode ini perusahaan
telah dianggap mampu
membangun competitive advantage untuk
menghadapi kompetitornya17.
Langkah
langkah dalam metode
DCF adalah membuat
proyeksi cash flow
(Income
statement), menghitung FCF
di setiap tahun
proyeksi, menentukan
discounted
factor untuk
mendapatkan nilai perusahaan
(firm value), dan
menetapkan
harga penawaran (setting
bid price). Untuk
mendapatkan proyeksi
cash
flow, terlebih
dahulu harus membuat
proyeksi Income statement.
Pendekatan
yang diambil untuk
melakukan proyeksi Income
Statement adalah
sebagai berikut:
a. Initial Period
Tahun
yang dijadikan awal
atau dasar dari
proyeksi adalah tahun
2007
karena
dianggap sebagai tahun
terjadinya proses akuisisi.
Laporan keuangan pada tahun 2007 didapat dengan cara
mengikuti tren yang terjadi
di tiga kuartal pertama tahun 2007.
b. Sales Forecast
Pada
analisis sensitivitas, penjualan
dihubungkan dengan alokasi
net
income
yang dijadikan aset
di tahun sebelumnya.
Sedangkan pada analisis
skenario,
penjualan diasumsikan naik
sebesar 30% (most
likely), 27%
(pesimistic) dan
33% (optimistic). Nilai
ini diambil karena
melihat tren harga
CPO,
karet dan produk
lain yang terus
naik, ditambah dengan
perkiraan
jumlah produksi yang direncanakan Lonsum.
c. Cost of Good sold (COGS)
Besarnya
COGS merepresentasikan biaya
operasional yang dikeluarkan
oleh
perusahaan dari mulai
bahan baku hingga
menjadi produk yang
siap
dijual.
Nilai COGS yang
dipakai untuk memproyeksikan keuangan
adalah
68% dari total penjualan. Nilai ini didapat
dari rata rata nilai COGS historis
di tahun
sebelumnya.
d. Operating Expenses
Biaya
operasional yang meliputi
biaya penjualan serta
biaya umum dan
administrasi.
Biaya tersebut diasumsikan
sebesar 4.5% dari
total penjualan.
Nilai
ini diambil dari
rata rata historis
biaya operasional perusahaan
per
tahun.
e. Other Income/ (expenses)
Jenis
pendapatan atau kerugian
dengan nilai yang
tidak tetap setiap
tahunnya.
Di dalamnya terdapat
pendapatan/ kerugian dari
pertukaran
mata
uang, pendapatan/ kerugian
dari penjualan fixed
asset, pendapatan
bunga, interest and financial charge
dan lain lain. Nilai Other Income (expenses)
diambil
sebesar 1% dari
total penjualan per
tahun karena diasumsikan
pendapatan dan kerugian di pos ini hampir
mendekati nilai yang seimbang.
f. Pajak
Besarnya
pajak yang diambil
adalah 30 %
sesuai dengan ketentuan
pemerintah terhadap besarnya pendapatan
perusahaan.
Model Motivasi Entrepreneurial
Sebuah keputusan untuk bertindak secara entrepreneurial adalah hasil dari interaksi berbagai faktor. Kemampuan seseorang mendapatkan ide dan melihat kesempatan, dipengaruhi oleh hubungan antara karakteristik kepribadian, penentuan tujuan personal, lingkungan personal, lingkungan bisnis saat itu dan karakteristik ide yang inovatif. Di dalam perusahaan, sebelum tindakan nyata diambil, perbandingan harus dilakukan terlebih dahulu. Perbandingan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya dari orang-orang di dalam perusahaan tersebut, dan orang-orang yang familiar dengan yang akan mengambil tindakan. Setelah ide tersebut dibawa ke dalam tataran tindakan, pendekatan strategis dan manajerial dari entrepreneurial perusahaan dapat memberikan hasil akhir dalam perusahaan. Hasil tersebut dapat berupa keberhasilan besar atau kegagalan luar biasa. Perilaku entrepreneurial di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan yang telah dilakukan. Apabila hasil yang diperoleh sesuai atau melebihi yang diharapkan, maka individu-individu akan semankin bersemangat untuk bertindak secara entrepreneurial. Tetapi apabila gagal, maka motivasi akan turun dan akan mempengaruhi apakah seseorang akan terus bertindak secara entrepreneurial atau tidak
Untuk meneliti dimensi-dimensi budaya kewirausahaan (corporate
entrepreneurship)
tersebut, maka digunakanlah metode Entrepreneurial Orientation
Survey dan
Entrepreneurial Leadershhip Questionnaire. Dengan menggunakan metode EOS, kita
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari orientasi kewirausahaan
sebuah
perusahaan. Metode EOS meneliti 14 dimensi dalam melakukan
pengukuran terhadap
budaya kewirusahaan dalam sebuah perusahaan. Dimensi-dimensi
tersebut adalah:
1. Dimensi umum
2. Dimensi rencana strategi
3. Dimensi hubungan antar departemen/fungsi
4. Dimensi dukungan
5. Dimensi intelijen pasar
6. Dimensi pengambilan risiko
7. Dimensi kecepatan
8. Dimensi fleksibilitas
9. Dimensi fokus
10. Dimensi masa depan
11. Orientasi Individu
12. Kondisi perusahaan
13. Dimensi tentang saya
Kondisi bisnis telekomunikasi dan informasi di Indonesia (Skripsi Administrasi Bisnis)
Kondisi
bisnis telekomunikasi dan informasi di Indonesia juga terus mengalami
perubahan
seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi secara
global.
Tren bisnis telekomunikasi dan informasi yang mungkin terjadi di masa yang
akan
datang adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Bisnis telekomunikasi dan informasi, mengalami pergeseran dari sektorisasi
bisnis
vertikal
menuju ke sektorisasi bisnis horisontal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut
: Bisnis vertikal pada dasarnya merupakan sebuah pembatasan bisnis terhadap
suatu
tipe bisnis tertentu. Pembatasan bisnis ini biasanya terjadi karena adanya
campur
tangan pemerintah untuk mengendalikan kondisi suatu bisnis dalam pasar.
Badan
usaha tertentu diberikan lisensi untuk mengadakan, mendistribusikan dan
menjual
satu atau dua produk saja. Tetapi dengan adanya perkembangan dunia yang
mengedepankan
globalisasi dan penerapan teknologi tinggi menyebabkan sektorisasi
bisnis
vertikal memiliki kerugian diantaranya adalah (Nasution, 1998):
o Munculnya monopoli yang sekarang ini menjadi tidak popular.
o Rendahnya efisiensi dan performensi perusahaan akibat tidak fokus
kepada
fungsi
bisnis utama yang akhirnya juga menurunkan mutu pelayaann dan
memperkecil
penguasaan pasar.
2.
Tren yang mungkin terjadi di masa yang akan datang adalah diterapkannya sistem
sektorisasi
bisnis horisontal, yaitu suatu badan usaha diberikan lisensi secara spesifik
dalam
menjalankan proses bisnisnya. Perusahaan diberikan hak yang spesifik sesuai
fungsinya
apakah sebagai penyedia informasi, sebagai penyedia jasa pelayanan,
sebagai
penyedia infrastruktur dan distribusi informasi atau sebagai pembuat
perangkat
/ hardware.
3.
Tren teknologi telekomunikasi di masa yang akan datang akan mengarah kepada
teknologi
digital. Telekomunikasi sebagai salah satu turunan teknologi akan semakin
cepat
berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi elektronika dan
komputer.
Dengan ditemukannnya teknologi yang semakin mutakhir membuat
teknologi
telekomunikasi saat ini akan terus berkembang menjadi teknologi digital
dimana
dalam teknologi ini memiliki karakteristik lebih efisien, berdayaguna besar,
berkapasitas
besar dan tidak lagi membutuhkan teknologi kabel (teknologi wireless)
4.
Jumlah penduduk indonesia yang cukup besar dan terus meningkat membuat potensi
pelanggan
atau pengguna jasa telekomunikasi memilki prospek yang menjanjikan di
kemudian
hari. Seiring dengan petumbuhan penduduk yang semakin meningkat
dengan
tingkat pengetahuan akan teknologi yang juga berkembang pesat maka akan
menjadikan
bisnis ini akan sangat menjanjikan di masa depan dan mendatangkan
potensi
profit yang sangat besar.
5.
Tren lainnya yang terjadi saat ini adalah teknologi internet bukan lagi
dianggap
sebagai
aksesoris tambahan dalam suatu pelayanan informasi dan telekomunikasi
tetapi
sudah dianggap sebagai salah satu jasa utama yang memiliki fungsi yang sama
dengan
PSTN. Kondisi ini terjadi karena teknologi komunikasi, teknologi informatika
dan
teknologi hiburan sudah memiliki kemungkinan dan peluang untuk saling
berintegrasi
dan memberikan kontribusinya kepada perkembangan industri informasi
dan
telekomunikasi
6.
Karena adanya perkembangan teknologi dan perubahan bisnis telekomunikasi yang
cukup
pesat akan mendorong perusahaan-perusahaan telekomunikasi akan mencari
cara
untuk menarik konsumennya agar memiliki loyalitas yang tinggi terhadap
layanan
yang diberikan. Oleh karena itu bukanlah tidak mungkin pada masa yang
akan
datang, para perusahaan yang bermain dalam pasar teknologi telekomunikasi
dan
informasi akan saling berkompetisi untuk terus mempertahankan eksistensinya
pada
pasar. Dari sisi penentuan tarif mereka akan saling berperang harga demi untuk
mendapatkan
pangsa pasar yang lebih luas. Dari sisi regulasi yang diterapkan
pemerintah,
dapat dilihat bahwa komponen tarif yang dibebankan kepada masyarakat
akan
juga mengalami pergeseran dari penggunaan tarif yang didasarkan pada jarak
beralih
menjadi penentuan tarif berdasarkan cost leadership dan sesuai dengan
jenis
jasa
yang akan digunakan atau dipilih.
7.
Jasa-jasa telekomunikasi PSTN yang sebelumnya diatur secara hirarki menjadi
jasa
telepon
lokal, jarak jauh dan internasional akan bergeser pada pelayanan yang
menngintegrasikan
ketiga pelayanan tersebut menjadi satu pelayanan yang
multifungsi.
Tarif akan diatur berdasarkan jenis jasa serta pengelolaan integrasi bisnis
tersebut
dapat dilaksanakan oleh satu operator saja.
Skripsi Administrasi Bisnis (Studi Kasus Pada Institusi X)
pengarang menggunakan nama Institusi X demi melindungi nama daripada perusahaan tersebut
SILAHKAN LANGSUNG DIDOWNLOAD
Wednesday, March 8, 2017
Analisa perusahaan Teh Kotak
Teh Kotak merupakan minuman teh dalam kemasan karton pertama yang
diproduksi di Indonesia dan diproses dengan menggunakan teknologi
UHT. Pada
saat pertama di produksi di tahun 1982, Teh Kotak hanya memiliki
satu varian
rasa yaitu Jasmine Tea. Akan tetapi untuk mengikuti
trend pasar, beberapa tahun
belakangan ini Teh Kotak mengeluarkan produk teh dengan rasa buah
seperti
apel, jeruk dan black currant. Selain Teh Kotak dalam
kemasan siap minum, PT
Ultrajaya juga memproduksi teh kotak celup dan teh bunga.
Produk teh maupun minuman lain dalam kemasan masih sering
dipersepsi
konsumen sebagai produk yang mengandung bahan pengawet. Karenanya
sebuah kemasan harus memiliki value for money, apa yang dibeli
harus berguna.
Termasuk juga sisi convenience (kepraktisan) dan aman
sesuai dengan kualitas
yang diharapkan (Majalah Marketing, Edisi 10/2007).
Produk teh kotak sebagai minuman kemasan ready to drink
sudah dikenal lama
oleh konsumen dan sudah menjadi produk yang diperkenalkan secara
turun
temurun, terutama untuk produk Teh Kotak jasmine tea. Teh Kotak
sebagai
produk ready to drink yang praktis dengan kemasan yang
mudah dibawa sehingga
menjadi minuman yang sering dikonsumsi saat bepergian. Menurut
hasil FGD
(focus group discussion), Teh Kotak mempunyai keunggulan
dari segi rasa dan
aroma yang pas. Dengan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi
sehingga menghasilkan rasa dan aroma teh yang memiliki kesegaran.
Selain dari rasa dan aroma jasmine yang pas, kuantitas Teh
Kotak yang lebih
banyak dibandingkan produk teh kemasan lainnya menjadi value
added bagi
konsumen. Rata-rata kuantitas minuman teh dalam kemasan baik itu
kemasan
botol maupun kotak adalah 200-250 ml. Sedangkan Teh Kotak memiliki
kuantitas
300 ml sehingga konsumen lebih puas ketika mengonsumsinya karena
dengan
kuantitas 300 ml dinilai cukup menghilangkan rasa haus.
Bekerja sama dengan Combibloc dalam pengemasan produk, Teh Kotak
dengan
kemasan 50% extra gratis mulai dipasarkan pada Juli 2004.
Sebelumnya Teh
Kotak hanya memproduksi kemasan dengan isi 200 ml. Bagian kemasan
dengan
tulisan bonus 50% ekstra dibuat dengan warna yang kontras dengan
kemasan
asalnya untuk memperoleh awareness dari target yang dituju.
Selain itu dengan
informasi mengenai teknologi UHT yang digunakan dalam proses
produksi Teh
Kotak, gaya hidup yang serba praktis dan juga kuantitas Teh Kotak
yang lebih
banyak dibandingkan produk kometitor maka peluang konsumen memilih
Teh Kotak semakin besar
Subscribe to:
Posts (Atom)